jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan lima strategi kerangka kerja pemulihan ekonomi untuk mewujudkan terintegrasinya ekonomi ASEAN.
Adapun strategi itu diberi nama ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF).
BACA JUGA: Airlangga: Pemerintah Menyiapkan Rp 500 Miliar untuk Subsidi Ongkir Harbolnas
“Ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemimpin ASEAN pada KTT ke-36 ASEAN pada 26 Juni 2020 untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat dampak COVID-19,” kata Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (3/5).
Airlangga menyebutkan lima strategi ACRF meliputi peningkatan sistem kesehatan, penguatan ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra ASEAN, percepatan digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.
BACA JUGA: Tegas, Airlangga Sebut Indonesia Menghentikan Pemberian Visa Bagi WNA dari India
"Konektivitas 10 negara anggota ASEAN juga semakin terintegrasi melalui Master Plan on ASEAN (MPAC) 2025 yang fokus pada lima area yakni sustainable infrastructure, digital innovation, seamless logistics, regulatory excellence, dan people mobility," papar dia.
Menurut Airlangga, hal itu harus dilakukan, mengingat ASEAN merupakan pasar terbesar ke-3 di Asia dan terbesar ke-5 di dunia serta merupakan salah satu pasar terintegrasi yang paling maju yang ditunjukkan melalui adanya populasi mencapai 660 juta jiwa.
Populasi itu membuat ASEAN memiliki basis konsumen yang luas, yakni terbesar ke-3 setelah China dan India secara global.
"Lebih dari 50 persen populasi ASEAN berusia di bawah 30 tahun, sehingga mereka adalah bagian terbesar dari angkatan kerja," kata Airlangga.
Airlangga menyebut Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN sebanyak 140 kali lipat sejak didirikan pada 1967 dari USD 23 miliar menjadi USD 3,2 triliun.
PDB per kapita juga meningkat 40 kali lipat dari USD 122 menjadi USD 4.827, sedangkan nilai perdagangan ASEAN naik 282 kali lipat dari USD 10 miliar menjadi USD 2,8 triliun.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman menambahkan MPAC 2025 menunjukkan kesungguhan ASEAN untuk meningkatkan konektivitas fisik melalui pembangunan infrastruktur dan konektivitas digital.
“Ke depannya post-pandemic ASEAN akan dihadapkan dengan perkembangan dan tren-tren ekonomi global yang dinamis,” ujarnya.
Oleh sebab itu, beberapa isu yang seperti restrukturisasi dan diversifikasi rantai pasok regional, transformasi digital, keberlanjutan, serta Revolusi Industri 4.0 harus dipersiapkan sejak saat ini.
Rizal menyatakan Indonesia telah memulai inisiatif menghadapi era pasca-Covid-19, seperti transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0 sejalan dengan ASEAN yang sekarang sedang menyusun Consolidated Strategy on Fourth Industrial Revolution for ASEAN. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia