Menunggu Pemimpin Baru Jepang Pasca Naoto Kan

Sulit Muncul Tokoh Berkarakter Kuat dan Berani

Minggu, 28 Agustus 2011 – 09:19 WIB
TOKYO - Tampuk kepemimpinan di Jepang bakal kembali bergantiPada Jumat lalu (26/8) Naoto Kan, 64, telah resmi mundur dari jabatan sebagai perdana menteri (PM) dan pemimpin Partai Demokrat Jepang (DPJ)

BACA JUGA: Sssttt.. JK Bakal Bertemu Perdana Menteri Jepang

Keputusan tersebut otomatis membuka pintu suksesi di tubuh partai penguasa di Jepang itu.

Pemilihan pemimpin baru akan berlangsung pada Senin besok (29/8)
Alhasil, Kantei atau Sori Daijin Kantei (kantor dan kediaman PM Jepang) akan punya penghuni baru pada Selasa lusa (30/8)

BACA JUGA: Kejaksaan Jepang Usut Skandal Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe

Tokoh itu bakal tercatat sebagai PM ke-95 di Jepang
Dia juga sekaligus akan menjadi PM keenam dalam lima tahun terakhir

BACA JUGA: Salut, Tokoh Politik Kondang di Jepang Kagumi Pancasila

Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi seorang PM untuk bertahan lama menduduki jabatannya di Negeri Sakura tersebut.

Lima tokoh telah mencalonkan diriYakni, Banri Kaieda, 62; Seiji Maehara, 49; Yoshihiko Noda, 54;
Michihiko Kano, 69; dan Sumio Mabuchi, 51.

Lantas, siapa yang bakal terpilih? Orang memang bisa saja berspekulasi dan membuat prediksiTetapi, ada prediksi atau analisis yang aman: PM baru nanti kemungkinan tidak akan memiliki gaya atau karakter kepemimpinan kuat dan berani yang dibutuhkan para pemilih maupun investor di tengah sulitnya ekonomi Jepang saat ini.

Analis menilai banyak faktor yang membuat sulit atau mustahil muncul pemimpin karismatik seperti Junichiro Koizumi, 69Pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa pada 2001 itu sukses mewujudkan reformasi di JepangDia juga tercatat sebagai satu-satunya PM, sejak 1972, yang menjabat lebih dari lima tahun sebelum mundurSejak saat itu, belum ada seorang pun penggantinya yang bertahan lebih dari setahun.

"Ada sejumlah masalah struktural mendasar yang menyebabkan kurangnya tokoh politik bertalenta di JepangTak hanya faktor Partai Demokrat (sebagai partai berkuasa)," ungkap Koichi Nakano, guru besar ilmu politik Sophia University, Tokyo"Koizumi adalah perkecualian yang bisa membuktikan aturan dasar soal talenta di dunia politik tersebut," katanya.

"Begitu dia masuk, Koizumi membalikkan semua jauh lebih efektif sebagai seorang komunikator dan penggalang dukungan publik dibandingkan antisipasi setiap orang," ucap Gerry Curtis, pakar ilmu politik yang juga profesor pada Columbia University.

Pemimpin baru Jepang punya sejumlah tantangan untuk mengikuti jejak KoizumiMulai memerangi lonjakan nilai tukar yen dan mewujudkan kebijakan energi pasca-krisis nuklir hingga membangun lagi Jepang pasca-bencana serta mengendalikan utang pemerintah.

Tetapi, hal itu jelas tidak mudahKegagalan Kan menjadi salah satu buktinyaApa yang membuat Kan akhirnya mengikuti pendahulunya, Yukio Hatoyama? Salah satu di antaranya adalah anjloknya popularitas pemerintahannya hingga titik terendahHasil jajak pendapat terbaru menempatkan popularitas alumnus Tokyo Institute of Technology itu pada level 15,8 persen.

"Jatuhnya popularitas Kan itu adalah indikasi dari munculnya masalah besarHilangnya kepercayaan politik secara umumKonflik antarpartai dan internal partai (DPJ) ketika situasi nasional sedang dibelit masalah darurat hingga diperburuk reputasi politisi," tulis Economist dalam tajuknya.

Jatuhnya popularitas Kan itu tak lepas dari sorotan publik terkait penanganan krisis nuklir di Fukushima akibat gempa dan tsunamiPadahal, kinerjanya dalam penanganan krisis pasca-bencana sempat mendapat apresiasi dari dunia internasionalWapres Amerika Serikat (AS) Joe Biden memuji upaya pemerintah Jepang dalam proses pemulihan pasca-bencana saat berkunjungPBB juga berkali-kali menyebut bahwa pemerintah Jepang sudah berada pada jalur yang benar dalam penanganan krisis nuklir.

Namun, turunnya popularitas suami Nobuko itu juga tidak lepas dari absennya sang perdana menteri pada hari-hari sebelum dan beberapa pekan setelah bencana pada Maret laluSaat itu, Kepala Sekretaris Kebinet Yukio Edano bertugas layaknya PM interim.

Sebenarnya, ayah dua anak itu bergerak cukup cepat untuk merespons bencana di negerinyaSehari setelah tsunami, orang nomor satu di pemerintahan Jepang itu langsung terbang dengan helikopter untuk melihat dari udara kerusakan yang terjadi di PLTN Fukushima DaiichiNamun, kegiatan tersebut justru menuai kritik karena dinilai menghambat penanganan segera atas kerusakaan reaktor nomor 1Apalagi, esok harinya reaktor tersebut meledak.

Desakan mundur pun terus menerus dilancarkan kepada KanTidak hanya dari kubu oposisi, tetapi juga faksi-faksi di internal DPJKhususnya, dari kubu Ichiro Ozawa dan Yukio Hatoyama.

"Isu rekonstruksi pasca-gempa memerlukan basis politik yang kuat bagi partai penguasa dan oposisi untuk menyusun implementasi kebijakan pemulihanDi saat itulah Ozawa dan Hatoyama mulai merancang untuk menjatuhkan Kan," terang Kiyoaki Aburaki, peneliti senior pada the 21st Century Public Policy Institute, seperti dikutip koran The Globe and Mail.

Puncaknya adalah pengajuan mosi tidak percaya oleh anggota majelis rendah (Diet)Hingga detik terakhir sebelum pengambilan keputusan, sejumlah besar anggota parlemen dari DPJ, khususnya yang punya hubungan dekat dengan Ichiro Ozawa (mantan pemimpin dan salah satu tokoh faksi dalam partai itu), mendukung pengajuan mosi tidak percaya yang disponsori oposisi Partai Liberal Demokrat (LDP).

Faksi-faksi di dalam tubuh DPJ begitu banyakKarena itulah, selain berbagai tugas dan tantangan yang sudah berada di depan mata, pemimpin baru Jepang nanti juga memikul tanggung jawab lainnyaYakni, mewujudkan rekonsiliasi di antara faksi-faksi di internal DPJPasalnya, mereka tak jarang bersikap lebih keras daripada kubu oposisi dalam menjegal kebijakan pemerintahApalagi, DPJ dikenal rawan dengan perpecahan antarfaksi.  (berbagai sumber/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi Perempuan di Jepang Tidak Boleh Bicara di Rapat Dewan Partai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler