jpnn.com, MADIUN - Komisi Penanggulangan HIVAIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, telah menemukan sebanyak 113 kasus baru penderita HIV/AIDS di wilayah setempat.
Jumlah itu tercatat selama bulan Januari hingga pertengahan Desember 2019.
BACA JUGA: 8 Ibu Hamil Idap HIV AIDS, Sisa 292 Orang Lainnya Menderita Sifilis
"Dari jumlah tersebut, selama pertengahan Desember ini saja sudah ada sembilan kasus HIV/AIDS baru yang ditemukan KPAD bersama tim lainnya," ujar Sekretaris KPAD Kabupaten Madiun, Agrim Kurnia di Madiun, Senin.
KPAD memerinci, dari 113 temuan baru tersebut, sebanyak 109 kasus merupakan penderita HIV dan empat kasus lainnya merupakan penderita AIDS.
BACA JUGA: 924 Warga di Aceh Mengidap Penyakit HIV AIDS
Menurut dia, kasus HIV/AIDS di wilayahnya merupakan fenomena "gunung es". Di mana, kasus yang terungkap hanyalah bagian luarnya saja.
Sedangkan, sejatinya kasus di dalamnya yang belum terungkap masih sangat banyak. Hal itu membuat jumlah temuan HIV/AIDS di Kabupaten Madiun terus bertambah setiap tahunnya.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Sandiaga Uno Bela Anies Baswedan Hingga Pemain Proyek Kemendikbud
Pihaknya sangat memahami, sebab untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS dibutuhkan kesadaran dari penderitanya bersedia melakukan pemeriksaan.
Karena itu, KPAD bersama tim relawan dan LSM peduli AIDS di tahun mendatang akan lebih intensf lagi melakukan pendampingan terhadap komunitas yang dinilai memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS.
"Selama ini banyak kasus perisiko tinggi sangat tertutup dan enggan melakukan pemeriksaan. Dengan pendampingan yang intensif, mereka akan lebih terbuka sehingga bersedia melakukan VCT untuk mengetahui apakah telah positif HIV atau tidak," jelaa dia.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun mencatat, secara total jumlah penderita HIV/AIDS di wilayah setempat sejak ditemukan pertama kali tahun 2002 hingga pertengahan Desember 2019 telah mencapai 700-an orang. Dari jumlah tersebut, banyak penderita yang telah meninggal dunia.
Untuk itu, pihaknya gencar melakukan pencegahan dengan rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terlebih para perisiko tinggi. Dengan mengerti bahayanya, diharapkan penularan HIV/AIDS dapat ditekan.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pendeteksian dini HIV/AIDS dengan layanan pemeriksaan darah di tiap kecamatan, rumah sakit daerah, hingga "mobile VCT".
Adapun, sesuai data, penularan HIV/AIDS di Madiun didominasi akibat hubungan asusila bukan dengan pasangan yang sah. Penularan lainnya disebabkan dari ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suaminya.
Kemudian, wanita pekerja seks langsung (WPSL), jarum suntik narkoba, kaum gay, waria, kelahiran, dan wanita PSK tidak langsung. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia