jpnn.com, SOLOK - Upaya masif yang dilakukan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menggenjot produksi bawang merah nasional membuahkan hasil gemilang.
Tidak hanya mampu mencetak rekor swasembada, Kementerian Pertanian (Kementan) juga berhasil mencetak hat-trick ekspor bawang merah dengan volume semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir.
BACA JUGA: Pengusaha Daging Diminta Tak Menaikkan Harga Jelang Iduladha
Saat pelepasan ekspor bawang merah di Brebes pada 1 Agustus 2018, Menteri Amran mengatakan bahwa Indonesia bisa menaikkan ekspor hampir sepuluh kali lipat pada 2017 dibanding 2016.
“Tahun 2018 ini kami optimistis bisa ekspor bawang merah 15 ribu ton atau naik dua kali lipat dibanding tahun lalu,” kata Amran.
BACA JUGA: EAPVP Forum Meeting : Indonesia Menolak untuk Didikte
Sementara itu, Dirjen Hortikultura Suwandi menjelaskan, kunci keberhasilan swasembada bawang merah adalah penataan dan penumbuhan sentra produksi yang tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Saat ini hamparan bawang merah dalam skala luas tak lagi hanya dijumpai di Brebes, Cirebon atau Nganjuk, tetapi sudah menyebar di Solok, Bali, Bima, Sumbawa, Belu, Malaka, Maluku Tenggara, Enrekang, Tapin dan daerah lainnya.
BACA JUGA: Kementan Pastikan Hewan Kurban Sehat
"Solok kini menjelma menjadi kawasan produksi bawang merah terbesar di Sumatera dengan luas panen lebih dari 7.300 hektare setahun. Khusus Kecamatan Lembah Gumanti saja mencapai 4.600 hektare lebih. Ini luar biasa. Kesuksesan Solok saat ini tak lepas dari peran kunci Mentan Amran dalam membangkitkan gairah petani setempat untuk memperluas tanam sejak 2016 lalu,” kata Suwandi saat berkunjung ke Lembah Gumanti, Solok, Sabtu (4/8).
Menurut dia, dengan penduduk sekitar 5,3 juta jiwa dan rata-rata konsumsi per kapita bawang merah 2,57 kg per tahun, Sumbar diperkirakan hanya butuh pasokan sekitar 14 ribu ton per tahun.
Sementara itu, produksi bawang merah Sumatera Barat pada 2017 sudah mencapai 955 ribu ton.
Dari jumlah tersebut, 825 ribu ton di antaranya dihasilkan dari Solok. Selebihnya dihasilkan dari kabupaten lain seperti Agam, Solok Selatan dan Tanah Datar.
"Artinya, produksi bawang merah dari Sumbar sudah sangat surplus sehingga mampu mengisi kebutuhan Pulau Sumatera seperti Sumut, Sumsel, Riau, Jambi, bahkan menembus pasar Jabodetabek", ujar Suwandi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Chandra menjelaskan, kawasan aneka bawang sangat prospektif di Kabupaten Solok, Agam dan Tanah Datar.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sangat mendukung penuh kawasan pengembangan bawang merah di Solok yang luas panennya mencapai 8.000 hektare dan potensi pengembangan bawang putih mencapai 5.000 hektare.
“Pendekatan yang kami lakukan saat ini untuk bawang merah adalah memperkuat hilirisasi dengan mendorong industri pengolahan pascapanen seperti industri pasta, minyak bawang merah, dan mengawal manajemen tanam secara ketat sehingga stabilisasi pasokan dan harga aman,” ujar Chandra.
“Untuk pengembangan bawang putih kami siap menyukseskan swasembada bawang putih tahun 2021 sesuai yang diamanahkan Bapak Menteri Pertanian,” imbuh Chandra.
Kepala Dinas Pertanian Solok Admaizon, menuturkan, selain di Kecamatan Lembah Gumanti, sentra bawang merah Solok juga terdapat di Lembang Jaya dengan luas 860 hektare, Danau Kembar (567 hektare), Pantai Cermin (479 hekare) dan melebar ke kecamatan lain sekitarnya.
Varietas bawang merah yang ditanam antara lain SS Sakato, Singkil Medan, Gajah, Bima Brebes dan Maja Cipanas.
“Umumnya varietas tersebut telah beradaptasi dengan kondisi alam Solok yang beriklim dingin,” terang dia.
Admaizon menjelaskan, pihaknya juga sedang gencar mendorong ekspansi tanam bawang putih di Lembang Jaya, Danau Kembar, Lembah Gumanti dan Gunung Talang untuk mendukung program swasembada bawang putih nasional 2021.
"Ke depan kami ingin jadikan Solok sebagai lumbung se-Sumatera untuk bawang merah dan bawang putih sekaligus,” kata Admaizon. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Amran Jamin Stok Daging Aman untuk Iduladha
Redaktur : Tim Redaksi