jpnn.com, SERPONG - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengeluhkan minimnya anggaran riset yang tertata dalam APBN. Idealnya anggaran riset dua persen dari APBN.
"Anggaran riset di Indonesia memang sangat rendah dibandingkan negara tetangga," kata Nasir di sela-sela acara Puspitek Innovation Festival (PIF) di Serpong, Jumat (29/9).
BACA JUGA: Menteri Nasir: Pembelajaran Politeknik Jangan Hanya di Kelas
Saat ini anggaran riset hanya 0,023 persen dari Gross Domestic Product (GDP) atau hanya Rp 23 triliun. Ini berbeda dengan Singapura yang anggarannya 2,8 persen, Malaysia 1,20 persen, Korea Selatan 4,2 persen.
“Anggaran riset negara tetangga besar, tapi topangan industri jauh lebih besar. Pemerintahnya hanya 20 persen, sedangkan swasta 80 persen. Indonesia kebalikan dari itu, negara 75 persen, swasta 25 persen," ucapnya.
BACA JUGA: Ke Gereja Katolik, Menteri Nasir: Persatuan Itu Sangat Indah
Hal tersebut menurut Menteri Nasir menjadi tantangan bagi Indonesia bagaimana agar industri bisa bisa memberikan anggaran 75 persen untuk riset. Sedangkan negara cukup 25 persen.
Untuk mencapai hal tersebut, saat ini pemerintah bersama DPR RI tengah menggodok RUU Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Iptek. Dalam RUU itu anggaran riset diusulkan dua persen.
BACA JUGA: Menristek: Jangan Berhenti di Lab, Riset Harus Dihilirisasi
“Idealnya memang dua persen. Kalau sekarang kan Rp 23 triliun. Anggaran riset jadi Rp 100 sampai Rp 150 triliun sudah merdeka kita," tandas Nasir.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Poltek Logam Morowali jadi Pusat Inovasi Berbasis Nikel
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad