Menjemur Bayi, Sebaiknya Berapa Lama?

Selasa, 14 April 2015 – 07:07 WIB
Selain menyehatkan, menjemur bayi memperkuat ikatan dengan sang ibu. (Ella Tommy dan Damian-Foto: Puguh Sujiatmiko/Jawa Pos)

jpnn.com - AMERICAN Association Pediatric (AAP) mengeluarkan rekomendasi bahwa bayi usia 0–6 bulan tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Nah, sinar matahari yang bagaimana yang bagus untuk bayi?

 

Dokter Johanes Edy Siswanto SpA (K) menjelaskan, menjemur bayi masih dianjurkan untuk dilakukan.

BACA JUGA: Penggemar Roti Bakar Keju Ternyata Lebih Sering Bercinta

Sebab, manfaatnya banyak. Pertama, menjaga kehangatan tubuh bayi. Sinar matahari mengurangi kadar bilirubin dalam darah (yang membuat bayi menjadi kuning) serta mengaktifkan vitamin D dalam tubuh. Vitamin D tersebut mengatur penyerapan kalsium dalam tubuh yang berguna untuk pembentukan tulang.

BACA JUGA: Alergi Makanan? Cobalah Tips Ini

”Bukan hanya itu, proses menjemur bayi membuat ibu dan bayi rileks. Kebanyakan bayi tertidur ketika dijemur sambil dipijat lembut sehingga meningkatkan kontak antara ibu dan bayi,” lanjutnya.

Namun, durasinya tidak terlalu lama. Pada bayi baru lahir, berjemur diawali dengan durasi minimal. ”Cukup 30 menit dalam satu minggu atau sekitar lima menit saja per hari,” paparnya.

BACA JUGA: Menyibak Kesederhanaan Kuliner Negeri Sakura

Secara bertahap, lama menjemur bayi bisa ditingkatkan menjadi dua jam per minggu atau sekitar 20 menit per hari. ”Patokannya, jangan lebih dari 30 menit. Sebab, pada durasi yang terlalu lama itu, risiko paparan sinar matahari lebih besar daripada manfaatnya,” lanjut dokter spesialis anak dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, tersebut.

Secara umum, bayi sebaiknya dijemur di bawah pukul 08.00. Itu disesuaikan dengan musim. Di negara Barat, pada musim semi atau gugur, sinar matahari pukul 07.00–09.00 masih ideal. Namun, untuk musim panas, sebaiknya bayi dijemur pukul 06.00–07.30.

Hindari meninggalkan bayi ketika dijemur. Bayi harus dalam pengawasan penuh, sebaiknya dalam dekapan orang tua. Dengan demikian, ketika bayi kepanasan, akhiri sesi menjemur untuk mencegah si bayi mengalami hipertermi (peningkatan suhu tubuh berlebihan).

Adapun suhu tubuh bayi idealnya berkisar 36,2–37,2 derajat Celsius. Kulit bayi rentan terhadap perubahan suhu, kekeringan, dan infeksi. Bila timbul reaksi kemerahan pada kulit bayi, segera observasi. Apakah itu reaksi normal dan segera menghilang atau bertahan.   

Ketika dijemur, tubuh bayi boleh dibalikkan dari posisi terlentang menjadi tengkurap agar paparan sinar matahari lebih menyeluruh. Namun, lindungi bagian wajah, terutama mata. ”Bisa dengan pemakaian topi atau membelakangi sinar matahari,” ujar dr Edy.

Selain itu, setelah dijemur, segera berikan ASI agar si bayi tidak dehidrasi. Tunggu beberapa saat, baru dimandikan dengan air hangat.

Mengenai usia bayi mulai dijemur, dr Edy menuturkan, tidak ada patokan tertentu. Sepulang dari rumah sakit, dalam usia beberapa hari, bayi boleh dikenalkan dengan sinar matahari.

Yang juga perlu diperhatikan, hindari terpapar debu dan angin ketika menjemur si kecil. Maka, aktivitas menjemur boleh dilakukan di teras rumah. Ketika kondisi fisik bayi sudah lebih kuat, berjemur bisa dilakukan di luar rumah sambil berjalan-jalan.

”Ketika angin kencang, jangan memaksakan menjemur bayi di luar rumah. Itu justru membuat si kecil kedinginan,” ujarnya. (nor/c6/c7/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anda Ingin Hamil? Coba Baca Ini...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler