jpnn.com - SAMPANG - Kementerian Sosial (Kemensos) sedang memetakan kampung siaga bencana di daerah-daerah rawan di Indonesia.
Itu dilakukan untuk menangani persoalan kebencanaan nasional, seperti tanah longsor, banjir, puting beliung dan bencana lainnya.
BACA JUGA: KPK Periksa Akil Mochtar di Sukamiskin, Ada Apa?
Mensos Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa pihaknya akan menfokuskan pemetaan kampung siaga bencana pada 323 Kabupaten/Kota di Indonesia.
"Kita fokuskan pemetaan kampung siaga. Sehingga masyarakat yang berada di daerah rawan bencana bisa lebih sigap," kata Khofifah Indar Parawansa, Senin (31/10).
BACA JUGA: Ferdian Lacony: Pemuda Harus Mampu Jadi Pemimpin
Menteri Sosial mengatakan, pemetaan kampung siaga bencana terhadap ratusan Kabupaten/Kota tersebut, mengacu kepada data yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Data terakhir yang dikeluarkan BNPB ada 323 Kabupaten/Kota yang rawan bencana alam. Jadi, kita melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah tersebut," jelasnya.
BACA JUGA: APP Gunakan Teknologi Pemetaan Cerdas Deteksi Karhutla
Mengenai penentuan lokasi kampung siaga bencana, Khofifah Indar Parawansa menyatakan, menyerahkan kepada masing-masing daerah.
Di sisi lain, karena sering menjadi langganan banjir membuat pemerintah menilai harus membentuk Kampung Siaga Bencana di kabupaten Sampang.
"Dideteksi dulu di titik mana yang disiapkan kampung siaga bencana. KSB akan segera dibentuk di Kabupaten Sampang dan Bojonegoro pada November 2016," ucapnya.
Kedua daerah itu dipilih karena memiliki risiko banjir cukup tinggi. Sampang memiliki skor 58 dalam indeks kerawananan bencana.
"Pembentukan KSB ini diharapkan mampu membantu pemerintah untuk menangani banjir yang sering terjadi di Sampang," terang menteri asal Surabaya tersebut.
Selain merencanakan KSB, Kemensos juga memberikan bantuan santunan kepada ahli waris korban banjir di Sampang.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Adhy Karyono menyebut ada sepuluh ahli waris yang diberi santunan. Mereka merupakan ahli waris dari korban banjir yang terjadi pada September dan Oktober 2016.
"Masing-masing ahli waris korban mendapatkan santunan sebesar Rp 15 juta," paparnya.
Selain santunan, kementerian juga memberikan bantuan kendaraan siaga bencana berupa mobil tangki air. Nantinya, kendaraan itu dapat digunakan untuk membawa air bersih ke lokasi bencana di Sampang.
Adhy menambahkan longsor adalah bencana yang paling mematikan yang telah menyebabkan 149 jiwa tewas. Kemudian banjir menyebabkan 130 jiwa tewas dan kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas.
Selain itu, bencana tahun ini telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi, 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang, 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam banjir.
“Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017,” katanya.
Dia mengatakan daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting-beliung berpotensi tinggi mengalami bencana. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumpah Pemuda Dibungkus Nusantara Berdendang di Istana
Redaktur : Tim Redaksi