KAIMANA - Meski perhatian PLN sudah sangat besar dalam rangka penyediaan layanan listrik bagi rakyat di wilayah perkampungan, tetapi harus ditunjangi dengan kewajiban, sehingga beban operasional tidak membengkak. Makanya tak heran jika satu dari tiga listrik desa (Lisdes) di Kaimana, Papua Barat yakni Lisdes Kiruru di Distrik Teluk Etna, untuk sementara dihentikan.
Pimpinan PLN Ranting Kaimana Stefanus Benno Rayaan kepada Radar Sorong (JPNN Group), operasi lisdes sementara dihentikan karena pelanggan belum melunasi tunggakan mereka selama 6 bulan terakhir. Kata dia, pihaknya sebenarnya berat hati untuk memutuskan penerangan ke masyarakat namun dengan sangat terpaksa ini harus dilakukan agar PLN tidak merugi.
“Kita harus berhitung untung, dan terus terang, untuk Lisdes itu PLN tidak pernah untung, karena operasional lebih besar dari pendapatan yang diperoleh PLN dari pembayaran rekening oleh pelanggan. Bayangkan saja, untuk distribusi BBM saja, setiap kali distribusi, kita harus mencarter perahu long boat dengan harga Rp. 3 juta sampai Rp. 5 juta, sementara pendapatan dari rekening sebulannya tidak mencapai Rp. 1 juta, jadi selisihnya tiap bukan kita minus,” tegasnya.
Dalam keterangannya, pihaknya sudah melakukan koordinasikan dengan Pemerintah Distrik setempat, untuk bagaimana mencari solusinya. “Inilah kendala utamanya. Untuk itu, tokoh adat dan tokoh masyarakat bisa cari solusi,” agar pelayanan listrik di wilayah ini dapat berjalan normal kembali.
Benno juga mengakui, tingkat kesulitan yang dihadapi pihaknya dalam managemen lisdes, yakni sulitnya akses transportasi ke wilayah distrik, jika musim angin dan ombak. “Kita menjangkaunya harus dengan carter perahu, sementara kita tidak memiliki cukup dana untuk ke sana. Untuk itu, kebijakan yang kita ambil adalah, akan turun lapangan kalau ada petugas yang datang lapor adanya gangguan listrik. Ke sana pun, hanya bisa mengikuti kapal perintis, agar mengurangi biaya,” ujarnya.
Ditanya soal distribusi BBM, ke masing-masing lisdes, kata dia, jika cuaca ekstrim distribusi BBM ke masing-masing lisdes akan dilakukan sekali dalam dua bulan, tergantung dari daya tampung kapal. Setiap bulannya 1.200 liter solar, kita distribusikan ke masing-masing Lisdes. Sementara ini, memang staf di masing-masing tempat, baru kita berlakukan satu orang, karena pola operasi hanya 6 jam, idealnya begitu,” akunya.
Lain dengan Kiruru, Lisdes Boufer pun mengalami persoalan yang sama. Namun kerjasama yang baik antara petugas PLN dengan masyarakat sebagai pelanggan terbangun dengan baik sehingga kesadaran justru lebih baik, namun saat ini sudah satu minggu penrangan listrik tidak dilayanai karena ada kerusakan di salah satu mesin. dan saat ini masih dalam perbaikan mudah-mudahan secepatnya mesin dapat dioperasikan kembali.
Sementara Rudi Lachadi petugas PLTD Teluk Arguni kepada koran ini mengaku, pembayaran rekening seringkali terlambat dilakukan pelanggan, menyebabkan, beberapa kali, pihaknya tidak mengoperasikan mesin. “Karena kesadaran yang masih kurang, saya terpaksa harus turun ke masing-masing rumah tangga untuk menagihnya, jika tidak maka gaji saya pun harus dipotong sebelum target penagihan terpenuhi,” ujar Rudi yang mengaku telah 13 tahun bekerja sebagai tenaga kontrak di Lisdes tersebut. satu minggu jalan ada terganggu. kesadarannya, kerjasama antara petugas dengan masyarakat.
Dia juga mengakui, hingga saat ini masih banyak pelanggan yang belum membayarkan rekening, bukan hanya warga saja, tetapi instansi pemerintahan pun belum membayar rekening listrik bahkan hingga setahun lamanya. “Padahal paling rendah mereka membayar hanya sebesar Rp. 10.000 per bulan, tetapi itu pun berat bagi warga,” akunya yang sering mencoba memutuskan jaringan tetapi tidak tega.
Disinggung soal biaya operasional setiap bulannya, lanjut Rudi, jika dilihat dari pemasukan tagihan rekening listrik di tiga kampung ini, yakni Boufer, Warwasi dan Wanggita, malah pihaknya mengalami kerugian. “Setiap malamnya, kita harus menghabiskan 40 liter solar, belum ditambah dengan oli dan kerusakan kecil lainnya. Untuk solar setiap bulan, stock selalu dialokasikan oleh PLN Ranting Kaimana. Distribusinya hingga saat ini sudah mulai lancar, karena transportasi dan cuaca yang mendukung. Jika cuaca tidak mendukung, maka gelap malam hari di tiga kampung ini,” ujarnya. (nic/awa/jpnn)
Pimpinan PLN Ranting Kaimana Stefanus Benno Rayaan kepada Radar Sorong (JPNN Group), operasi lisdes sementara dihentikan karena pelanggan belum melunasi tunggakan mereka selama 6 bulan terakhir. Kata dia, pihaknya sebenarnya berat hati untuk memutuskan penerangan ke masyarakat namun dengan sangat terpaksa ini harus dilakukan agar PLN tidak merugi.
“Kita harus berhitung untung, dan terus terang, untuk Lisdes itu PLN tidak pernah untung, karena operasional lebih besar dari pendapatan yang diperoleh PLN dari pembayaran rekening oleh pelanggan. Bayangkan saja, untuk distribusi BBM saja, setiap kali distribusi, kita harus mencarter perahu long boat dengan harga Rp. 3 juta sampai Rp. 5 juta, sementara pendapatan dari rekening sebulannya tidak mencapai Rp. 1 juta, jadi selisihnya tiap bukan kita minus,” tegasnya.
Dalam keterangannya, pihaknya sudah melakukan koordinasikan dengan Pemerintah Distrik setempat, untuk bagaimana mencari solusinya. “Inilah kendala utamanya. Untuk itu, tokoh adat dan tokoh masyarakat bisa cari solusi,” agar pelayanan listrik di wilayah ini dapat berjalan normal kembali.
Benno juga mengakui, tingkat kesulitan yang dihadapi pihaknya dalam managemen lisdes, yakni sulitnya akses transportasi ke wilayah distrik, jika musim angin dan ombak. “Kita menjangkaunya harus dengan carter perahu, sementara kita tidak memiliki cukup dana untuk ke sana. Untuk itu, kebijakan yang kita ambil adalah, akan turun lapangan kalau ada petugas yang datang lapor adanya gangguan listrik. Ke sana pun, hanya bisa mengikuti kapal perintis, agar mengurangi biaya,” ujarnya.
Ditanya soal distribusi BBM, ke masing-masing lisdes, kata dia, jika cuaca ekstrim distribusi BBM ke masing-masing lisdes akan dilakukan sekali dalam dua bulan, tergantung dari daya tampung kapal. Setiap bulannya 1.200 liter solar, kita distribusikan ke masing-masing Lisdes. Sementara ini, memang staf di masing-masing tempat, baru kita berlakukan satu orang, karena pola operasi hanya 6 jam, idealnya begitu,” akunya.
Lain dengan Kiruru, Lisdes Boufer pun mengalami persoalan yang sama. Namun kerjasama yang baik antara petugas PLN dengan masyarakat sebagai pelanggan terbangun dengan baik sehingga kesadaran justru lebih baik, namun saat ini sudah satu minggu penrangan listrik tidak dilayanai karena ada kerusakan di salah satu mesin. dan saat ini masih dalam perbaikan mudah-mudahan secepatnya mesin dapat dioperasikan kembali.
Sementara Rudi Lachadi petugas PLTD Teluk Arguni kepada koran ini mengaku, pembayaran rekening seringkali terlambat dilakukan pelanggan, menyebabkan, beberapa kali, pihaknya tidak mengoperasikan mesin. “Karena kesadaran yang masih kurang, saya terpaksa harus turun ke masing-masing rumah tangga untuk menagihnya, jika tidak maka gaji saya pun harus dipotong sebelum target penagihan terpenuhi,” ujar Rudi yang mengaku telah 13 tahun bekerja sebagai tenaga kontrak di Lisdes tersebut. satu minggu jalan ada terganggu. kesadarannya, kerjasama antara petugas dengan masyarakat.
Dia juga mengakui, hingga saat ini masih banyak pelanggan yang belum membayarkan rekening, bukan hanya warga saja, tetapi instansi pemerintahan pun belum membayar rekening listrik bahkan hingga setahun lamanya. “Padahal paling rendah mereka membayar hanya sebesar Rp. 10.000 per bulan, tetapi itu pun berat bagi warga,” akunya yang sering mencoba memutuskan jaringan tetapi tidak tega.
Disinggung soal biaya operasional setiap bulannya, lanjut Rudi, jika dilihat dari pemasukan tagihan rekening listrik di tiga kampung ini, yakni Boufer, Warwasi dan Wanggita, malah pihaknya mengalami kerugian. “Setiap malamnya, kita harus menghabiskan 40 liter solar, belum ditambah dengan oli dan kerusakan kecil lainnya. Untuk solar setiap bulan, stock selalu dialokasikan oleh PLN Ranting Kaimana. Distribusinya hingga saat ini sudah mulai lancar, karena transportasi dan cuaca yang mendukung. Jika cuaca tidak mendukung, maka gelap malam hari di tiga kampung ini,” ujarnya. (nic/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanaman Ghat Juga Tumbuh di Sumsel
Redaktur : Tim Redaksi