Mentan Rilis Satu Data Statistik Pertanian Hortikultura untuk Tentukan Kebijakan

Rabu, 16 Februari 2022 – 17:08 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo pada acara Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura 2021 dan Launching Satu Data Statistik Pertanian Hortikultura di Bogor. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, BOGOR - Produk pertanian hortikultura memiliki nilai strategis di Indonesia. Karena itu, dibutuhkan data yang akurat dan komprehensif di sektor ini.

Tidak hanya dalam penyusunan perencanaan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menuturkan, data yang reliabel menjadi basis ketepatan implementasi kebijakan hingga aspek evaluasi.

BACA JUGA: Kementan Optimalkan Potensi Lahan Rawa untuk Dongkrak Produksi Beras

“Kalau memiliki data yang salah, kami merencanakan sesuatu yang salah dan akan berjalan di jalan yang salah,'' ungkapnya.

Hal itu dikatakan SYL pada acara Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura 2021 dan Launching Satu Data Statistik Pertanian Hortikultura di Bogor.

BACA JUGA: Kementan Buka Vaksin Booster, Mentan SYL: Kami Bantu Negara Putus Penyebaran Omicron

Ketersediaan data pertanian selama ini, lanjut Syahrul, telah menjadi dasar bagi dirinya untuk menentukan arah dan kebijakan pertanian terutama saat menghadapi pandemi Covid-19.

Kondisi ini, kata Syahrul, menjadikan kebijakan ketersediaan pangan dan kontribusi pertanian terhadap pemulihan ekonomi sangat vital.

BACA JUGA: Ekspor Pertanian Awal Tahun Ini Naik 11,54 Persen, Kementan: Ini Kinerja Bersama

Dengan data dan pengambilan kebijakan yang tepat, dia menuturkan, sepanjang pandemi Covid-19, pertanian mampu tampil tangguh dan berkinerja baik.

“Dua tahun ini, hanya pertanian yang mampu berkontribusi positif bagi perekonomian,'' ujar Syahrul.

Data menunjukkan, sektor ini terus tumbuh. Ekspor pertanian pada 2021 mencapai Rp 625,04 triliun, meningkat 38,68 persen jika dibandingkan 2020.

Begitu juga dengan indikator kesejahteraan petani tercatat terus meningkat hingga Januari 2022.

Pemutakhiran data pertanian khususnya di subsektor hortikultura akan dilakukan bersama Badan Pusat Statistik (BPS).

Selain kolaborasi dan sinergi tersebut, pihaknya akan memaksimalkan penggunaaan digital teknologi agar data-data tersebut diakses secara cepat dan mudah.

“Data itu tidak boleh bersifat asumsi, harus faktual, data adalah fakta, sumber dan bukti dari kenyataan yang ada di lapangan. Dengan teknologi digital, kami bisa dengan cepat mengetahui titik bias,'' ungkap Syahrul.

Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS) Atqo Mardiyanto mengungkapkan, pertanian mampu menjadi sektor yang tangguh dan berkontribusi positif pada perekonomian negara.

“Dalam kegiatan perekonomian, sektor pertanian mempunyai peran yang cukup penting. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 13,28 persen pada 2021 atau urutan kedua setelah sektor industri pengolahan sebesar 19,25 persen,” jelasnya.

Dia menjelaskan, pertanian bertumbuh sepanjang 2021 yaitu, 1,84 persen. 

Pertumbuhan tersebut tidak lepas dari meningkatnya produksi hortikultura seperti pisang 6,00 persen, durian 21,25 persen, dan nanas 19,50 persen.

“Usaha hortikultura ini telah menjadi sumber pendapatan dan penghidupan petani dan pelaku usaha yang memberikan kontribusi positif terhadap indikator ekonomi makro,” ungkapnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler