jpnn.com - SUKA dan duka dilakoni para guru dan tenaga kesehatan di Manasari, Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Papua.
Dari 18 distrik yang ada di Kabupaten Mimika, Distrik Mimika Timur Jauh salah satunya yang belum bisa dijangkau saluran komunikasi seluler. Padahal kalau dihitung jarak dengan Kota Timika tidak terlalu jauh.
BACA JUGA: Inilah Kabar Baik bagi Penderita Gagal Ginjal dan Kanker
Semua peralatan komunikasi berupa ponsel secanggih apapun, selain radio dan telepon satelit, tidak berfungsi. Alhasil, android dan semacamnya hanya dijadikan untuk mendengarkan music atau main game.
Mau menelepon keluarga atau orang-orang tersayang? Nanti dulu. Hal itu yang jadi salah satu kendala mereka bertugas di sana. Meski tidak terlalu jauh dari Kota Timika, namun bagi orang yang sudah terbiasa hidup dengan dunia maya, ketika berada di sana seolah “mati kutu”.
BACA JUGA: Suasana Kabin Lion Air Saat Pilot Bilang Pesawat Sedang Tidak Normal
Begitulah kendala para warga dan petugas di sana. Namun hal itu bukan jadi jalan buntu. Soalnya mereka masih punya satu solusi agar bisa menghubungi saudara, kekasih atau siapa saja di daerah lain atau di Timika khususnya.
Meski tidak mudah, para guru, warga dan tenaga kesehatan tetap menempuh cara ini. Caranya? Mereka harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam naik perahu bermesin tempel, agar bisa menemukan spot dimana sinyal dari salah satu operator seluler yang bisa dijangkau.
BACA JUGA: Miniatur Kapal Layar Berkelas Dunia, Bukti Sel Tak Halangi Kreativitas
“Kami harus sediakan 30 liter bahan bakar dan alat pancing. Soalnya kami harus ke salah satu tempat yang lumayan jauh,” kata Kepala Sekolah SMP Negeri Omauga Manasari, Reki Tafre ketika ditemui Radar Timika, di Manasari beberapa hari lalu.
Para guru dan yang lainnya, sesudah mengumpulkan uang untuk membeli bahan bakar, juga sekalian berekreasi bersama. Biasanya mereka berangkat pagi hari, sebab harus pulang pergi 6 jam. Mereka juga membawa makanan dan minuman, termasuk alat pancing sehingga mereka pulang tidak kelaparan.
Ceritanya, spot atau lokasi dimaksud adalah di Pantai Omouga masih di distrik tersebut. Begitu mereka tiba, ada satu pohon yakni Pohon Waru yang menjadi titik dimana sinyal bisa didapat.
“Begitu nyambung, kami tidak bergerak biar sinyal tidak hilang. Lumayan dapat 3 garis sudah bisa menelepon keluarga. Pokoknya semua bikin aksi masing-masing. Ada yang tiduran di batang pohon, berpelukan dan sebagainya,” ujar Reki tertawa.
Demikian juga dengan Kepala Sekolah SD YPPK Tillemans Manasari, Emanuel Wolor, SPd. Kebiasaan pergi menelepon di Pantai Omouga sudah lama dilakoni.
“Pokoknya Pohon Waru jadi saksi bagi kami di sana. Titik itu memang bisa dapat sinyal. Tapi ya itu, kami harus mengeluarkan biaya. Tapi kami anggap rekreasi juga. Syukur-syukur waktu memancing bisa dapat ikan dan bawa pulang,” jelasnya.
Biasanya mereka menghabiskan waktu di sana dengan menelepon berjam-jam. Atau sekalian internetan. Karena di sana suasananya sejuk karena banyak pohon, sehingga tempat itu juga sekaligus membuat mereka betah berlama-lama.
“Kalau pergi pagi, kami pulang sore saja. Biasanya kan pergi Sabtu atau Minggu, jadi tidak mengganggu kerjaan. Yah terbayarlah membayar biaya sekian itu,” timpal Reki. (sampe p sianturi/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanya Mbah Dukun Ini yang Bisa Hunus Pedang Bertuah Warisan Datuk Sunan
Redaktur : Tim Redaksi