Mengungkap Pesan di Balik Diplomasi MRT Jokowi dan Prabowo

Minggu, 14 Juli 2019 – 21:54 WIB
Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Foto: Twitter@pramonoanung

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pihak mengapresiasi pertemuan Presiden terpilih Joko Widodo dengan Prabowo Subianto di Stasiun MRT, Jakarta, Sabtu (13/7). Pertemuan yang belakangan disebut "Diplomasi MRT" itu memberikan banyak pesan, terutama dari sudut pandangan komunikasi politik.

Akademisi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan, politik sangat dinamis sehingga boleh saja ada yang berpandangan pertemuan itu pertanda akan terjadi koalisi, maupun Prabowo tetap berada di oposisi. "Apa yang dikatakan tadi serba mungkin karena politik itu serba dinamis," kata Emrus menjawab JPNN.com, Minggu (14/7).

BACA JUGA: Pidato Sekitar 20 Menit, Jokowi tak Sebut Nama Prabowo

Menurut Emrus, kedua kubu tentu memiliki kepentingan politik masing-masing. Karena itu, ujar dia, belum tentu kepentingan dua kubu masing-masing bisa menyatu, dalam pengertian sebagaimana yang diharapkan oleh dua tokoh yang bertemu tersebut. Kendati demikian, Emrus menegaskan bahwa pertemuan dua negarawan itu patut dihargai. "Karena bisa mencairkan hubungan ke depan, dibanding kalau tidak ada pertemuan," ungkap Emrus.

Direktur EmrusCorner ini menambahkan, pertemuan itu bisa menjadi embrio atau titik awal kerja sama politik kedua kubu ke depannya. "Jadi pintu masuk sehingga bisa saja Gerindra dan Prabowo berkoalisi dengan Jokowi," ujarnya.

BACA JUGA: Sepertinya Prabowo Bakal Tetap Oposisi, Ini Pertandanya

BACA JUGA: Analisis Ketum Muhammadiyah tentang Pertemuan Jokowi - Prabowo dan Isyarat soal MRT

Hanya saja, dia kembali menegaskan, hal itu juga tergantung kepentingan apakah mereka bisa atau tidaknya mewujdkan kepentingan politik masing-masing. "Kalau bisa diwujudkan, koalisi akan terbuka lebar, tetapi ketika kepentingan mereka berseberangan, tentu bisa saja pertemuan ini hanya pertemuan awal tanpa tindak lanjut," jelas Emrus.

BACA JUGA: Jokowi Sebut Oposisi Sangat Mulia, asalkan Tak Umbar Dendam dan Kebencian

Nah, kata Emrus, semuanya dinamis. Dia menduga, biasanya setelah pertemuan kedua tokoh utama, akan ada tindak lanjut oleh layer dua, tiga, empat dari masing-masing kubu untuk melakukan pembicaraan. Baik itu pembicaraan formal maupun informal. "Tentu pembicaraan itu biasanta tetap diskusikan dengan dua tokoh di kubu masing-masing," paparnya.

Karena itu, Emrus kemungkinan akan terjadi koalisi atau tidak masih dibamis dan terbuka. Terlepas ada koalisi atau tidak, kata Emrus, pertemuan ini sangat bagus karena masyarakat bisa melihat secara langsung. "Sekalipun berbeda tajam saat pilpres, tetapi mereka menunjukkan kenegarawanan dengan melakukan pertemuan," jelasnya.

Lebih lanjut Emrus menuturkan bahwa pertemuan itu memang bersifat informal, tetapi sudah dirancang baik itu hari, tanggal maupun jamnya oleh mediator-mediator di kedua kubu.

"Boleh jadi mereka (Prabowo - Jokowi) bertelepon, tetapi hipotesa saya lebih kepada disiapkan mediator," pungkasnya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Berpidato di Visi Indonesia, Massanya Tak Sebanyak saat Konvensi Rakyat


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler