Mensos Ajak Muslimat NU Pupuk Nasionalisme demi Tangkis Radikalisme

Sabtu, 22 Juli 2017 – 23:32 WIB
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, PASURUAN - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengajak para ibu-ibu Muslimat Nahdatul Ulama (NU) untuk memupuk nasionalisme. Menurutnya, para tokoh pendiri NU sudah memberi contoh tentang nasionalisme.

Khofifah menyatakan hal itu saat menghadiri Silaturahmi dan Halalbihalal Pimpinan Cabang Muslimat NU Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (22/7). Menurut Khofifah, para pendiri NU sebelum Indonesia merdeka sudah memiliki cita-cita tentang negara yang damai dan membawa keselamatan.

BACA JUGA: Advokat Pengawal Pancasila Siap Lawan Radikalisme

Para pendiri NU juga mengajarkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman atau hubbul wathon minal iman. “Ini penting kita ingatkan kembali," kata Khofifah yang juga ketua umum PP Muslimat NU.

Lebih lanjut Khofifah mengatakan, nasionalisme sudah sejak lama diajarkan di pesantren-pesantren NU. Sebab, para pendiri NU  ikut berjuang dalam mencapai kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya.

BACA JUGA: Survei Terbaru Pilgub Jatim: Gus Ipul dan Azwar Anas Masih Mendominasi

Menurut Khofifah, dua pendiri NU yakni KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah berkontribusi besar dalam memupuk nasionalisme di kalangan nahdiyin. Kiai Hasyim, kata Khofifah, merumuskan konsep hubbul wathon minal iman.

Sedangkan KH Wahab Hasbullah menciptakan lagu Syubhanul Wathon. Penggalan lirik lagu itu antara lain pusaka hati wahai tanah airku, cintaku dalam imanku.

BACA JUGA: Ssst! Khofifah Kirim Surat Pengunduran Diri ke Jokowi?

Lagu itu kini menjadi lagu yang wajib dikumandangkan di setiap acara-acara NU dan badan otonomnya termasuk Muslimat NU, IPNU, Fatayat NU, IPPNU. "Lagu tersebut memiliki syair semangat kebangsaan sangat luar biasa,” sebut Khofifah.

Selain itu, kata Khofifah, nasionalisme juga untuk menangkis gerakan radikal berkedok Islam. Menurutnya, sejumlah survei menunjukkan adanya 9,9 persen dari masyarakat yang menerima radikalisme.

“Itu besar. Hampir sepuluh persen. Itu sudah lebih besar dari penduduk Malaysia," paparnya.

Karena itu, katanya, Muslimat NU harus berkontribusi dalam menangkal radikalisme. Apalagi kini ancaman yang muncul tidak hanya radikalisme, tetapi juga narkoba.

Muslimat NU, kata Khofifah, bisa menangkis bahaya radikalisme dan narkoba melalui pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) ataupun raudatul athfal (RA) dan hingga majelis taklim. Yakni dengan menyebarkan paham ahlussunnah wal jamaah an nahdiyah.

“Agama itu selaras dengan kultur daerah dan negara, tidak mengafir-kafirkan orang lain, toleran, dan cinta NKRI, dengan menghadirkan Islam rahmatan lil alamin," paparnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Survei LKPI: La Nyalla Kalahkan Khofifah dan Saefullah Yusup


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler