Menlu Beberkan Data Diplomasi Ekonomi, Bawa Untung Banyak Buat Indonesia

Sabtu, 06 Januari 2024 – 19:53 WIB
Tangkapan layar Menlu RI Retno Marsudi menyampaikan keterangan pers. Foto: ANTARA/Yashinta Difa

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan kementeriannya berkolaborasi dengan Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Perdagangan.

Kolaborasi itu untuk melakukan sejumlah gebrakan dalam diplomasi ekonomi yang membawa dampak besar bagi perekonomian Indonesia pada dua tahun tahun terakhir.

BACA JUGA: Dahsyatnya Diplomasi Jaket Wakanda No More Indonesia Forever

Pertama adalah diplomasi ekonomi terkait ekspor perdagangan ekonomi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri yang dikumpulkan, pada Januari hingga November 2023, perdagangan ekspor Indonesia mencapai 439,1 miliar US Dolar.

BACA JUGA: Anies Ingin Penciptaan Lapangan Kerja Berbanding Lurus dengan Pertumbuhan Ekonomi

"Tren ekonomi perdagangan ekspor kita dari waktu ke waktu terus meningkat dan Indonesia mengalami surplus. Demikian juga investasi makin banyak yang masuk,” ucap Retno dalam keterangan tertulis, Sabtu (6/1).

Langkah lain dari kebijakan diplomasi ekonomi Indonesia juga terlihat pada penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali 2022.

Pada KTT G20 Bali, Kementerian Luar Negeri melakukan langkah out of the box dengan membuat daftar proyek yang dikerjasamakan.

Retno juga mengatakan langkah serupa dilakukan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN, di mana melalui ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) Indonesia berhasil memperoleh 93 proyek dengan nilai 38,2 miliar US Dolar.

Gebrakan diplomasi ekonomi lain yang dilakukan Kementerian Luar Negeri adalah melalui perundingan demi mengurangi hambatan-hambatan perdagangan Indonesia.

“Salah satunya adalah perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) terkait diskriminasi produk-produk Indonesia, seperti kelapa sawit dan juga terkait hilirisasi industri," kata dia.

Indonesia sendiri terus memperjuangkan terkait hilirisasi untuk seluruh produk berbahan minyak sawit yang ditentang Eropa karena dianggap merusak lingkungan.

Faktanya minyak sawit lebih ramah dari sisi lingkungan dibanding bunga matahari dan kanola yang banyak ditanam negara Eropa untuk pembuatan minyak goreng.

Adapun, pohon sawit bisa bertahan hidup selama 25 tahun, bahkan 30 tahun. Sementara bunga matahari, setiap enam bulan harus dipanen.

Saat itu, tanaman bunga matahari atau kanola harus ditebang habis dan ditanam ulang.

Kebijakan Indonesia yang membuat geram eropa adalah ketika Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel sejak 2020.

Kebijakan itu diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan nilai tambah untuk negara.

Alumnus Universitas Gadjah Mada itu menuturkan bahwa nilai tambah nikel RI telah melonjak menjadi sekitar US 30-33 miliar Dolar atau sekitar Rp 450 triliun pada 2022 dari sebelumnya saat masih mengekspor bijih nikel hanya sekitar 1,1 miliar US Dolar atau sekitar Rp 17 triliun.

"Kita masih mencoba negosisasi dengan Uni Eropa untuk Indonesia terkait perundingan IEU CEPA. Sementara perundingan yang lain juga sudah dilakukan dengan beberapa negara Afrika," jelasnya.

Terkait negara-negara di benua Afrika, Retno menjelaskan bahwa Presiden Jokowi memerintahkan agar Indonesia memperluas potensi pasar luar negeri yang lain seperti di benua Afrika.

Perluasan pasar ke negara-negara Afrika ini mengusung semangat yang diwariskan oleh Konferensi Asia Afrika 1955 yang dikenal dengan Bandung Spirit.

"Oleh karena itu, tahun ini Bapak Presiden mengunjungi beberapa negara Afrika dalam konteks memperkuat kerja sama selatan-selatan termasuk kerja sama ekonomi," tutur Retno. (mcr4/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler