Menlu Retno Sebut Bio Farma Berpotensi Jadi Produsen Vaksin COVID-19 Dunia

Selasa, 22 September 2020 – 17:36 WIB
Retno Marsudi. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Perusahaan farmasi milik negara PT Bio Farma Persero berpeluang jadi produsen vaksin COVID-19 dunia jika lolos rangkaian uji tuntas (due dilligence) dari Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI), lembaga non profit internasional yang bermarkas di Oslo, Norwegia.

“Setelah melalui proses cukup panjang, Bio Farma berhasil masuk dalam shortlist manufaktur vaksin atau disebut seven potential drug manufacturers for COVID-19 vaccine dari CEPI,” kata Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi saat menyampaikan paparan pada rapat kerja bersama Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia di Jakarta, Selasa (22/9).

BACA JUGA: Buru Vaksin COVID-19, Malaysia Akhirnya Gabung Covax

Retno menjelaskan Bio Farma masuk dalam daftar tujuh kandidat yang dipercaya CEPI untuk memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 dunia.

CEPI merupakan kemitraan antarpemerintah, lembaga swasta, filantropi, dan masyarakat madani yang fokus mengembangkan vaksin serta mengantisipasi dan mencegah pandemi.

BACA JUGA: Donald Trump: Dalam Waktu Dekat Kita Punya Vaksin Ampuh

“Jika berhasil due dilligence-nya, (Bio Farma, red) akan dipercaya untuk melakukan manufacturing vaksin untuk dunia,” tegas Retno.

Sejumlah ahli dari CEPI telah mengunjungi Bio Farma untuk melakukan uji tuntas pada 15 September. CEPI akan mengumumkan hasil uji pada akhir September atau awal Oktober, kata Retno.

BACA JUGA: Pemerintah Fokus pada Pengadaan Vaksin Covid-19 dan Membangkitkan Sektor Pariwisata

“Due dilligence ini dilakukan terhadap beberapa aspek, antara lain kapasitas manufaktur, sistem analisa laboratorium, dan sistem IT Bio Farma,” terang dia.

Selain kerja sama CEPI dan Bio Farma, Indonesia telah meneken komitmen pembelian vaksin COVID-19 dengan berbagai perusahaan farmasi dari China, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.

Retno memastikan Indonesia akan memperoleh 20 juta sampai 30 juta dosis vaksin COVID-19 pada 2020 dan 290 juta-340 juta dosis vaksin pada 2021.

“Sumber vaksin berasal dari Sinovac dan Sinopharm serta G42 dari UAE (Uni Emirat Arab, red). Selain itu Indonesia juga bekerja sama dengan Genexine dari Korea Selatan,” tambah dia.

Retno juga menyebut Indonesia saat ini masih menjajaki peluang dengan AstraZeneca dan Imperial College London terkait pembelian calon vaksin COVID-19, AZD1222.

Sementara itu, untuk kerja sama multilateral, Indonesia juga mendaftarkan diri pada kerangka kerja sama Fasilitas Akses Global Vaksin COVID-19 (COVAX), sebuah inisiatif global yang dipimpin oleh Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), CEPI, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

COVAX merupakan kerja sama pembelian vaksin COVID-19 bersama yang salah satu tujuannya memastikan seluruh negara memiliki akses yang sama, setara, dan terjangkau saat anti virus SARS-CoV-2 itu telah tersedia untuk publik.

Setidaknya ada sembilan kandidat vaksin COVID-19 yang masih dievaluasi lewat kerja sama COVAX. Kandidat vaksin itu dibuat oleh sembilan perusahaan farmasi dan universitas dari berbagai negara, di antaranya Inovio (Amerika Serikat), Moderna (AS), CureVac (Jerman), Institut Pasteur/Merck/Themis, (Prancis/ AS /Austria), AstraZeneca/University of Oxford (Britania Raya dan Irlandia Utara), University of Hong Kong (China), Novavax (AS), Clover Biopharmaceuticals (China), dan University of Queensland/CSL (Australia). (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler