Menparekraf Kagum Kerajinan Banyuwangi Tembus Mancanegara

Senin, 26 Mei 2014 – 04:05 WIB
Menparekraf (kiri) ditemani Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengunjungi sentra kerajinan di Banyuwangi. FOTO: ist

BANYUWANGI – Pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus dipacu. Produk sektor kerajinan di kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" itu bahkan telah merambah berbagai pasar ekspor, mulai dari Jepang, Hawaii, Tiongkok, Maldives, Kepulauan Virginia, sampai beberapa negara Timur Tengah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengapresiasi kiprah para perajin Banyuwangi. Dalam lawatannya ke Banyuwangi, Mari sempat mengunjungi sejumlah sentra kerajinan di Banyuwangi, mulai dari kayu, rotan, hingga bambu. "Ternyata beberapa di antaranya sudah ekspor. Gerak industri kreatif ini penting untuk memacu ekonomi daerah. Industri kreatif adalah sektor yang paling tahan krisis," ujar Mari.

Mari mengatakan, kegiatan ekonomi kreatif oleh para perajin di Banyuwangi akan saling menunjang dengan pengembangan pariwisata. "Kemajuan sektor pariwisata daerah akan pararel dengan pengembangan industri kreatif, termasuk kerajinan. Demikian pula sebaliknya. Beberapa kiriman ekspor kerajinan didapat dari wisatawan mancanegara yang datang. Saya dukung terus, akan saya bantu fasilitasi promosi," kata Mari.

Menurut Mari, industri kreatif yang terdiri ates beragam subsektor, mulai dari kerajinan, arsitektur, desain, film, televisi, fesyen, hingga seni pertunjukan menyerap banyak tenaga kerja. Kontribusi industri kreatif di seluruh Indonesia mencapai Rp 641,8 triliun atau sekitar 7 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Ada total 5.42 juta unit usaha di seluruh Indonesia yang termasuk industri kreatif. Saya dukung yang ada di Banyuwangi bisa terus berkembang. Saya kagum dan salut dengan perajin Banyuwangi, ada yang mengolah limbah kayu lalu dijadikan produk dan ekspor ke Jepang," kata Mari.

Didampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Mari mengunjungi sejumlah industri kerajinan, mulai dari Oesing Craft, Kejaya Furniture, Java Tectona, dan Warisan Equendo.

"Mayoritas produk hand-made. Eksklusif dan tidak massal, karena mengincar pasar high-end alias menengah ke atas. Ini yang masuk kategori industri kreatif dan terus kami dorong melalui dukungan promosi, pelatihan manajemen bisnis modern, dan peningkatan standard kualitas," imbuh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Sejumlah perajin di Banyuwangi memang kebanjiran order ekspor. Oesing Craft, misalnya, baru saja mendapat pesanan alat-alat makan dari Mitsubishi Corporation Fashion Co.Ltd (MCF) Jepang senilai USD 189.000. Beberapa perajin lain mendapatkan pesanan khusus dari beberapa hotel dan perusahaan ternama di Maldives, Kepulauan Virginia, Tiongkok, dan Timur Tengah untuk keperluan furniturenya.

"Kerajinan rakyat dari tekstil, kerajinan berbasis kayu dan rotan, barang kulit dan alas kaki di Banyuwangi mampu membukukan nilai tambah hingga sekitar Rp 24 miliar pada 2012, tumbuh dari tahun sebelumnya Rp 13,9 miliar," jelasnya.

Subsektor industri kreatif lain di Banyuwangi juga meningkat. Sektor kertas dan barang cetakan naik dari Rp155,2 miliar pada 2011 menjadi Rp175,1 miliar pada 2012. Ini mencerminkan industri desain dan percetakan tumbuh dengan baik.

Sektor kuliner yang terwakili dari sektor restoran mampu meningkatkan nilai tambah dari Rp560,5 miliar (2011) menjadi Rp654,4 miliar (2012). Adapun sektor perhotelan tumbuh dari Rp286,6 miliar menjadi Rp341,8 miliar.

Sektor jasa hiburan kebudayaan naik dari Rp 22,3 miliar (2011) menjadi Rp 26,2 miliar (2012). "Ini menunjukkan seniman banyak tampil di pentas wisata. Jadi wisata seni-budaya cukup berkembang," paparnya. (eri/mas)

BACA JUGA: Maling Motor Tewas Dihakimi Massa

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pabrik Plastik di Bandung Kulon Ludes Terbakar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler