jpnn.com, CAPE TOWN - Kiamat itu nyaris terjadi di Cape Town, kota terbesar kedua di Afrika Selatan. Kota tersebut akan mengalami day zero alias hari nihil pada 12 April.
Saat itulah Cape Town akan sama sekali kehabisan pasokan air. Tanggal itu maju dari ”jadwal” semula, yakni 22 April.
BACA JUGA: Indonesia Unggul Menghadapi Dampak Perubahan Iklim
Day zero adalah saat ketika level air di bendungan-bendungan utama kota itu turun drastis. Yakni, pada angka 13 persen atau di bawahnya. Saat itulah airnya tak layak dikonsumsi.
Aliran air keran akan dimatikan. Pemerintah lalu menyediakan 200 titik pembagian air. Tiap orang dijatah 25 liter per hari.
BACA JUGA: Pentingnya Kajian Ilmiah Untuk Pengendalian Perubahan Iklim
Karena itu, aroma kepanikan menguar. Penduduk pun langsung menyerbu tempat pembelian jeriken, bak, dan sarana penampung air lain. Benda-benda tersebut langsung ludes.
Cape Town memang sedang mengalami kekeringan yang ditengarai terparah dalam kurun waktu lebih dari seabad. Jumlah penduduk yang mencapai 4 juta jiwa dan terus merangkak naik serta perubahan iklim yang drastis memperburuk situasi.
BACA JUGA: Wanita dari Afrika Selatan Jadi Juara Miss Universe 2017
The New York Times bahkan memperkirakan Cape Town akan menjadi kota metropolis pertama di dunia yang kehabisan air.
Senin (22/1) rata-rata level air sudah mencapai 25,3 persen. Pemerintah kota jauh hari sudah mendesak penduduk agar hemat air, tapi tak digubris.
Imbasnya, air bendungan menyusut dengan cepat dan jadwal day zero maju. Tekanan aliran air akhirnya dikurangi dengan harapan bisa menghemat, tapi ternyata tak berdampak signifikan.
”Kami tidak bisa lagi meminta penduduk untuk tidak boros menggunakan air. Kami harus memaksa mereka.” Demikian bunyi pernyataan Wali Kota Cape Town Patricia de Lille seperti dilansir CNN. (sha/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri LHK: Kita Harus Kerja Sama dan Lebih Pintar
Redaktur & Reporter : Adil