Menpar Tantang Emirates ke Lombok

Jumat, 10 Juni 2016 – 23:29 WIB
Menpar Arief Yahya. Foto: pojoksatu

jpnn.com - JAKARTA – Kalau tidak punya background pebisnis, tidak mudah bernegosiasi dengan petinggi Emirates Airlines! Apalagi “mendikte” maskapai penerbangan milik Uni Emirat Arab yang bermarkas di Dubai International Airport ini. Tetapi tidak buat Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Saat Mr Salem Obaidalla, Senior Vice President Aeropolitical & Industry Affairs bertamu di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, 8 Juni 2016. Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini ngotot, sampai 5 kali dalam durasi 35 menit menanyakan kapan Emirate terbang langsung ke Lombok, NTB?

BACA JUGA: Dari TNI Sampai Peran Pers, Ini Tujuh Isu Penting yang Disorot SBY

Mr Salem didampingi Country Manager Emirates Mr Satish Sethi, yang sudah meninjau Bandara Lombok, Mandalika, dan beberapa lokasi strategis di Kota 1000 Masjid itu. Keduanya menjelaskan, Emirates sangat tertarik untuk terbang ke destinasi Lombok, yang sudah ditetapkan sebagai satu dari 10

“Bali Baru” atau 10 tujuan wisata utama itu. “Lombok cantik, pulau yang indah, alam yang istimewa, pantai berpasir putih dan lautnya jernih, Mandalika kawasan yang luar biasa,” kata Mr Salem.

BACA JUGA: Agar Tidak Disanksi, Kandidat Kada Wajib Baca Nih

Lalu kapan kalian launching direct flight Dubai-Lombok? Tanya Arief Yahya tidak pakai basa-basi. “Kami akan mempromosikan destinasi Lombok dulu melalui channel publikasi kami, inflight magazine, website, majalah Emirates, ke seluruh dunia agar public tahu lebih dalam keindahan Lombok. Sambil memperkuat awareness Lombok, kami akan promosikan di setiap event Emirates. Kami ingin sustainable, terbang berkelanjutan, tidak sporadis, bukan karena season saja,” jawab Salem.

Menpar Arief Yahya pun kembali bertanya, kapan target direct flight ke Lombok? Berapa lama tenggang waktu promosi, lalu berani terbang langsung? Selem dan Satish pun berusaha menjelaskan bahwa pihaknya sudah bertemu Gubernur NTB KH Zainul Majdi di Lombok. Sudah menyatakan ketertarikannya untuk terbang ke Lombok. “Betul Pak, kami sekarang terbang setiap hari Dubai-Jakarta dan Dubai-Bali, rata-rata load factornya di atas 90 persen. Bahkan dalam 3 bulan ke depan destinasi Bali 100 persen booked,” jelasnya.

BACA JUGA: Dapat Tempat Baru, KPK Ogah Lepas Gedung Lama

Iya, itu bagus, karena akan lebih banyak wisman Timur Tengah yang memilih berwisata ke Indonesia. Tetapi, pertanyaan Menpar Arief Yahya masih sama, “Kalian masih meragukan pasar Lombok ya? Kalian masih belum mau terbang langsung ke Lombok ya?” tanya Menpar yang membuat suasana pertemuan itu sedikit kaku. Seperti ada besi di tulang punggung semua peserta meeting, terdiam, terpaku.

Satish yang berlogat India itu mencoba mendinginkan suasana dengan menjelaskan kembali, bahwa Emirates sangat tertarik terbang ke Lombok. Pihaknya juga harus mengurus Aviation Agreement dan izin terbang dulu. Pihaknya juga harus mempersiapkan promosi ke Lombok dulu, karena ini adalah pasar baru. Buru-buru Arief Yahya menegaskan, “Kami akan bantu kalau soal izin terbang. Dengan cepat. Saya inginnya Emirates terbang sekarang, saya butuhnya sekarang, bukan kapan-kapan atau 1 tahun dari sekarang.”  

Mengapa Arief Yahya begitu ngotot? Agar Emirate terbang saat ini? Pertama, bisnis harus fair. “Kami akan bantu Emirates terbang lagi di pasar yang sudah gendut, dan rata-rata load factornya sudah di atas 90 persen. Kami bantu untuk terbang lagi ke Surabaya dan Denpasar. Khusus Denpasar, slot hanya bias di atas pukul 00.00 sampai 06.00. Giliran kita minta menghidupkan Lombok, mereka tidak segera memberi kepastian?” kata Arief Yahya.

Kedua, lanjut Arief, ini langkah konkret untuk men-drive Lombok sebagai Halal Destination, yang mengandalkan pasar Timur Tengah. Lombok itu menang di Atraksi, tapi masih lemah di Akses dan Amenita. “Emirates ini adalah solusi untuk menambah akses Lombok ke Dubai. Lombok jadi pintu utama. Selama ini wisman Lombok itu 90 persen dari Bali. Nah, ke depan Lombok harus menaikkan persentase itu, biar juga mendapatkan benefit yang lebih bagus buat pelaku industry dan masyarakatnya,” jelasnya.

Ketiga, kalau mereka betul-betul tertarik, dan yakin bahwa Lombok itu keren, punya masa depan bagus dan bisa menjadi destinasi andalan, seharusnya seorang businessman sudah langsung risk taking. Ambil keputusan, pastikan ambil dulu jatah slot itu, baru soal promosi dan teknis mendapatkan pasar itu dibicarakan belakangan. “Ini jadinya kan seperti telur dan ayam, mana yang duluan? Harusnya Airlines ikut men-create market. Kemenpar juga mau kok joint promotion, dan bikin sales mission di Timur Tengah, untuk mensupport Emirates ke Lombok?” tegas Arief Yahya.

Menpar memang tidak banyak berbasa-basi dengan Emirates, karena destinasi Lombok itu punya atraksi yang sangat istimewa buat originasi Timur Tengah. Destinasi itu bahasa marketingnya adalah produk. Sedangkan originasi pasar Timur Tengah itu adalah costumers. Hanya butuh connecting antara keduanya, yang itu hanya bisa diperankan oleh perusahaan airlines. “Kalau Emirates tidak mengambil Lombok, bisa jadi maskapai lain yang agresif dan lebih dulu masuk lho,” kata Arief Yahya.

Kalau tidak begitu, Lombok sebagai produk Indonesia lemah dan selalu dikalah-kalahkan dalam proses negosiasi. “Enak di mereka, tidak enak di kita. Bisnis selalu ada risiko, kalau nggak berani ambil risiko ya jangan berbisnis. Mengelola yayasan sosial saja,” katanya. Kalau soal menambah flight Denpasar dan Surabaya, tidak masalah, karena juga mendatangkan banyak wisman. Tetapi, Menpar memang ingin menjadikan momentum ini untuk membangun Pariwisata Lombok.

Koneksi dengan maskapai Emirates ini boleh dibilang ngebut. Pertemuan pertama terjadi di booth-nya Emirates di Arabian Travel Market (ATM) di Dubai International Exhibition and Convention Center 25-28 April 2016 lalu. Belum ada dua bulan memang. Kala itu Menpar dan Dubes RI bertemu Sheikh Akhmad, CEO Emirates Airlines. Sehari sesudahnya langsung membuat MoU, yang ditandatangani oleh Mr Badr Abbad, Senior Vice Presiden Commercial Operators Far East dan Nia Niscana, Asdep Timur Tengah.

Memang, speed-nya sangat tinggi. Untuk sebuah program besar dan berkelanjutan, ini tergolong besar dan menentukan reputasi kedua belah pihak. Semacam “jatuh cinta dari pandangan pertama”, sekali ketemu, langsung pacaran, dan sampai ke perkawinan. Kalau sudah jodoh, siapa yang bisa menghadang? Semoga berjodoh dengan Emirates.(ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY: Banyak Aktivitas TNI Menyimpang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler