Sekolah Sepak Bola (SSB) Mandiri Jaya Bogor mendapat kesempatan berlatih tanding melawan akademi sepak bola Manchester City. Bahkan, akademi milik klub Liga Premier Inggris itu meminati enam siswa SSB Mandiri untuk dibina di sana.
MUHAMMAD AMJAD, Bogor
ENAM siswa SSB Mandiri Jaya Bogor itu menarik perhatian karena penampilannya saat menjalani laga lawatan di Inggris, 29 Februari-29 Maret lalu. Para siswa yang rata-rata berusia 14 tahun tersebut mampu mengalahkan tiga akademi klub sepak bola di negeri Ratu Elizabeth II itu. Mereka menang atas akademi Leicester City dengan skor 3-1, lalu Manchester City (2-1), dan Manchester United (2-1).
Keberangkatan SSB yang bermarkas di Lapangan Jagorawi Golf, Gunung Putri, Bogor, tersebut ke Inggris adalah dalam rangka menjalani rangkaian training di Soccer Academy Education, Bradford. Selain digembleng dengan teori dan praktik bermain bola, mereka menjalani laga uji coba melawan tim-tim akademi sepak bola di Inggris.
"Kemampuan mereka benar-benar diuji. Hasilnya sungguh membanggakan. Itulah yang membuat kami tambah bersemangat dalam upaya melahirkan bintang-bintang baru," ujar Manajer SSB Mandiri Jaya Bogor Heriana Kurniawan yang ditemui Minggu lalu (20/4).
Enam siswa tersebut adalah Dallen Ramadhan Doke, Hanif Faturrahman, Ridho Ramadhan, Samuel Christiansan, Muhammad Putra, dan Syahrian Abimanyu. Mereka disaring dari sembilan siswa yang mengikuti tur di Inggris itu. "Enam anak itu dinilai layak bergabung di akademi sepak bola City," kata Heri, panggilan Heriana Kurniawan.
Menurut dia, prestasi tersebut cukup bersejarah karena SSB mampu mengirimkan siswanya langsung ke Inggris tanpa campur tangan PSSI dan pemerintah. Sayangnya, enam siswa SSB Mandiri tersebut tidak bisa dengan mudah masuk ke akademi Manchester City. Sebab, mereka terkendala izin tinggal di Inggris. Sesuai dengan ketentuan, mereka harus tinggal selama dua tahun di luar Inggris lebih dulu sebelum nanti bersekolah di akademi City.
Jalan tengah yang bisa ditempuh adalah menempatkan enam siswa SSB tersebut di akademi sepak bola Spanyol lebih dulu. "Ada akademi Levante dan Valencia yang bersedia menampung mereka setelah melihat kemampuan anak didik kami. Mereka akan berangkat ke Spanyol Juli nanti dan tinggal di sana sampai dua tahun," tuturnya.
Keberhasilan murid-murid SSB Mandiri Jaya Bogor menarik perhatian akademi sepak bola Manchester City itu melalui proses panjang. Bermodal pengalaman sebagai mantan pemain profesional di klub Divisi Utama PSSI saat itu, PSB Bogor, Heri mendirikan SSB Mandiri Jaya pada 2005. Dia didukung kakaknya, M. Hatta, dan adiknya, Hanafiah. Kebetulan, dua saudaranya tersebut juga mantan pemain PSB Bogor dan Persikabo Bogor.
Dalam sekejap, mereka bisa mendidik 40 anak. "Tapi, kebanyakan anak saudara dan teman. Juga, anak-anak kampung sekitar yang tidak mampu," ucap penggawa PSB pada era 1990-an sampai 2005 tersebut.
Meski begitu, program pelatihan dilakukan dengan serius dan tersistem. Para pelatihnya berlisensi kepelatihan. "Kami tidak pernah berpikir keuntungan saat itu. Yang ada dalam benak kami hanya bagaimana bisa membantu anak-anak untuk berlatih sepak bola dengan teknik yang benar," ujarnya.
Karena itu, mereka tidak menarik iuran mahal seperti di SSB yang lain. Setiap siswa hanya ditarik "SPP" Rp 1.000 setiap latihan pada Kamis, Sabtu, dan Minggu. Uang itu tidak digunakan untuk menggaji pelatih, tapi dikembalikan lagi ke murid SSB, yakni untuk membeli air minum saat latihan.
"Kalau uang iuran itu sisa, baru diberikan kepada pelatih. Itu pun hanya untuk uang bensin. Tidak bisa digunakan lebih. Sekarang iurannya naik jadi Rp 3.000 karena harga air juga naik," ujarnya lantas tertawa.
Para pelatih dan pengurus SSB Mandiri Jaya, kata Heri, tak terlalu menghiraukan bayaran karena telah memiliki pekerjaan tetap. Ada yang menjadi PNS atau pegawai swasta. Mereka mau melatih karena tak bisa melepaskan diri dari kesenangannya terhadap sepak bola.
Untuk lapangan berlatih, SSB Mandiri juga beruntung karena mendapat sokongan dari pengembang Jagorawi Golf. Lapangan itu dibangun warga sekitar. Dengan begitu, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa lapangan.
"Awalnya memang sempat ribut. Tapi, setelah dijelaskan maksud pembuatan lapangan itu, pihak pengembang membolehkan lahannya digunakan untuk latihan sepak bola," kenang Heri.
Dalam perjalanannya, SSB Mandiri kerap mengikuti turnamen tingkat Kabupaten/Kota Bogor dan tingkat Provinsi Jawa Barat. Dari kiprahnya di beberapa turnamen itulah, SSB Mandiri Jaya Bogor dikenal karena kualitas pembinaannya yang bagus serta terpola.
Heri kemudian mengembangkan jaringan dengan menjalin kerja sama dengan akademi sepak bola yang memiliki visi panjang dan orientasi internasional, yakni Jakarta Football Academy (JFA). Dari jalinan kerja sama itu, sejak 2011, para siswa SSB Mandiri memiliki garis pendidikan sepak bola yang semakin terang.
Siswa yang potensial dan telah masuk di kelas expand akan dikirim ke JFA agar mendapat pelatihan berstandar klub Eropa. "Saya ditunjuk menjadi pelatih kepala di JFA. Karena itu, kerja sama bisa dimaksimalkan. Di sana, latihan lebih terjamin dengan fasilitas dan kurikulum yang berkiblat ke Eropa," tuturnya.
Dengan prestasi yang terus diraih, program latihan SSB Mandiri juga terus ditingkatkan. Seiring dengan itu, jumlah muridnya pun meningkat sepuluh kali lipat. Sekarang ada sekitar 400 siswa yang berlatih di SSB Mandiri.
Ke depan, SSB Mandiri menjalin kerja sama dengan akademi sepak bola di Inggris yang dijembatani JFA. Pada 2013, mereka menyiapkan program untuk siswa tidak mampu yang potensial untuk bisa mengikuti training di Inggris.
"Kami optimistis dan bercita-cita terus melahirkan bibit-bibit pemain sepak bola yang hebat pada masa depan. Yang bisa bermain di liga besar di luar negeri," tegas Heri. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadar Navis Gumay, dari Pemerhati Menjadi Penyelenggara Pemilu
Redaktur : Tim Redaksi