Menteri Malaysia Puji Kebijakan Nadiem Makarim soal UN

Sabtu, 14 Desember 2019 – 06:30 WIB
Menteri Pendidikan Malaysia Dr Maszlee Bin Malik (Berdasi memuji Nadiem Makarim soal penghapusan UN. Foto: Antara /Agus Setiawan).

jpnn.com, KUALA LUMPUR - Menteri Pendidikan Malaysia, Dr Mazlee Bin Malik memuji rencana Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarim yang akan menghapus UN pada 2021.

Menurutnya, itu adalah tindakan wajar yang memang harus dilakukan Kemendikbud Indonesia.

BACA JUGA: Tegas! Nadiem Makarim: Prestasi Siswa Tidak Mungkin Ditentukan dengan Pilihan Ganda

"Saya kira itu tindakan wajar dan bijak dari Kemendikbud Indonesia dan ini bukan sesuatu yang baru karena di negara-negara maju sudah lama dilaksanakan demikian pula di Malaysia dan Singapura," ujar Mazlee ketika diwawancarai di Kementerian Pendidikan Malaysia, Putrajaya, Jumat.

Mazleen melihat pembinaan holistik para pelajar sebagai tolak ukur yang paling penting.

BACA JUGA: Puan Maharani Ingatkan Kebijakan Nadiem Makarim soal UN Tak Merugikan Orang Lain

"Seorang pelajar itu harus menargetkan karirnya untuk lulus bukan hanya dilihat dari ujiannya semata-mata namun juga pencapaian kemahiran aktifitas dan juga ruang kreativitas serta inovasi," jelasnya.

Untuk mendatang, ujar dia, di Malaysia akan menggunakan big data dan kecerdasan buatan (artificial inteleligent) untuk memprofil setiap murid.

BACA JUGA: Nadiem Makarim Ingin Hapus UN, Buya Syafii: Jangan Serampangan, Ini Bukan GoJek

"Berdasarkan ini ketika mereka dihadapkan untuk mengambil jurusan ada informasi awal hingga penghujungnya yang bisa memberitahu bidang mana yang paling cocok. Ini akan diberlakukan satu tahun lagi," tambahnya.

Pada kesempatan tersebut dia juga menceritakan kalau di Kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar (Darjah) pihaknya tidak melakukan ujian wajib.

"Kami tidak ada ujian wajib tetapi yang kami adakan adalah penilaian secara terintegrasi kepada setiap murid. Ini yang berlaku di negara-negara maju. Jadi pada peringkat tiga tahun di awal kami tumpukan pada membaca malah dalam sekolah-sekolah Malaysia kami adakan sudut-sudut pidato di mana setiap murid akan dinilai kemahirannya berpidato di khalayak umum sama halnya yang kecil bacaan mereka," terangnya.

Dia mengatakan apa yang mereka baca dibagikan oleh guru untuk dinilai secara bertahap sehingga pada penghujungnya anak-anak tidak sekedar bisa membaca tetapi faham apa yang mereka baca dan mampu mengolahkan apa yang mereka baca.

"Selain itu mereka mempunyai kemahiran kritikal mampu menilai apa yang mereka baca dan sejauh mana keperluan bagi kehidupan mereka. Ini yang paling dasar," ujarnya.

Yang kedua, lanjut dia untuk menggalakkan budaya membaca pihaknya meminta kepada semua pihak di kementerian untuk melakukan penilaian kepada pejabatnya (pegawai) untuk kenaikan pangkat harus disertai dengan bahan bacaan mereka.

"Buku apa yang telah mereka baca dan konteks bahan bacaan juga penting, kami tidak menafikan konten fiksi karena bermanfaat untuk membangun ruang kreatif tetapi juga bacaan fakta atau saintifik," sebutnya.

Karena itu bagi anak-anak SD, ujar dia diutamakan literasi saintifik dan keutamaan mereka berpikir.

Dalam hal ini secara saintifik karena jika tidak dibiasakan maka mereka akan kesulitan menyelesaikan masalah secara keilmuan.

"Jadi dari awal kami ingin membangun santifik mindset atau saintifik mentality," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler