Menu Babi Putar Rayakan Lebaran, Kaget? Ini Penjelasannya

Jumat, 08 Juli 2016 – 11:55 WIB
ILUSTRASI. FOTO: Health

jpnn.com - BITUNG - Masjid dan gereja berdiri berdampingan, itu sudah biasa. Pemuda gereja menjaga masjid saat Idul Fitri atau sebaliknya, itu sudah biasa. Di Bitung adalah hal berbeda.

Perayaan hari raya Idul Fitri di Sulawesi Utara berjalan dengan aman. Tak ada laporan peristiwa teror yang sempat terjadi di daerah lain. Setiap insan di Sulawesi Utara, saling bersilaturahmi dengan umat Muslim yang merayakan hari kemenangan.

BACA JUGA: Banyak Potensi Peninggalan Purbakala di Sekitar Merapi

Di Bitung yang identik dengan hasil alam Ikan Cakalang, ada hal unik digambarkan sebuah keluarga yang sedang berlebaran.

Kamis (7/7) kemarin, saling silaturahmi masih terlihat pada hari kedua Idul Fitri 1437 Hijriah. Tak hanya umat Muslim. Umat beragama lain pun ikut mengunjungi rumah saudara dan relasinya yang sedang merayakan hari kemenangan ini.

BACA JUGA: Ampuunnnn, Sampah Menggunuuuunggggg

Suasana berbeda tersaji di salah satu rumah di Aer Ujang Girian Permai. Keluarga ini tak sungkan menyediakan menu yang terbilang ekstrim.

Yaitu seekor babi putar. Sebuah menu khas dari Sulawesi Utara. Tapi tak bisa dikonsumsi umat Muslim tentunya.

BACA JUGA: Pamit Jalan-jalan, Akhirnya Pergi Selamanya

Namun oleh tuan rumah, mengatakan jika hidangan ini disajikan bagi sanak saudara yang beragama non Muslim.

“Agar para tamu yang non Muslim dapat merasakan kalau Idul Fitri ini merupakan kemenangan bersama," tandas salah satu anggota keluarga yang meminta namanya disimpan.

Mereka berharap, tali persaudaraan antar umat beragama terjalin lebih erat. Supaya kita bisa lebih saling menghormati dan menerima perbedaan masing-masing.

Meski begitu, permintaan menyediakan menu ini, sempat ditolak sang istri. Namun setelah diberi penjelasan, akhirnya sang istri menyetujui keinginan sang suami.

“Makanya, untuk menghindari salah paham, kami minta identitas kami dirahasiakan,” pintanya si kepala keluarga yang bersahaja tersebut seperti dilansir Manado Post (JPNN Group).

Sementara itu, para kerabat yang bertandang ke rumah ini, mengaku kaget. Hanya saja, langsung diberi penjelasan oleh seisi anggota keluarga.

Terkait ini, Ketua MUI Bitung Abdurahman Kahuku menerangkan, walau berniat baik namun tetap tidak dibolehkan. Karena masih banyak cara lain untuk menunjukkan rasa saling menghormati antar umat beragama.

"Tidak harus dari makanan atau simbolisasi lainnya. Contoh kecil, kita bisa menunjukkan dengan kelakuan sehari-hari. Jadi saya harap hal ini dapat dipahami,” pungkasnya.(JPG/mp/ctr-08)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Setelah Lebaran, 62 Pasangan Ijab Kabul


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler