Mengenal Konsep Bisnis Social Enterprise di Masa Pandemi Covid-19

Jumat, 02 Oktober 2020 – 06:01 WIB
Bank DBS. Foto dok DBS

jpnn.com, JAKARTA - Iklim kewirausahaan di dunia bahkan Indonesia mulai mengalami pergeseran. Sebelumnya istilah entrepreneur atau wirausaha begitu terkenal di kalangan masyarakat.

Saat ini, istilah entrepreneur mulai tergantikan dengan istilah wirausaha sosial atau social enterprise.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Aksi Tolak PKI Dibubarkan, Ancaman Jenderal Idham Azis, Bu Risma Keluarkan Peringatan Dini

Sudah ada sekitar 100 negara yang telah mengadopsi konsep social enterprise ini dengan 303 kebijakan dan instrumen yang sudah dihasilkan secara global.

Hal tersebut juga lantas membuat Bank DBS Indonesia yang fokus dalam menciptakan lingkungan dan bisnis yang berkelanjutan, untuk bergerak bersama wirausaha sosial di lima tahun terakhir.

BACA JUGA: Strategi Digibank by DBS Dorong Nasabah Berinvestasi di Era New Normal  

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan social enterprise? Istilah yang juga dikenal dengan wirausaha sosial ini merupakan kewirausahaan yang menggabungkan konsep dasar bisnis yaitu mencari keuntungan dengan tujuan atau kewajiban tambahan yaitu membantu lingkungan sosial.

Dalam hal ini menjawab suatu permasalah yang ada di masyarakat. Suatu kewirausahaan tidak hanya memaksimalkan keuntungan atau pendapatannya, tetapi juga selaras dengan peningkatan manfaat yang diberikan untuk menjawab permasalahan sosial sehingga, social enterprise memiliki model bisnis yang efektif untuk
mendukung kemandirian, keberlanjutan, dan pengembangan skala dampak sosialnya.

BACA JUGA: Upaya Bank Indonesia Tingkatkan Literasi di Kalangan Mahasiswa  

Di Indonesia sendiri, perkembangan social enterprise mulai memperlihatkan wujud dan hasil yang menjanjikan.

Misalnya, terdapat Yayasan Cinta Anak Bangsa yang telah memberikan akses pendidikan kepada lebih dari dua juta anak-anak tidak mampu.

Selain itu, ada Koperasi Mitra Dhuafa yang sudah memberi akses layanan keuangan dasar yang layak kepada lebih dari 600.000 masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

Bina Swadaya, organisasi yang telah berdiri lebih dari 50 tahun, juga telah mengembangkan ratusan ribu Kelompok Swadaya Masyarakat di Indonesia agar masyarakat lokal sadar dan mampu mengembangkan diri mereka sendiri. Bina Swadaya membuktikan bahwa jika dikelola dengan benar maka organisasi kewirausahaan sosial dapat bertahan dan memperluas dampak serta pengaruh positif.

DBS Foundation yang senantiasa mendukung tumbuh kembang social enterprise atau wirausaha sosial di Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan dan program dukungan, dimulai dari sesi mentoring hingga dana hibah.

Sebagai salah satu program dukungan terhadap tumbuh-kembangnya wirausaha sosial di Indonesia, DBS Foundation bersama UKM Center FEB UI telah menerbitkan buku berjudul “Berani Jadi Wirausaha Sosial?” di 2016 lalu.

Penerbitan buku tersebut membuat DBS Foundation sebagai yayasan yang menjadi bagian dari Bank DBS Indonesia menjadi pelopor sekaligus pemain utama di industri yang mengedukasi masyarakat Indonesia perihal social enterprise.

Guna melanjutkan seri pertama dan memberikan informasi, kondisi dan kiat terkini atas social enterprise di Indonesia, pada akhir Agustus 2020 ini, DBS Foundation kembali bekerja sama dengan UKM Center FEB UI untuk menerbitkan seri lanjutan dengan judul “Profit untuk Misi Sosial”.

Buku ini dapat menjadi referensi dari berbagai kalangan; bagi masyarakat yang ingin mulai mengembangkan bisnis menjadi social enterprise.

Termasuk kalangan bisnis yang ingin bertransformasi ke bisnis sosial dan ingin mendapatkan wawasan lebih di mana dapat diunduh secara gratis di go.dbs.com/id-sehb.

“Kami senantiasa fokus dalam mendukung dan memajukan usaha sosial di Indonesia melalui berbagai program mulai dari edukasi, pendampingan, pelatihan bisnis, pendayagunaan hingga pemberian dana hibah, di mana penerbitan buku “Profil untuk Misi Sosial” sebagai buku kedua ini menjadi salah satu bagian dari program edukasi. Kami percaya wirausaha sosial merupakan masa depan bisnis, karena selain menjalankan bisnisnya, mereka juga mampu menciptakan dampak positif sekaligus menyelesaikan isu sosial yang terjadi di masyarakat dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, kami dengan bangga menerbitkan buku ini yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat Indonesia tentang wirausaha sosial,” ujar Head of Group Strategic Marketing and Communications, PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika.

Dampak yang dihasilkan oleh social enterprise dirasakan semakin besar berkat dorongan dan usaha kumulatif yang diawali oleh peran berbagai pihak melalui dukungan finansial.

Misalnya Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM membuat program bernama ‘Bantuan Pemerintah bagi Wirausaha Pemula’ bagi social enterprise skala mikro per tahunnya.

Bantuan tersebut diberikan kepada 2.500 wirausaha yang beroperasi selama minimal enam bulan dan maksimal tiga tahun dengan pendanaan maksimal Rp12 Juta per usaha.

Selain pemerintah, sektor swasta juga turut memberikan dukungannya seperti Bank DBS yang memberikan hibah sebesar SGD50.000 hingga SGD250.000 melalui program Social Enterprise Grant DBS Foundation setiap tahunnya.

Ditujukan bagi profit-for-benefit social enterprise yang sudah memiliki model bisnis yang tervalidasi, program tersebut dijalankan di beberapa negara di Asia termasuk Indonesia.

Melalui perkembangan social enterprise di Indonesia, tentu semakin menginspirasi banyak pihak. Bagaimana tidak? Social enterprise memungkinkan wirausaha sosial untuk berbisnis sambil menyebarkan kebaikan dengan potensi bisnis yang juga mampu menjamin ekonomi secara berkelanjutan.

Terlebih, terdapat berbagai permasalahan sosial di Indonesia yang masih membutuhkan dukungan di mana dapat menjadi peluang baru yang menjanjikan bagi para calon wirausaha sosial, menjadikan social enterprise sebagai ‘future of business’.

Dukungan dan penyelesaian masalah sosial tersebut semakin terasa dibutuhkan ketika penyebaran Covid-19 terjadi, jumlah orang kurang mampu diprediksi akan meningkat hingga 5,71 juta orang dengan pengangguran meningkat 5,23 juta orang.

Ditambah dengan masalah sosial lainnya yang masih menimbulkan tanda tanya besar seperti akses air bersih, lingkungan, penggunaan energi terbarukan, dan
masih banyak lagi. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler