Mentan Lepas Ekspor Perdana Larva Kering Riau ke Inggris

Jumat, 04 Desember 2020 – 18:25 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo melepas ragam komoditas ekspor baru dari Provinsi Riau. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, KAMPAR - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melepas ragam komoditas ekspor baru dari Provinsi Riau.

Kali ini, Mentan SYL melepas ekspor larva kering atau maggot black fly soldier (BSF) sebanyak empat ton ke negara tujuan Inggris.

BACA JUGA: Mentan SYL Lepas Ekspor Perdana Pakan Ternak ke 7 Negara di Asia dan Eropa

“Kembali menjadi bukti, apa pun yang dihasilkan dari bumi Indonesia yang kaya ini sangat dibutuhkan negara lain. Yang  dibutuhkan adalah melompat dengan cara-cara yang baru dan dengan skala produksi yang lebih besar,” kata SYL saat menyerahkan sertifikasi ekspor karantina kepada pemilik komoditas, PT Biocycle Indo  di Kampar, Riau, Jumat (4/12).

Maggot merupakan salah satu jenis lalat yang dapat dibudiayakan untuk sumber pakan alternatif bagi sejumlah hewan ternak seperti unggas, ikan, iguana, burung dan lainnya.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Raih Gatra Awards sebagai Penjaga Pangan dan Pelecut Ekspor

SYL berujar, sejalan dengan arahan Presiden Jokowi untuk menangkap peluang besar pasar sektor pertanian baik di Asia maupun di dunia, Kementan melakukan langkah operasional untuk mendorong pelaku usaha dengan membuka akses pasar.

Kementan aktif melakukan kerja sama harmonisasi aturan protokol ekspor dan ketentuan sanitari dan fitosanitari produk pertanian dengan negara tujuan.

BACA JUGA: Di Tengah Pandemi, Nilai Ekspor Pertanian Meningkat, Nih Buktinya

Menurut SYL, aturan kebijakan tarif pada  perdagangan internasional saat ini sudah tidak lagi populer.

"Sehingga hanya produk pertanian yang sehat dan aman dari hama penyakit hewan dan tumbuhan, jadi syarat keberterimaan produk pertanian di pasar global," ungkap SYL. 

Menurutnya, penguatan sistem perkarantinaan menjadi mutlak karena dengan otoritas yang dimiliki dapat menjamin kesehatan dan keamanan produk pertanian hingga dapat berdaya saing tinggi. 

Penguatan itu berupa sarana dan prasarana untuk meningkatkan pengawasan dan perlindungan sekaligus berupa inovasi dan terobosan percepatan layanan dengan memanfaatkan teknologi informasi.

“Pertanian tidak boleh hancur dan ini merupakan tanggung jawab kita bersama semua," ungkapnya.

Eksportir maggot, Budi Tanaka mengatakan
usaha yang dibangun sebelumnya di Bogor, Jawa Barat, itu kini mengembangkan sayap di Riau karena bahan baku berupa produk samping sawit tersedia berlimpah.

Karena itu, Budi Tanaka dapat mengembangbiakan maggot dengan skala yang lebih besar.

“Kebijakan dan aturan pemerintah daerah juga mendukung. Untuk akses pasar juga dibantu pihak karantina pertanian, khususnya jika ada hambatan protokol ekspornya,“ kata Budi.

Selain ekspor ragam komoditas baru, Mentan SYL juga melepas 11 komoditas pertanian asal Riau lainnya.


Komoditas itu antara lain kelapa dan turunannya, keladi, produk olahan nanas dan lainnya dengan total volume 117.288 ton senilai Rp 716 miliar.

Ada 18 negara tujuan ekspor, antara lain
Inggris, Amerika Serikat, Turki, Tiongkok, Korea Selatan, Estonia, Malaysia dan lainnya.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil menambahkan bahwa ekspor kali ini dilakukan melalui beberapa lokasi di wilayah kerjanya.

Menurutnya, potensi pertanian yang besar Provinsi Riau, telah dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah, petani juga pelaku usaha.

"Berbagai program dan gerakan yang digagas mampu memberikan dorongan yang positif  baik petani, pelaku usaha bahkan masyarakat Riau,” kata Jamil yang turut mendampingi Mentan SYL.

Jamil menjelaskan salah satu potensi ekspor yang besar dengan nilai jual yang cukup tinggi adalah komoditas sarang burung walet (SBW).

Berdasar catatan sertifikasi ekspor karantina, selama masa pandemi Cobid-19 dapat mencapai 119,71 ton.

”SBW dipercaya oleh pembeli di luar negeri, khususnya China, sebagai penambah imunitas tubuh. Eksportir asal Riau berhasil menangkap peluang momentum pandemi ini,” tutup Jamil. (*/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler