Agus Marto menyatakan, selain membuka potensi untuk menggenjot ekspor, FTA juga membawa konsekuensi bagi Indonesia menjadi pasar empuk bagi negara-negara lain. "Kuncinya adalah daya saing industri kita," katanya.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya merespons melalui mega proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan mengembangkan enam koridor ekonomi, yakni koridor ekonomi Jawa, koridor ekonomi Sumatera, koridor ekonomi Sulawesi, koridor ekonomi Kalimantan, koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara, dan koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku."
Sayangnya, beberapa proyek dalam MP3EI tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya, pengembangan kawasan berikat di beberapa wilayah. "Beberapa proyek tidak jalan karena pasokan listrik yang kurang, pembebasan lahan sulit, dan beberapa sebab lain," ucapnya."
Jika proyek-proyek MP3EI tidak bisa selesai tepat waktu, maka Indonesia akan menghadapi ancaman serius ketika pada 2015 nanti ASEAN Economic Community (AEC) berlaku. "Itu bisa menjadi ancaman serius ekonomi kita," tegasnya.
AEC merupakan salah satu butir kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-19 yang diselenggarakan di Bali pada "November 2011. Beberapa poin dalam AEC adalah single market dan production base yang berarti arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal."
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida S. Alisjahbana mengatakan, MP3EI kini menjadi fokus utama pemerintah. "Program ini kan lebih banyak membangun infrastruktur yang selama ini menjadi titik lemah ekonomi kita, jadi ini jawaban tepat untuk mendorong daya saing Indonesia," ujarnya. (owi/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik Murah Sentuh Warga Miskin
Redaktur : Tim Redaksi