Menteri Keuangan Sri Mulyani: Ini adalah Fenomena Stagflasi

Jumat, 20 Mei 2022 – 06:06 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani membagikan prediksinya terkait perekonomian global. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani membagikan prediksinya terkait perekonomian global.

Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat The Fed akan memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Punya Kabar Baik soal Penerimaan Negara, Alhamdulillah

Sri Mulyani menilai berdasarkan pengalaman yang terjadi dalam sejarah Amerika Serikat, keadaan itu akan memicu pertumbuhan ekonomi negatif, bahkan resesi.

"Ini adalah yang disebut fenomena stagflasi dan merupakan risiko baru yang sangat kompleks," ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Jakarta, Kamis.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Menteri Keuangan Waspada

Sri Mulyani mencontohkan yakni pada 1974 di mana inflasi AS mencapai 12,3 persen sehingga suku bunga acuan dinaikkan menjadi 13 persen, begitu pula pada 1980 saat inflasi melonjak menjadi 14,8 persen dan bunga acuan dinaikkan menjadi 20 persen.

Secara historis, Sri Mulyani menjelaskan tekanan inflasi tinggi di Negeri Paman Sam selalu direspons dengan kenaikan suku bunga acuan yang tinggi pula.

Bahkan, kemungkinan akan diikuti dengan kontraksi balance sheet The Fed yang akan menyebabkan pengetatan likuiditas lebih dalam lagi.

Menteri Keuangan Terbaik 2020 versi Global Markets itu memperkirakan akan terus meningkatkan suku bunga acuan sekitar 50 basis poin (bps) hingga 75 bps per bulannya hingga ke level 3,5 persen pada 2022.

"Tetapi itu mungkin bukan merupakan titik terakhir," Sri Mulyani.

Menurut dia, kemungkinan tersebut seiring dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengatakan tak akan segan menaikkan suku bunga di atas netral agar inflasi mampu dikembalikan ke level dua persen.

Saat ini inflasi di Negeri Paman Sam masih berada di level yang sangat tinggi, yakni 8,4 persen. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler