Menuju Universitas Kelas Dunia, Langkah Perguruan Tinggi Menjadi Pemain Global

Sabtu, 28 September 2024 – 04:54 WIB
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Abdul Haris. Foto: dokumentasi Humas Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang menggencarkan upaya mendongkrak reputasi perguruan tinggi di tanah air menuju World Class University (WCU).

Melalui Direktorat Sumber Daya Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek), kementerian berkredo Tut Wuri Handayani itu mendorong seluruh perguruan tinggi mampu menjadi pemain di level global.

BACA JUGA: Banyak Perguruan Tinggi Belum Terakreditasi, Kemendikbudristek Siapkan Buku Pedoman SPMI

Pada 8 Juni 2024 silam, Quacquarelli Symonds (QS) merilis QS World University Rankings 2025. Lembaga yang bermarkas di London, Inggris, itu memiliki spesialisasi analisis tentang  pendidikan tinggi di seluruh dunia.

Ada 10 perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam daftar peringkat bergengsi itu. Universitas Indonesia (UI) menempati peringkat ke-206.

BACA JUGA: Luar Biasa, Untar Sukses Pertahankan Klaster Mandiri Perguruan Tinggi untuk Kinerja PKM

Selanjutnya, ada Universitas Gadjah Mada di peringkat ke-239, Institut Teknologi Bandung (256), Universitas Airlangga (308), Institut Pertanian Bogor atau IPB University (426), Institut Teknologi 10 November (585), Universitas Padjadjaran (596), Universitas Diponegoro (721-730), Universitas Brawijaya (801-851), dan Universitas Bina Nusantara (951-1000).

Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada level perguruan tinggi Indonesia di tingkat global. Ada tujuh perguruan tinggi masuk peringkat 500 besar dunia.

BACA JUGA: Mahasiswi Unsoed Jadi Korban Eksploitasi Seksual

Pada QS World University Rankings 2024, hanya 5 universitas di Indonesia yang menembus posisi 500 besar.

Data QS World University Rankings 2025 juga menunjukkan perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH) mendominasi peringkat terbaik. Adapun perguruan tinggi swasta (PTS) yang menembus daftar peringkat bonafide itu hanya Bina Nusantara (Binus) University.

Tentu saja hal itu menjadi tantangan bagi PTS di Indonesia, apalagi jumlahnya jauh lebih banyak dari PTN. Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) 2023 mencatat jumlah PTS mencapai 4.523, sedangkan PTN hanya 184.

Sejatinya, setiap PTN maupun PTS di masa kepemimpinan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim lebih leluasa mengembangkan diri. Keleluasaan itu dipayungi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Salah satu PTS yang memanfaatkan peluang tersebut ialah Universitas Pancasila (UP). Universitas yang didirikan pada 28 Oktober 1966 itu memantapkan diri menuju World Class University (WCU) dengan melaksanakan berbagai pembenahan dan program strategis.

Istilah WCU mengacu pada universitas yang memiliki standar akademik, penelitian, dan fasilitas yang diakui di tingkat internasional. Universitas dengan status WCU memiliki peran kunci dalam mendorong inovasi, pengembangan sumber daya manusia unggul, serta kontribusi terhadap kemajuan ilmiah dan teknologi.

Dalam konteks ini, beberapa kriteria utama yang menjadikan universitas mencapai status WCU meliputi keunggulan akademik, penelitian dan inovasi berkualitas tinggi, fasilitas modern dan berkelanjutan (ramah lingkungan), serta jejaring internasional yang kuat.

UP di bawah kepemimpinan rektornya, Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo mengukuhkan langkahnya untuk menjadi universitas kelas dunia.

Marsudi yang tercatat sebagai profesor pertama di bidang teknologi informasi (TI) di Indonesia itu menegaskan bahwa peningkatan akreditasi internasional dan daya saing global adalah salah satu prioritasnya.

Langkah Konkret Menuju Akreditasi Internasional

Saat ini UP telah mengantongi akreditasi unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Namun, Prof. Marsudi menargetkan akreditasi itu akan diperluas ke skala internasional.

“Prestasi nasional ini tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga harus hebat di internasional. Kami mengejar akreditasi internasional,” ujar Prof. Marsudi kepada JPNN.com.

Salah satu langkah awal untuk mencapai tujuan ini ialah dengan memperbaiki infrastruktur, mengadopsi sistem pembelajaran berbasis teknologi digital yang lebih menyenangkan serta mudah diakses. Hal yang tak kalah penting ialah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kampus.

Menurut Marsudi, dunia pendidikan sekarang menuntut pendekatan yang fleksibel, interaktif, dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

Penelitian Berdaya Guna & Target Masuk 500 Besar Dunia

Dalam rangka mencapai status WCU, penelitian oleh kampus menjadi kunci penting. Marsudi menegaskan UP menargetkan peningkatan dana penelitian.

Saat ini dana penelitian di UP, termasuk hibah, berjumlah Rp 15 miliar. Marsudi merasa optimistis bahwa dana tersebut akan naik menjadi minimal Rp 50 miliar selama periode kepemimpinannya.

Dalam konteks ini, Marsudi juga menekankan bahwa sumber dana riset tidak hanya berasal dari internal kampus atau Kemendikbudristek, tetapi juga dari pihak eksternal seperti perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat memberikan dukungan besar karena kalangan usaha mendapatkan insentif pajak dalam bentuk super tax deduction jika mau mendanai penelitian kampus.

Marsudi menambahkan banyak dana penelitian dari sektor korporasi maupun lembaga nasional yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh perguruan tinggi. Sebagai contoh, Pertamina memiliki minat dalam penelitian di bidang migas.

Sektor lain pun tak kalah menarik. Bidang telekomunikasi juga menawarkan peluang besar bagi dunia usaha.

Marsudi menargetkan bahwa UP  bisa masuk peringkat 500 besar dunia dalam waktu empat tahun. Optimisme itu didasari sisi SDM di UP yang diyakini sudah mampu.

Masalahnya, sebelumnya memang SDM di universitas swasta ternama itu belum terkelola dengan baik sehingga penelitiannya belum berdampak kepada bangsa. "Kekurangan itu yang akan kami perbaiki,” ujarnya.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan visibilitas internasional, UP juga telah mengikuti peringkat dunia versi Green Metric. Universitas dengan jumlah mahasiswa aktif sebanyak 9.346 itu meraih peringkat ke-32 berdasarkan UI Green Metric World University Rankings 2024.

Capaian itu  tidak terlepas dari fokus UP pada lingkungan kampus yang hijau dan berkelanjutan. Hal tersebut  sejalan dengan tren kampus-kampus global yang juga memprioritaskan keberlanjutan.

Mahasiswa Asing dan Program Internasional

Salah satu indikator WCU adalah masuknya mahasiswa asing dalam perkuliahan. UP pun membuat program untuk menarik lebih banyak mahasiswa asing ke UP.

Prof. Marsudi menargetkan mahasiswa dari luar negeri akan belajar bersama-sama di kampus UP.

"Jadi, bukan kami yang mengekspor mahasiswa untuk kuliah di luar, tetapi mahasiswa asing yang datang ke sini dan kuliah di sini, ” ucapnya.

UP pun berencana membuka kelas internasional. Berbagai persiapan telah dirancang dengan cermat, mulai dari peningkatan kualitas dosen, sarana dan prasarana kampus, teknologi digital, hingga kemampuan bahasa asing (Inggris, Mandarin, Korea dan lainnya).

Untuk tahap awal, UP akan menggenjot kemampuan dosen-dosennya terutama yang masih muda dalam berbahasa Inggris. Kemampuan berbahasa Inggris secara fasih menjadi syarat dalam seleksi dosen baru UP.

