jpnn.com - SEBUT saja namanya Mira, 28, warga Menanggal, Surabaya. Sejak kecil dia sering sakit hati atas perilaku keluarga ayahnya, Donjuan, 50, terhadap ibu kandungnya, Karin, 48.
Maka ketika dia melanjutkan studi doktoral S3 di Anchen University, Jerman, Karin memboyong ibunya ke Jerman.
BACA JUGA: Kiprah Istri Bupati Pesisir Selatan Melestarikan Baju Kurung
Umi Hany Akasah - Wartawan Radar Surabaya
Tak mau sendirian ditinggal sang istri ke Jerman, Donjuan mengancam menceraikan Karin. Namun, Mira hadir bak pahlawan bagi ibunya, Karin.
BACA JUGA: Pengisian Wagub Riau dan Kepri Harus Tuntas 1,5 Bulan Lagi
Mira menemani ibunya dan tidak takut dengan tantangan ayahnya.
Drama keluarga yang bikin terharu itu terjadi usai sidang mediasi di Pengadilan Agama (PA), klas 1A Surabaya, Jumat (2/9).
BACA JUGA: Bus Berisi 42 Mahasiwa Unimed Masuk Jurang di Karo
Karin seperti orang tak sadarkan diri. Karin hanya melongo mendengar umpatan bertubi-tubi dari Donjuan.
Mira tak terima dengan mengatakan bahwa ayahnya tak pernah mementingkan perasaan ibunya.
"Ayah gak mikir. Ibu sing kerjo, tapi duitnya dikasih ke bude dan mbah. Ibu lho utang ke teman-temannya untuk kebutuhan rumah tangga. Nangis eh sampeyan salahkan. Ibu sampe gendeng saiki," kata Mira menangis di depan ayahnya.
Tekanan keluarga ayah itu terjadi sejak mereka menikah muda. Donjuan dan istrinya selalu memberikan hasil kerjanya sebagai PNS kepada keluarga dia.
Alasannya, biar keluarganya tidak kekurangan apa-apa. Kebetulan, Donjuan anak pertama dari 5 bersaudara.
Keempat adiknya tidak bekerja dan menggantung kan hidup pada Donjuan.
Mereka tinggal di rumah Donjuan yang merupakan warisan dari orang tua Karin.
"Ibu itu diam saja. Nurut. Kalau protes dikit, keluarga ayah sudah melabrak ibu. Ibu gak pernah ada betulnya di hadapan ayah dan keluarganya," kata Mira yang tahu benar perilaku keluarga ayahnya ke ibunya.
Karena tertekan itu, kini Karin seperti orang gila. Sebagai guru agama, Karin cenderung lebih tertutup.
Usai mengajar, Karin langsung pulang sehingga ia dikucilkan tetangga dan temannya karena dianggap kurang bergaul. "Ibu dulu tidak begitu," kata Mira.
Untunglah, Karin selalu didukung oleh keempat anaknya. Keempat anaknya meraih prestasi luar biasa. Bisa dikata cerdas.
Karin yang lulusan SMAN 5 Surabaya melanjutkan studi S2 dan kini sudah mau S3 di Jerman.
Anak kedua lulusan ITS juga melanjutkan studi di Belanda. Sedangkan, anak ketiganya sudah lulus akuntansi di Unair dan kini bekerja di kantor perpajakan Kalimantan.
Sedangkan anak keempatnya, masih studi di SMAN 2 Surabaya. "Saya sudah sepakat sama adik-adik untuk membawa ibu ke Jerman. Nanti kalau lulus yang bungsu saya kuliahkan di Jerman," kata Mira yang sudah bekerja sebagai analisis keuangan di perusahaan mobil ternama Mercedes.
Sementara itu, Donjuan tak sanggup berkata apa-apa mendengar protes dari putri sulungnya.
Dia hanya diam dan terlihat tak berkutik ketika Mira yang seumur-umur tak pernah protes bisa mengatakan kata-kata seperti itu di hadapan khalayak umum.
"Sudahlah," tandas Donjuan yang langsung pergi dari area mediasi. (*/no/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harap Tenang! Stok Blanko e-KTP Masih Aman
Redaktur : Tim Redaksi