jpnn.com, JAKARTA - Survei terbaru dari Grant Thornton menunjukkan terjadinya perubahan signifikan di antara para chief financial officer (CFO), baik secara pribadi maupun peran divisi keuangan yang mereka pimpin.
Pandemi covid-19 telah memaksa CFO untuk lebih fokus lagi pada peran mereka sebagai agen perubahan dan juga ahli strategi untuk mencari cara baru dalam memanfaatkan otomatisasi, outsourcing, dan efektivitas divisi keuangan dalam tanggung jawab mereka.
BACA JUGA: Grant Thornton Indonesia: Perlu Strategi Tepat Memulihkan Perekonomian
Perubahan tersebut membutuhkan lebih banyak inisiatif untuk lebih dapat memahami, mengatur, dan memanfaatkan divisi keuangan yang mereka pimpin.
Hasil dari survei CFO Report 2020 oleh Grant Thornton menunjukkan adanya kesenjangan antara target yang harus dicapai dengan kemampuan CFO dalam berinovasi.
BACA JUGA: Grant Thornton: Optimisme Pebisnis Indonesia atas Keuntungan Usaha Melonjak
Grant Thornton telah melakukan survei CFO tahunan pada Februari 2020. Namun, karena pandemi covid-19 menyebabkan perubahan signifikan terkait strategi di berbagai organisasi, survei untuk para CFO kembali diadakan pada Mei 2020.
Hasil survei pada Februari 2020 menunjukkan bahwa tanggung jawab CFO dibagi dalam peranan yang seimbang sebagai ahli strategi, agen perubahan dan yang menggawangi kinerja keuangan perusahaan.
Namun, saat krisis covid-19 memburuk, peran para CFO bergeser ke arah ahli strategi dan agen perubahan, dan lebih sedikit sebagai penjaga gawang keuangan perusahaan.
Selama pandemi, CFO kini dapat secara efektif menjaga akuntabilitas perusahaan untuk seluruh fungsi keuangan sambil mencari peluang-peluang untuk menghasilkan imbal balik tertinggi bagi perusahaan.
Dalam survei tersebut, Grant Thornton juga berbagi 4 cara agar CFO dapat mempertimbangkan opsi yang bisa digunakan semasa pandemic untuk menegaskan peranan mereka di masa mendatang.
Pertama, pendelegasian. Delegasi dapat dimulai sesederhana dari tugas akuntasi tertentu atau dari perubahan struktural secara permanen.
Misalnya, fungsi akuntansi dan pelaporan dimasukkan ke dalam peran controller, sedangkan posisi baru seperti risk management officer dapat mengambil peran CFO sebagai yang menggawangi keuangan perusahaan.
Kedua, otomatisasi. CFO yang menggunakan software dengan hasil forecasting lebih cepat telah merasakan langsung bagaimana teknologi mampu membuat kontribusi mereka menjadi lebih signifikan.
Ketiga, pelatihan. Untuk sepenuhnya mengembangkan potensi tim, CFO dapat memberikan program pelatihan untuk berbagai peran maupun kompetensi yang bersifat prioritas.
Keempat, outsourcing. Jajaki kemungkinan melakukan alih daya fungsi tertentu yang sifatnya berulang dan sangat transaksional.
Ini tidak hanya dapat membantu CFO agar tidak lagi disibukkan dengan berbagai tugas dengan prioritas rendah, tetapi juga dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan menghilangkan tugas berulang untuk staf keuangan.
Legal Partner Grant Thornton Indonesia Kurniawan Tjoetiar mengatakan, dengan penggabungan efektif antara teknologi, alih daya dan inovasi, serta memanfaatkan rangkaian kompetensi secara luas dan lengkap dalam perusahaan, setiap CFO dapat menyesuaikan strategi yang memungkinkan mereka untuk fokus pada business-critical are.
“Namun, tetap memastikan akuntabilitas organisasi untuk fungsi keuangan berjalan lancar di tengah pandemi,” kata dia, Selasa (27/10).
Dia menambahkan, PSBB yang sudah berulang beberapa kali di Indonesia membuat kebijakan strategis dari pemimpin perusahaan akan menentukan masa depan perusahaan tersebut.
“Kami menegaskan CFO memegang peranan new normal yang penting. Bukan tidak mungkin restrukturisasi tanggung jawab dan fokus, para CFO di Indonesia sangat mungkin menciptakan new normal terbaik bagi perusahaannya,” tutur Kurniawan. (jos/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Ragil