Data UP per September 2024 menunjukkan jumlah dosennya yang berstatus tetap sebanyak 401. Perinciannya ialah  193 dosen bertitel S3, 208 berijazah S2,  29 profesor, 71 lektor kepala, 201 kektor, 68 asisten ahli, dan 31 tenaga pengajar.

"Untuk target awal minimal para mahasiswanya dari ASEAN," kata Marsudi.

Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menambahkan setelah perizinan pembukaan kelas internasional selesai, maka langkah awal yang akan dilakukan UP ialah membuka program sandwich. Dengan demikian, mahasiswa asing bisa menjalani perkuliahan di UP selama 2 tahun, sedangkan selebihnya di kampus asalnya di mancanegara.

Misalnya, UP akan menggandeng universitas di Australia atau Jerman untuk program itu. Ijazah untuk mahasiswa asing itu juga dikeluarkan oleh universitas asalnya.

Program sandwich adalah program perkuliahan yang menggabungkan kuliah dengan penempatan kerja atau penempatan belajar di luar negeri. Program ini dapat berupa gelar universitas atau kursus non-gelar.

Di Indonesia, program itu sudah tersedia di beberapa perguruan tinggi, seperti UI, UGM, ITB, bahkan Binus University.

Prof. Marsudi pun merasa optimistis UP akan memikat mahasiswa luar negeri.

"Saya sudah menjajal sejumlah negara. Mereka tertarik dengan keanekaragaman Indonesia, tetapi tetap rukun dan bersatu karena Pancasila," ungkap Prof. Marsudi.

Pancasila, lanjutnya, menjadi daya tarik mahasiswa asing untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, Pancasila akan menjadi salah satu mata kuliah kelas internasional di UP.

“Itu menarik minat mereka untuk mempelajarinya, apalagi UP adalah Universitas Pancasila,” tegasnya.

Dengan semua strategi yang disusun, UP bertekad untuk tidak hanya menjadi yang terbaik di dalam negeri, tetapi juga mencetak prestasi di panggung internasional dengan mengukuhkan diri sebagai WCU yang sejajar dengan universitas terkemuka dunia. 

Dukungan Ditjen Diktiristek

Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek telah menyelenggarakan program Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan Perguruan Tinggi (PKKPT) untuk Rektor Tahun 2024.

Program yang sudah dilaksanakan pada 20 April 2024 ini menjadi langkah strategis dalam mendorong peningkatan reputasi perguruan tinggi menuju World Class University.

PKKPT merupakan program perdana yang diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kapasitas kepemimpinan rektor melalui pendekatan berkelanjutan terhadap good corporate governance, pembelajaran, penelitian, kontribusi pada kehidupan masyarakat, serta peningkatan berkelanjutan dalam berjejaring dan berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Diktiristek Abdul Haris, peran sentral dari rektor atau pimpinan perguruan tinggi sangat krusial untuk membawa universitas menuju WCU. Alasannya, rektor memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai pemimpin pembelajaran (academic leader) dan entrepreneur.

Haris menyebut dua kata kunci itulah yang harus diintegrasikan ke dalam diri para pimpinan perguruan tinggi. Bagaimanapun tantangan yang dihadapi perguruan tinggi sangat besar sekali.

Sebagai academic leader, rektor harus memberikan teladan dan menjalankan fungsinya selaku pengelola perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Lebih lanjut Haris menegaskan bahwa pimpinan perguruan tinggi harus mempunyai strategi yang jelas dalam menyelenggarakan pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Itu semua tidak lepas dari tujuan yang hendak dicapai, termasuk reputasi akademik yang baik.

Hal tersebut sangat penting guna menciptakan awareness tentang suatu perguruan tinggi. Berikutnya, seorang rektor harus memiliki keterampilan entrepreneur dan kemampuan berinovasi dalam menghasilkan pendapatan (revenue). (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 15 Orang Tersangka dari Penemuan Mayat di Kali Bekasi


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler