jpnn.com, JAKARTA - Selebritas Jessica Iskandar memilih teknologi PGT-A, untuk mengurangi risiko bayi lahir dengan kelainan kromosom.
Kelainan kromosom adalah kondisi genetik yang terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel, selama proses pembentukan sperma atau sel telur.
BACA JUGA: RSHS Bandung Punya Program Bayi Tabung, Presiden Minta Jangan Berobat ke Luar Negeri
Akibatnya, bayi dapat lahir dengan jumlah kromosom tak normal yang berisiko menyebabkan berbagai penyakit bawaan, seperti down syndrome.
"Aku menggunakan teknologi PGT-A dalam program bayi tabung. Bersama suami - Vincent Verhaag, aku menjalani proses bayi tabung di Morula IVF Surabaya untuk memastikan embrio yang ditanamkan terhindar dari risiko kelainan kromosom," terang Jessica Iskandar, Rabu (18/9).
BACA JUGA: US Open 2024: Jessica Pegula Pukul Peringkat 1 Dunia
Setelah beberapa kali gagal hamil secara alami, Jessica dan Vincent memilih teknologi PGT-A untuk meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan mereka.
Dari lima embrio yang dihasilkan, satu embrio yang paling sehat dipilih dan berhasil ditanamkan, sementara yang lain disimpan untuk masa depan.
BACA JUGA: Jessica Iskandar Hamil Anak Ke-3, El Barack dan Don Respons BeginiÂ
“Awalnya aku sempat was-was, tetapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, aku yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ungkap Jessica tentang pengalaman menjalani IVF dengan PGT-A.
Dokter obgyn Morula IVF Surabaya, Benediktus Arifin MPH SPOG (K), FICS menjelaskan kelainan kromosom dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti keterlambatan perkembangan fisik, mental, serta cacat bawaan.
Beberapa jenis kelainan kromosom yang umum di antaranya, Down Syndrome (Trisomi 21). Bayi yang lahir dengan Down syndrome memiliki tiga salinan kromosom 21.
"Mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan intelektual dan fisik. Kelainan kromosom berikutnya yaitu Sindrom Turner," ujar pria yang akrab dipanggil dr Benny itu.
Kondisi itu terjadi pada wanita dan disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh kromosom X, yang menyebabkan kemandulan serta masalah pendengaran dan penglihatan.
Ketiga ialah kelainan kromosom yang disebut Sindrom Klinefelter (XXY).
Sindrom itu terjadi pada pria yang memiliki kromosom X tambahan, menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan disfungsi seksual.
Keempat, Trisomi 13 (Sindrom Patau) dengan kelainan yang menyebabkan cacat fisik dan intelektual berat serta kelainan organ seperti otak dan jantung.
Faktor penyebab kelainan kromosom. Meski penyebab pastinya belum bisa ditentukan, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi.
Pertama, usia ibu hamil. Wanita yang hamil di usia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kromosom.
Kedua, paparan zat berbahaya. Konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan paparan zat kimia berbahaya selama kehamilan juga meningkatkan risiko kelainan kromosom.
Mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi
Walau tak sepenuhnya dapat dicegah, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh calon orang tua untuk mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom.
Dr Benny menjelaskan teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies), adalah salah satu solusi untuk mendeteksi kelainan kromosom sebelum embrio ditanamkan ke rahim ibu.
Dengan teknologi itu, embrio yang dihasilkan melalui proses bayi tabung diperiksa secara genetik untuk memastikan kromosomnya normal.
Hal itu membantu mengurangi risiko keguguran dan meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat.
Kedua, konsumsi asam folat sesuai dengan rekomendasi yaitu 400 mikrogram per hari. Asam folat sangat penting dalam perkembangan janin.
Ketiga, menghindari rokok dan alkohol. Ibu hamil perlu menjauhi minuman alkohol dan merokok untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan cacat lahir.
Keempat, menjaga berat badan ideal. Wanita dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kelainan kromosom.
Pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal. Kelima dengan pemeriksaan kehamilan rutin.
Pemeriksaan kehamilan secara rutin memungkinkan deteksi dini terhadap risiko kelainan kromosom termasuk melalui Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).
"PGT-A sangat penting terutama bagi wanita yang berusia di atas 35 tahun atau yang memiliki riwayat kelainan kromosom dalam keluarga. Dengan teknologi ini, kami bisa memastikan embrio yang ditanamkan normal secara kromosom, sehingga peluang kehamilan yang sehat meningkat," ujarnya.
Sementara itu, Kepala TRB Morula IVF Surabaya, dr Jimmy Yanuar Annas SpOG Subs F.E.R, teknologi PGT-A memungkinkan menyeleksi embrio terbaik yang terhindar dari risiko kelainan kromosom. Ini memberi harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamil Anak Ketiga, Jessica Iskandar Sempat Diminta Rehat Total Gegara Ini
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Mesyia Muhammad