Kepergian almarhumah Menkes (nonaktif) Endang Rahayu Sedyaningsih meninggalkan duka mendalam. Banyak kisah menarik semasa hidupnya yang bisa menjadi teladan dan spirit. Apa saja?
DANI T WAHYUDI, Jakarta
SUASANA duka menyelimuti rumah Menteri Kesehatan (Menkes) nonaktif, Endang Rahayu Sedyanignsih, di Jalan Pendidikan Raya III, Blok J 55, Komplek IKIP, RT 004/14, Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur. Para tamu berdatangan di rumah berhalaman luas itu. Jenazah Endang baru tiba dari RSCM menggunakan mobil ambulans sekitar pukul 14.45. Jenazah Endang yang dibalut dengan kain batik cokelat ditempatkan di ruang tamu depan.
Suami almarhum, Dr Reanny Mamahit, SpOG, MM, tampak setia mendampingi jenazah sang istri. Sesekali Direktur RSUD Tangerang tersebut berusaha tersenyum sejenak saat menyalami sejumlah tamu. Namun roman mukanya tak bisa menyembunyikan rasa kepedihan.
Begitu pula anak pertama almarhum, Arinanda Wailan Mamahit, 31, dan putri sulung, Rayinda Raumanenen Mamahit, 21, masih diliputi duka mendalam. Di sekeliling jenazah, sanak saudara duduk bersila membacakan Surat Yasin.
Suasana duka kembali pecah tatkala putra kedua Endang, Awanda Rastati Mamahit, 27, tiba di rumah dari Jenewa, Swiss. Dia tak kuasa menahan tangis sambil terus menatap jenazah ibunya. Selama di ruang tamu itu Awanda memeluk foto ibunda tercinta yang berpulang ke alam baka. Air mata menetes. Beberapa sanak saudara berusaha menenangkan.
Begitu mendalam, kepedihan keluarga terdekat ditinggal oleh Doktor lulusan Harvard University itu. Sampai-sampai, mereka tak kuasa berkomentar saat dimintai keterangan wartawan.
Satu jam sebelum jenazah datang, meninggalnya Menkes RI periode 2009-2014 itu juga disiarkan lewat pengeras suara dari Masjid Raya Al-Qusuf yang tak jauh dari rumah duka. "Innalillahi Wainnailaihi Rajiun, telah berpulang ke Rahmatullah Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, pada Rabu, 2 Mei 2011 pukul 11.41di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo."
Setelah itu, pelayat terus berdatangan, baik dari tetangga, jajaran Kementerian Kesehatan RI, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, serta tokoh nasional. Pakar pendidikan Arif Rahman, yang juga sahabat almarhum juga tampak sibuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan.
Karangan bunga duka cita juga terus berdatangan yang ditempatkan berderet hingga puluhan meter di kanan kiri hingga belakang rumah almarhum yang tepat berada di pertigaan. Para pelayat berbondong-bondong datang sejak sebelum jenazah tiba sekitar pukul 12.00.
Mereka yang lebih dulu datang adalah para pegawai Kantor Kemenkes RI, tetangga sekitar, Lurah Duren Sawit, Supriyanto, Kapolsek Duren Sawit, Kompol Titik Satyawati, serta Danramil Duren Sawit Kapten Mulyanto.
Pejabat tingkat menteri yang datang duluan di antaranya Panglima TNI Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Menteri ESDM Jero Wacik, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, dan Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi.
Setelah jenazah tiba, baru Menlu Marty Natalegawa, Mendagri Gamawan Fauzi, Menkumham Amir Syamsudin, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), dan Prof Dr Meutia Hatta terlihat hadir di rumah duka.
Bakal calon Gubernur DKI Hendardji Soepanji bersama istrinya Ratna Rosita yang menjabat Sekjen Kementerian Kesehatan juga tiba lebih awal. Ratna mengatakan, sejak Endang masuk rumah sakit sejak tiga pekan lalu selalu menjenguk setiap tiga hari sekali.
"Terakhir saya komunikasi dengan almarhum Sabtu minggu kemarin. Dia mengatakan, temannya dari Harvard (University) mau datang menjenguknya, pas Rabu ini. Lalu dia pegang tangan saya, seolah tak mau dilepas. Saya juga tak mau melepas genggamannya lama sekali. Tangannya dingin sekali," ungkapnya.
Setelah itu Endang mengajak Ros, panggilan akrab Ratna Rosita, agar jajaran internal kementerian yang dimpimpinnya semakin kompak. Jangan mau terpecah belah. Namun Ratna enggan menjelaskan lebih jauh mengenai kondisi internal Kemenkes itu.
Penyakit kanker Endang diketahui pada 2010 melalui general check up rutin tahunan. Kala itu hasil scan diketahui ada sesuatu yang mencurigakan di paru-parunya. Setelah diteliti lebih lanjut ternyata kanker. Mengetahui hal itu, Endang tampak tabah.
"Dia bilang ke saya, karena saya kan Sekjennya dia. Maka saya katakan ayo Bu kita berobat dengan teratur," ungkap bawahan sekaligus teman satu bangku kuliah dengan almarhum sewaktu di Fakultas Kedokteran UI itu.
Kendati mengidap kanker, Endang tak pernah mengeluh. Setiap kegiatan di dalam hingga luar daerah dijalankan penuh semangat.
Ros mengaku tidak tahu penyebab kanker yang menghinggapi paru-paru Endang. Selama dikenalnya saat kuliah S1 Kedokteran, Endang tidak merokok. Keluarganya juga bukan perokok dan punya garis riwayat penyakit kanker. "Jadi saya tidak tahu penyakit kanker ini dari mana. Mungkin sudah takdir ya," pungkasnya.
Ditanya tentang gagasan Endang selama menjadi menteri kesehatan, Ros mengatakan bahwa almarhumah menginginkan agar jajaran Kementerian Kesehatan bersih, tertib, dan bebas KKN. "Insya Allah, laporan keuangan BPK tahun ini lebih baik dari sebelumnya. Ini hadiah kami kepada almarhum," urainya.
Selama berteman, Ros mengenal Endang sebagai sosok yang baik, ramah, suka menegur, pendiam, rajin belajar, dan teladan yang baik di Kemenkes dan keluarga. Sementara itu, selain mengurusi program-program kesehatan nasional, Endang ternyata dikenal dekat dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
"Almarhum adalah orang yang sangat supel, bersahaja, dan terbuka. Selalu tersenyum bila ada yang menyapa. Gaya bicaranya juga lemah lembut. Jadi benar-benar keibuan," ungkap Lurah Duren Sawit, Supriyanto, yang melawat di rumah almarhumah.
Supriyanto mengaku, masih sekitar sebulan lalu bertemu dengan Endang saat kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Duren Sawit. Endang ikut berkeliling bersama petugas jumantik, mengunjungi rumah-rumah tetangga sekitar. Endang memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang kesehatan pada warga dan kader PKK Duren Sawit.
Kesan serupa diungkap Kepala Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Iwan Kurniawan. Menurutnya, Endang Rahayu adalah sosok yang tak pernah mengeluh, dan gemar berolahraga.
"Terakhir kami berbincang adalah ketika kegiatan Pencanangan Progran Imunisasi Campak di Gedung BKOW, bulan Oktober lalu. Dia berpesan kepada kami untuk tidak pandang bulu dalam melayani pasien yang butuh pengobatan. Dia juga rajin jalan-jalan pagi, terutama saat kondisinya masih sehat," kenangnya.
Endang Rahayu Sedyaningsih, meninggal pada Rabu pukul 11.41 di RSCM dalam usia 57 tahun. Perempuan kelahiran Jakarta 1 Februari 1955 itu meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang terdeteksi pada Oktober 2010. Rencananya pagi hari ini jenazah akan diberangkatkan ke Kantor Kemenkes untuk mendapatkan penghormatan terakhir.
Setelah itu jenazah akan dikebumikan di pemakaman San Diego Hills, Karawang, dengan rencana upacara pemakaman dipimpin langsung oleh Presiden SBY. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SSB Mandiri Jaya Bogor Sukses Pikat Akademi Manchester City
Redaktur : Tim Redaksi