Menko Airlangga Ungkap Pentingnya Tanggul Laut Raksasa Bagi Penduduk Pantai Utara Jawa

Rabu, 10 Januari 2024 – 18:52 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan opening speech pada Seminar Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di Jakarta, Rabu (10/1). Foto: Dokumentasi Humas Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pentingnya pembangunan giant sea wall (GSW) atau tanggul laut raksasa bagi perlindungan ekonomi dan kelangsungan hidup 50 juta penduduk di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Hal ini disampaikan Menko Airlangga saat menyampaikan opening speech pada Seminar Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall), Rabu (10/1).

BACA JUGA: Airlangga Blusukan ke Cengkareng Memastikan Penyaluran Bansos

Menko Airlangga mengungkapkan Pulau Jawa masih harus menghadapi sejumlah tantangan daya dukung dan daya tampung, seperti ancaman erosi, abrasi, banjir, penurunan permukaan tanah (land subsidence) di sepanjang daerah pesisir Pantura Jawa yang terpantau bervariasi antara 1-25 cm per tahun.

Kemudian kenaikan permukaan air laut sebesar 1-15 cm per tahun di beberapa lokasi.

BACA JUGA: Di Hadapan Mahasiswa, Menko Airlangga Beber Upaya Pemerintah Terkait Hilirisasi SDA

"Jumlah penduduk di Pantura itu 50 juta, jadi yang terdampak 50 juta orang. Nah, tentu tidak hanya membahayakan kelangsungan ekonomi dan infrastruktur tetapi juga kelangsungan hidup masyarakat,” ungkap Menko Airlangga.

Padahal Pulau Jawa sendiri menjadi salah satu kontributor terbesar dalam PDB Nasional tersebut dengan share mencapai sebesar 57,12 persen.

BACA JUGA: Menko Airlangga: Generasi Mendatang Berhak Menikmati Lingkungan yang Aman dari Bencana

Angka tersebut sekaligus memperlihatkan Pulau Jawa sebagai salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi secara spasial.

“Studi JICA pertumbuhan di kawasan Pantura 20 persen dari GDP Indonesia dengan kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata," sebutnya.

Menurut Menko Airlangga, beragam ancaman yang mengintai kawasan Pantura Jawa tentu akan mempengaruhi keberlangsungan aktivitas ekonomi dan meningkatkan potensi bencana bagi jutaan penduduk yang berdiam di daerah tersebut.

Fenomena degradasi di Pantura Jawa yang tidak tertangani diperkirakan juga akan mengancam keberadaan dari 70 kawasan industri, 5 kawasan ekonomi khusus, 28 kawasan peruntukan industri, 5 wilayah pusat pertumbuhan industri, serta berbagai infrastruktur logistik nasional seperti bandara, jalur kereta api, hingga pelabuhan.

“Dengan seminar ini mudah-mudahan bisa di kick-off supaya ini skalanya bisa kita perbesar dan lebih masif lagi dan ini program yang sifatnya transformatif,” ujar Menko Airlangga.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan pembangunan GSW dapat menjadi jawaban atas fenomena kenaikan permukaan laut, hilangnya tanah, sekaligus juga menjadi jawaban atas kualitas hidup sebagian rakyat Indonesia yang masih mengenaskan.

Menhan Prabowo juga berterima kasih atas seluruh kajian pembangunan GSW yang terus berlanjut.

Dia menyampaikan telah menugaskan Universitas Pertahanan untuk melakukan kajian lebih lanjut atas berbagai hal yang bisa dilakukan terkait dengan gagasan besar pembangunan GSW.

“Saya ingin ini menjadi pembicaraan, topik diskusi kalangan akademisi, kalangan pengusaha, kalangan teknokrat, engineers-engineers Indonesia, mengajak melakukan pendalaman terhadap masalah ini,” tegas Menhan Prabowo.

Menhan Prabowo juga menyampaikan apresiasi kepada Menko Airlanga beserta seluruh jajaran serta kementerian atau lembaga lainnya yang telah terlibat dalam penyelenggaraan seminar nasional tersebut. (mrk/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler