Mentan Kagum Lihat Semangat Ibu-ibu Petani Olah Sawah Rawa

Kamis, 30 Mei 2019 – 14:10 WIB
Saluran irigasi sawah lahan rawa dalam program Serasi, Kementerian Pertanian. Foto dok humas Kementan

jpnn.com, KALIMANTAN SELATAN - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman terkesan dengan semangat kaum ibu di Desa Kokida, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam mengolah lahan sawah rawa.

Di desa ini, ibu-ibu yang bertugas menanam padi di sawah. Sementara para suaminya mengolah lahan agar siap ditanami.

BACA JUGA: Kementan Raih Opini WTP Tiga Tahun Berturut-Turut, Pertama dalam Sejarah

Hal ini terungkap saat Amran melakukan tanya jawab dengan petani di Posko Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) dalam rangkaian kunjungan kerjanya Sabtu (25/5) lalu.

“Hebat ini ibu-ibu, patut dicontoh semangatnya. Kalau bapak dan ibu tanam, hebat pertanian kita pak. Alat panen sudah dikirimkan? Disuruh bayar nggak?,” tanya Amran.

BACA JUGA: Konawe Ditargetkan jadi Daerah Lumbung Padi Nasional

“Ndak Pak Menteri, malah dikasih uang untuk biaya pembuatan irigasi,”kata Surono.

Saat ditanya adakah keluhan lain yang ingin disampaikan? Surono dan istrinya kompak menjawab jalan usaha tani. Akses jalan desa memang terlihat belum memudahkan petani untuk mengangkut hasil panen. 

BACA JUGA: Kementan Beber Keunggulan Pakcoy yang Ditanam dengan Hidroponik

Melihat kondisi ini, Amran meminta Bupati setempat turut memberi dukungan dengan memperbaiki jalan.

“Kita bangun negara kita dengan pertanian. Kita bantu petani. Kita keroyok, Pak Bupati tolong ambil bagian. Pak Camat ambil bagian ya. Kita keroyok ini supaya kaya negara kita ini. Nanti negara kita jadi contoh lumbung pangan dunia,” tutur Amran. 

Kiriman alat mesin pertanian, terutama excavator memang telah memompa semangat petani Desa Kokida.

Terlebih selain excavator, petani juga mendapatkan bantuan uang untuk kegiatan operasional membuat saluran irigasi sawah rawa.

“Excavator kita manfaatkan bergiliran. Juga ada uang yang digelontorkan, kelompok-kelompok tani yang mengaturnya. Untuk membangun gorong-gorong, konektor, pembersihan saluran, pembuatan saluran kwartet dan tersier,” kata Purwanto, Ketua Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) Kolam Kiri Dalam Satu (Kokida).

Marten, seorang petani transmigran sangat merasakan manfaat bantuan program Serasi. Ia bercerita, di awal saja program ini sudah membenahi parit yang hasilnya sangat nyata.

“Air sudah kelihatan lancar. Sudah dibenahi. Dulu ndak lancar, ada lumpur. Sekarang sudah ndak ada lumpur," serunya.

Pengaturan sistem irigasi memang menjadi kunci dalam mengelola sawah lahan rawa. Pasalnya, saat musim hujan air kadang berlebih.

Sebaliknya saat musim kemarau lahan rawa menjadi kering. Akibatnya para petani di lahan rawa hanya menanam padi satu kali dalam setahun untuk menghindari musim penghujan. Persoalan itu kini teratasi lewat tata kelola irigasi.

“Dengan prinsip tersebut, maka petani dapat mengatasi kekurangan air (air baku pertanian) pada saat musim kemarau,” ujar Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy.

Begitu juga saat musim hujan bisa membuang kelebihan air, sehingga mampu memproteksi lahan dari genangan banjir saat musim hujan.

“Jadi secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air,” kata Sarwo

Dengan upaya-upaya terencana dan terukur ini, Sarwo meyakini program Serasi yang dimulai dua tahun lalu akan sukses menjadikan lahan rawa sebagai alternatif lumbung yang mencukupi kebutuhan pangan nasional, bahkan dunia.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Mengendalikan Harga Daging Sapi Jelang Lebaran 2019


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler