jpnn.com, MATARAM - Pencinta kebaya lokal tentu tak asing dengan brand asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jaleela.
Asbety Sasaki Puteri, anita lulusan Sarjana Arsitektur Universitas Brawijaya itu mulai mengembangkan Jaleela sejak 2017.
BACA JUGA: Jaleela Bakal Tampil di Ajang Indonesia Fashion Week 2023
Desainnya yang unik dan elegan membuat Jaleela kerap menjadi pilihan outfit bagi wanita yang hendak tampil di acara formal, baik sekadar kondangan maupun acara wisuda.
Meski baru beberapa tahun, Jaleela sukses menyedot perhatian para pencinta fesyen di Indonesia, tetapi Asia hingga Eropa.
BACA JUGA: Usulkan Kebaya Masuk Daftar ICH UNESCO, Indonesia Tidak Sendiri
"Permintaan pembelian datang dari berbagai negara-negara asia lainnya seperti Brunei, Taiwan, China, bahkan Eropa," ujar Putri beberapa waktu lalu.
Putri mengungkapkan desain unik, hand-made, serta tak lengkang oleh waktu itulah yang menjadikan Jaleela istimewa.
BACA JUGA: Kebaya Foundation: Saatnya Melestarikan Warisan Budaya Indonesia
"Kami tidak hanya menggunakan bahan-bahan alami, tetapi juga berprinsip menampikan kecantikan abadi di setiap motif," sambung Putri.
Jaleela juga memiliki prinsip sustainable business yang bisa memberikan sumbangsih terhadap penyelamatan bumi.
"Banyaknya potongan-potongan kain yang tidak digunakan memicu kami untuk mulai memikirkan manfaat dari sisa kain tersebut," ungkap Putri.
Akhirnya, kata Putri, tercetuslah sepatu dan tas, sebagai langkah awal mengurangi limbah kain dan mengolahnya menjadi barang yang bernilai jual.
"Setiap motif yang ada memiliki makna khusus sesuai dengan konsep yang ditentukan," paparnya.
Produk tas maupun sepatu tersebut menjadi fashion item yang melengkapi set kebaya dan rok dengan pilihan warna yang senada.
"Penggunaan bahan yang sama antara kebaya, tas, dan sepatu mempermudah customer memiliki penampilan yang matching dengan harga terjangkau" jelasnya.
Tak hanya itu, Jaleela juga mengupayakan peningkatan perekonomian bagi 50 penjahit perempuan.
Putri mengatakan pemberdayaan para penjahit perempuan lokal di NTB dilakukan sejak awal Jaleela didirikan.
"Para penjahit perempuan ini dominannya merupakan ibu-ibu penjahit rumahan yang memiliki kemampuan menjahit yang baik, namun, sulit mendapat pekerjaan yang layak," katanya.
Harapannya, mereka turut mengharumkan nama Indonesia, terutama NTB, agar produk lokal handmade details serta keunikan yang menonjol di mata dunia.
Dia pun berharap kedepan Jaleela bisa merekrut ratusan penjahit untuk membantu produksi. "Semoga tahun ini bisa menyentuh di atas 100 penjahit," ujarnya.(mcr38/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Edi Suryansyah