jpnn.com - SEKEMBALINYA dari tanah Guangzhou, Tiongkok, Donwori, 40, berubah. Dia jadi ketiongkok-tiongkokan. Sang istri, sebut saja Karin, 38, punya tanda tanya besar atas perubahan Donwori itu.
Berontak. Itulah yang dilakukan Karin. Dia protes dengan cara mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Klas 1 A Surabaya, awal April lalu.
BACA JUGA: Duh, Kualitas Hakim di Kalbar Parah Banget
Maklum, pekerjaan Donwori hanya PNS guru matematika, pada Februari 2015 hingga November 2015, Donwori mengikuti program belajar dan pelatihan pendidikan di Guangzhou, Tiongkok.
“Stres saya lihat perubahan suami. Dulu diam dan tidak aneh-aneh. Di Malang, dia jadi kepala SMP. Masih muda dan berprestasi,” kata Karin di sela-sela sidang mediasi gugatan cerai di PA Klas 1 A Surabaya, kemarin seperti dilansir Radar Surabaya (JPNN Group).
BACA JUGA: Cincin Pernikahan yang Diberkati, Pindah Tangan Secara Halus
Kini, sepulang dari kuliah pendek di Guangzhou, Donwori tak lagi konsentrasi terhadap kuliah S3-nya di Malang.
Donwori yang kreatif ketika membuat ide-ide perubahan konsep pembelajaran di sekolahnya juga mulai malas. Faktanya, sejak awal Januari lalu, sekolahnya jarang menggelar acara.
BACA JUGA: Pulang, Makan, Eehh.. Digelandang ke Kantor Polisi
Padahal, sebelum ke Tiongkok, Donwori rajin menggelar acara hingga sekolahnya menjadi sekolah terbaik di Malang. Karin yang tinggal di Surabaya pun mendukung sepenuhnya karir suami tersebut.
Akan tetapi, sekembalinya dari Tiongkok. Donwori lebih hedonis. Konsep pendidikan modern di Tiongkok tidak diterapkan di sekolah tempat ia mengabdi. Donwori justru berubah menjadi pria yang sok gaul dan mirip dengan hedonis.
Soal gaya makan misalnya. Ketika makan, Donwori tidak lagi pakai sendok dan garpu tapi sumpit. Bicaranya dengan orang yang dikenal juga menggunakan bahasa Tionghoa sedikit medok. Misalnya, ni hao ma atau xie..xie...
Tampilannya juga pakai peci khas Tiongkok dengan tali panjang di kepalanya. Untung kepalanya masih memiliki rambut. Tidak diplontos dengan disisakan rambut panjang dikuncir mirip film-film kungfu.
Donwori juga hobi melihat film-film Tiongkok. Dari mulai film kungfu, romantis hingga film dewasa. “Suami pulangnya ke Surabaya tiga hari sekali. Dulu kalau di rumah, fokus main sama anak. Sekarang fokus lihat film gitu (dewasa artis Tiongkok, Red),” jelasnya.
Yang membuat wanita yang tinggal di Karang pilang itu geram, Donwori menjual dua rumah warisan orang tuanya untuk membeli apartemen di Surabaya Selatan. Ini yang membuat Karin curiga.
Karin menilai ada yang aneh ketika Donwori memutuskan untuk membeli apartemen. Sebab, Donwori memiliki kepribadian yang supel dan lebih suka hidup di kampung daripada di apartemen. Donwori juga lebih suka menulis puisi seperti Rangga dibandingkan melihat film.
“Dulu diajak beli rumah di perumahan saja tidak mau. Lha ini sekarang malah beli apartemen. AADD beneran nih suami,” kata wanita yang juga guru itu.
Gara-gara apartemen itu, kehidupan rumah tangga Donwori dan Karin jadi ramai dengan bumbu percekcokan. Akan tetapi, lambat laun Karin pun mulai mengalah. Karin berpikir positif, Donwori membeli apartemen untuk investasi. Sebab, kini memang tren orang tinggal di apartemen meningkat.
Meskipun masih sering sedikit kesal melihat suaminya bersikap ketiongkok-ketiongkokan. Karin mulai mengalah. Karin memilih diam dan tidak berkomentar apa-apa terhadap perubahan suami. “Lha kulit hitam jlinteng kayak sepur gitu, kok gayane kayak Andy Lau. Tidak mungkin layau,” ujar ibu satu anak itu. (umi hany/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkab Dianggap Belum Perhatikan Pariwisata
Redaktur : Tim Redaksi