Menikmati Masakan Faieeza

Catatan Dani Nur Subagiyo, Johannesburg

Senin, 14 Juni 2010 – 01:44 WIB
MASAK - Tuan rumah penginapan, Faieeza Hoosen, serta masakan yang dimasak di rumahnya, di Bezuidenhout, Johannesburg, Minggu (13/6). Foto: Dani Nur Subagiyo/Jawa Pos.

HARI Minggu merupakan waktu memasak bagi Faieeza Hoosen, pemilik rumah tempat saya menginap selama di JohannesburgPerempuan keturunan India itu memang berusaha menyediakan waktu memasak setiap akhir pekan

BACA JUGA: Di Balik Cerita Waka Waka

Sebab, hari-hari lainnya dia sibuk dengan pekerjannya sebagai sekretaris di Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), Johannesburg
Dia berjanji akan memasak menu khusus untuk saya.

Pukul 07.00, Faieeza mulai sibuk di dapur

BACA JUGA: Tetap Berdiski Meski Seri

Hampir semua alat masak tersedia di dapur berukuran 4x4 meter tersebut
Di sisi utara, ada kitchen set yang terdiri atas enam lemari di bagian atas maupun bawah

BACA JUGA: Edisi Kedelapan Sang Biarawan

Di bagian pinggir ada enam rak untuk menaruh panci berbagai ukuranSedangkan bagian tengah ditempati tiga pengorengan dan dua oven besar.

Di sisi barat terdapat dua bak cuci, "bertetangga" dengan ruang mesin cuciDi ruang itu ada dua mesin cuci, plus tempat khusus untuk menggantung pakaian setelah disetrikaLalu, di sisi timur, ada lemari es tiga pintu yang menjadi satu dengan lemari besar berpintu lima, tempat penyimpanan bahan kebutuhan sehari-hari, makanan, peralatan mandi, dll.

Sementara sisi selatan ditempati lemari pendek empat pintu untuk menyimpan piring, gelas, serta mangkuk berbagai jenis dan ukuranDi atasnya terdapat empat set sendok dan garpu, plus alat pemanasRuangan dapur itu menjadi satu dengan meja makan berukuran 1x3 meter dengan delapan kursiAda televisi flat 42 inci yang melekat di dinding dekat meja makanDengan demikian, saat memasak, Faieeza tetap bisa nonton televisi.

Sebagaimana kesepakatan bersama, Faieeza akan memasak macon, yakni daging sapi yang diiris tipis memanjang yang sudah diberi bumbuMacon tidak digoreng atau direbus, melainkan hanya didiamkan di lemari esRasanya seperti daging asapMacon dimakan dengan nasi yang sudah digoreng dengan telur.

Setelah bergelut di dapur selama 40 menit, macon bikinan Faieeza siap dihidangkanUntuk menambah cita rasa, ditambahkan sambal hijau, mirip sambal di rumah makan PadangBedanya, ada tambahan kacang di dalamnyaFaieeza mengatakan sambal hijau itu merupakan kreasinya sendiri, yang diberi nama peanut chutney.

Ketika Faieeza sibuk di dapur, suaminya, Mobeen Valodia, menyiapkan minuman teh jahe hangatPria berusia 33 tahun itu - seperti Faieeza - ramah dan sabarMobeen yang usianya setahun lebih tua dari Faieeza itu, bekerja di Divisi Keuangan Mercedez Benz wilayah Johannesburg.

Pasangan suami istri itu - sebagaimana pernah saya singgung dalam blog terdahulu - terbiasa menyewakan kamar di rumahnya bagi tamu asing, kebanyakan dari IndonesiaKebiasaan tersebut mereka lakukan sejak menikah di Durban tiga tahun laluFaktor keuangan jelas bukan jadi alasan, karena pasangan itu hidup sangat berkecukupanMereka ingin punya banyak teman dan tidak ingin kesepianMaklum, Mobeen dan Faieeza belum dikarunia momongan.

Agar tamunya kerasan, pasangan yang di-makcomblang-i adik Mobeen itu, menyulap rumahnya layaknya hotel miniAda tiga kamar yang bisa ditempati di rumah yang terletak di Bezuidenhout, sekitar lima kilometer dari Stadion Ellis Park itu.

Dua kamar di dekat ruang tamu dan satu kamar di dekat meja makanKamar yang saya tempati ada di dekat meja makan ituSatu-satunya kamar yang ada fasilitas kamar mandi dalamnya.

Sedangkan dua kamar di dekat ruang tamu, satu di antaranya sebenarnya ruang fitnesNamun, Mobeen dan Faieeza mengalihfungsikannya untuk kamar tidurFaieeza mengaku mendesain dan mengecat sendiri ruangan di tiga kamar rumahnya tersebut.

Layaknya hotel, Mobeen dan Faieeza menerapakan beberapa aturan di rumahnyaAntara lain, dilarang merokok di kamar tidur, dilarang membawa alkohol, hanya makanan halal yang boleh dibawa ke rumah, serta jangan berjalan di karpet kamar tidur dengan sepatu, karena karpet digunakan untuk beribadahSetiap orang yang akan meninggalkan rumah juga harus senantiasa memastikan pintu gerbang terkunci.

Untuk mencuci pakaian, Mobeen dan Faieeza punya seorang pembantu perempuan berumur 40-an tahunNamanya Alice, asal ZimbabweSetiap kali mencuci, dikenakan biaya USD 5 atau hampir Rp 50 ribuTidak ada hitungan berapa potong pakaian, karena ditempatkan dalam kantung plastik besar seukuran tinggi manusiaProsesnya hanya sehariPagi menaruh pakaian kotor, malam harinya pakaian sudah diterima dalam keadaan rapi disetrika dan harum(*/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumbang Bonus untuk Ultah Negeri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler