jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengapresiasi upaya pemerintah untuk membangun ekosistem baterai dan kendaraan listrik melalui PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Fahmy, terwujudnya pabrik tersebut tidak lepas dari peran Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia yang terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, terutama saat masa Covid-19 sehingga investor percaya dan mau menanamkan modalnya di tanah air.
BACA JUGA: Peugeot Meluncurkan Mobil Listrik E-308 Style, Sebegini Harganya
“Peran Bahlil menciptakan iklim investasi kondusif,” Fahmy dalam keterangannya, Jumat (5/7/2024).
Menurut Fahmy, apabila pernyataan Bahlil betul-betul dapat direalisasikan, yakni pembangunan semua tahapan dari mulai pertambangan, smelter, HPAL (High Pressure Acid Leach), prekursor, sel baterai, sampai dengan mobil semua sudah siap dilakukan, maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pemain ekosistem baterai mobil listrik, khususnya yang berbahan baku nikel.
BACA JUGA: Gandeng LG, Hyundai Resmi Memulai Produksi Baterai Mobil Listrik di Karawang
“Perlu segera membangun pabrikan sehingga ekosistem dari hulu ke hilir benar-benar ada dan memberi dampak ekonomi yang signifikan," ungkapnya.
Fahmy meyakini potensi Indonesia dilirik menjadi produsen industri kendaraan listrik oleh investor global besar, di samping potensi pasar dalam negeri yang juga besar, tinggal bagaimana pemerintah memberikan intensif berdasarkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
BACA JUGA: Geely Kembangkan Baterai Mobil Listrik Berdaya Jelajah 1 Juta Km dan Bertahan 50 Tahun
“Potensi pasar dalam negeri sangat besar akan menjadi daya tarik bagi investor. Pemerintah harus memberikan fiscal incentives, termasuk incentives berdasarkan besaran TKDN,” paparnya.
Ekosistem kendaraan listrik menurut Fahmy harus terorganisir dengan baik. Dan semua itu harus tersedia di dalam negeri, mengingat Indonesia punya cadangan nikel yang sangat besar dan harus dimaksimalkan. Kehadiran pabrik kendaraan listrik juga bisa menyerap banyak tenaga kerja.
“Secara umum progres dan kesiapan sudah cukup baik ya. Tinggal bagaimana membangun manufakturnya. Potensi Indonesia untuk menguasai pasar kendaraan listrik sangat besar, ini harus benar-benar dimaksimalkan," katanya.
Senada, pengamat ekonomi dari Unika Atma Jaya Rosdiana Sijabat mengapresiasi gerak cepat Bahlil Lahadalia yang sudah berhasil mendatangkan investor asing dari Korea Selatan, yakni PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power untuk berinvestasi di Indonesia. Apalagi, saat ini Indonesia telah menerapkan sistem baterai yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.
“Kami apresiasi Pak Menteri (Bahlil) ya. Memang pemerintah kita gencar untuk mengembangkan kendaraan listrik berbasis baterai, tentu yang kita harus bangun adalah ekosistemnya, mau tidak mau, tetapi kita bisa melihat bahwa kalau dari sisi keberadaan mobil listrik di seluruh dunia, itu tentu kita belum masuk di dalam listnya,” bebernya.
Rosdiana berharap diresmikannya pabrik itu bisa menjadi penanda dimulainya Indonesia untuk ikut bersaing dan menjadi negara produsen kendaraan listrik.
“Jadi, mobil listrik yang ada di seluruh dunia ini bisa dikatakan itu masih didominasi oleh Cina di atas 50 persen, mobil listrik maupun yang hybrid itu dikuasai oleh Cina, kemudian negara-negara lain yang umumnya adalah negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, Inggris dan Prancis itu negara-negara yang memiliki peredaran mobil listrik terbanyak di negaranya,” urainya.
Rosdiana mengatakan pabrik sel baterai dan kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara ini membawa angin segar bagi masyarakat Indonesia, serta membangun kepercayaan bagi para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
“Tentu ini perkembangan bagus, walau bagaimanapun yang namanya industri baru dibuka, manufaktur baru dibuka kemudian itu penyerapan tenaga kerja, menciptakan lapangan kerja, bagi perekonomian kita itu sesuatu yang baik,” kata Rosdiana.
Selain membuka lapangan kerja baru, hadirnya pabrik sel baterai ini membangun kepercayaan bagi investor asing. Selain itu, kehadiran pabrik sel baterai ini juga sebagai komitmen Indonesia untuk masuk ke dalam kompetisi produk baterai dan kendaraan listrik dunia.
“Di sisi yang lain, lebih penting dari itu masuknya investor dari Korea Selatan ke Indonesia itu penting untuk menunjukkan bahwa investor ASEAN itu percaya kepada perekonomian Indonesia, dan ada daya tarik untuk investor asing datang ke Indonesia untuk melakukan aktivitas bisnisnya,” ucapnya.
“Bagi mereka ini merupakan sinyal yang baik dan bisa juga menarik investor-investor asing lainnya ke Indonesia, di mana setiap negara saat ini berusaha untuk mendapatkan investor asing. Jadi, poinnya adalah itu bagus bagi perekonomian kita tentunya,” ujar Rosdiana.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari