jpnn.com, JAKARTA - Proses menuju Indonesia Emas 2045 kian terbuka setelah Presiden Jokowi memfokuskan hilirisasi.
Langkah nyata ini tentu harus dijadikan momentuk untuk menambah cadangan devisa negara.
BACA JUGA: Media Center Indonesia Maju Diresmikan untuk Permudah Akses Informasi Seputar Pemerintah
Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan bila momentum ini bisa menjadikan Indonesia sejajar dengan negara maju dan mampu mengendalikan dunia lewat sumber daya alam (SDA)-nya.
“Berkaca dari periode 80-an, bagaimana kita masuk APEC karena cadangan minyak mentah kita yang berlimpah. Di periode ini juga kita wajib memanfaatkan,” kata Bahlil di Media Centre Indonesia Emas, Jalan Diponegore, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/12).
BACA JUGA: Pemerintahan Jokowi Buka Media Center Indonesia Maju, Ini Tujuannya
Tanpa sesumbar, Bahlil menyebutkan sebelum Jokowi menjadi Presiden pada 2014 lalu.
Indonesia kerap mengekspor sejumlah bahan baku, uniknya hasil bahan baku yang diolah menjadi bahan jadi kemudian diimpor oleh Indonesia itu sendiri.
BACA JUGA: Stafsus Presiden Jokowi: Jangan Lupa Pilih Pak Ganjar, Ya
Namun, setelah Jokowi memprioritaskan hilirisasi, Indonesia mengalami kenaikan signifikan pada devisa.
Bahkan, dalam beberapa forum dunia yang dihadirin presiden, lanjut Bahlil, negara lain terlihat hormat dan segan terhadap Jokowi.
“Terlebih dalam beberapa tahun terakhir, setelah presiden mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bahan baku. Banyak negara di Eropa dan Amerika teriak,” kata Bahlil sembari menegaskan banyak negara dan lembaga dunia mencoba mengintervensi.
Karena itulah, Bahlil menegaskan siapapun nanti presidennya, dia menyarankan hilirisasi adalah hal wajib dilanjutkan.
Sebab, selain menambah pendapatan, hilirisasi juga menciptakan lapangan kerja banyak.
Sependapat dengan Bahlil. Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebutkan sejak perusahaan ini dibuat pada 2021 Indonesia mampu mengusai pasar nikel dunia.
“Ini terbukti dengan 60 persen battery di dunia bahan bakunya berasal dari Indonesia,” tegas Toto.
Meski telah mengucurkan investasi Rp 220 triliun saat pembangunan BUMN itu.
Namun, Toto menyebutkan keuntungan berlipat ganda bisa terlihat. Terlebih ke depannya, Indonesia tidak lagi mengekspor nikel saja, melain battery yang merupakan bahan olahan dari nikel.
Di sisi lain, keberadaan IBC juga telah memunculkan ekosistem baru dengan 150 ribu orang terdampak ekonomi. Mulai dari pekerja tambah hingga pegawai pabrik battery yang rencana akan dibangun nanti.
Komunitas Bisa Ekspor Julio Ekspor menyebutkan bila saat ini hilirisasi tidak hanya untuk perusahaan besar. Pria yang kini berusia 28 tahun telah memulai ekspor dengan bisnis sederhana pada 10 tahun lalu.
“Saya memanfaatkan kelapa, mulai dari daging, batok, dan serabutnya,” kata Julio.
Dari upaya itu, Julio dan teman-temannya mampu menghasilkan pendapatan Rp 4,2 triliun setahun. (rhs/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Singgung Etika dan Sopan Santun soal Kritik Tajam BEM UGM
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti