Menurut Gubernur, Hal Ini yang Bikin Arus Investasi Lemot

Senin, 07 Desember 2015 – 00:56 WIB
Foto ilustrasi.dok.Jawa Pos

jpnn.com - BANDA ACEH  - Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengakui arus investasi di wilayahnya selama ini masih seret. Penyebabnya, menurutnya, karena kurangnya pasokan energi listrik.  

"Kita butuh sebanyak mungkin investor datang ke Aceh, namun kendala masih mengadang ada pada masalah energi atau kelistrikan," kata Doto Zaini, sapaan akrab Gubernur Aceh, pada acara temu pers peluncuran rangkaian acara puncak Hari Nusantara ke-15 di Pendopo Gubenur, Minggu (6/12).

BACA JUGA: SIM Online, Kapolda: Urus Sendiri tanpa Lewat Calo

Menurutnya, untuk mencukupi kebutuhan listrik di Aceh, Perusahaan Listrik Negara (PLN) harusnya dapat memanfaatkan beberapa sumber energi yang ada seperti, energi tenaga surya, batubara , dan air yang tersebar di beberapa kabupaten. Namun pada kenyataanya, pemanfaatan sumber tersebut belum terjadi.

Seperti tambang batu bara di Kabupaten Aceh Barat, Meulaboh, hingga kini belum tersentuh untuk membantu mengentaskan masalah listrik Aceh.

BACA JUGA: Berapa Biaya Perpanjangan SIM Online? Klik aja deh

"Kita berharap Pemerintah Pusat memberi perhatian lebih kepada Aceh. Listrik masih mati hidup ini yang menjadi kendala investor masuk ke Aceh," ujar Doto Zaini.

Persoalan energi di Aceh juga disorot langsung Kepala Litbang Kementerian ESDM, F X Sutijastoto. Menurutnya, Aceh sebagai tuan rumah peringatan pucak Hari Nusantara ke -15, memiliki wilayah pesisir yang cukup luas.

BACA JUGA: Tabrakan KRL vs Metro Mini, Dirjen Perhub: Cukup ini yang Terakhir!

Wilayah tersebut hampir sepenuhnya belum memiliki sumber energi yang cukup. Kondisi ini kemudian mempengaruhi ekonomi masyarakat di wilayah itu.

"Saya sudah lihat berbagai pelosok pesisir Aceh, ternyata nelayan dengan peralatan seadanya dapat tangkap tuna. Tapi harganya masih sangat murah. Kalau ada pabrik es dan bisa dibawa ke pasar, mungkin harganya bisa naik berkali lipat. Tapi masalahnya ada pada listrik, untuk membangun pabrik es itu butuh 100 hingga 200 KW,” katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jarman mengatakan, persoalan hambatan energi di Aceh tuntas, bilamana semua pembangkit yang dibangun selesai pada waktunya. Pembangunan pembangkit listrik, kata dia, mempengaruhi sumber cadangan energi yang ada. Ketika satu pembangkit tak mampu menampung kebutuhan energi meningkat, maka dapat dibantu dengan ketersediaan dari pembangkit yang lain.

Di Aceh, sumber cadangan energi listrik baru dihasilkan oleh PLTU Nagan Raya yakni  sebesar 25 persen.  "Kalau bisa mencapai 35 persen. Dengan cadangan yang cukup dari sistem kelistrikan, kalau ada masalah pada satu pembangkit, maka ini bisa diatasi dengan pembangkit lainnya. Kemarin itu kan masalahnya, cadangan ini tidak cukup," katanya.

Untuk itu, kata dia, ke depan PLN terus mengembangkan PLTU yang ada di Nagan Raya. Pembangkit tersebut kini sudah mempunyai interkoneksi dengan Banda Aceh dan juga ke Medan, Sumatera Utara.

Selain itu, di Aceh juga dibangun PLTG Arun dan PLTG Lhokseumawe, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Peusangan Bireuen. Hal ini untuk mencukupi pasokan energi diseluruh wilayah Aceh. "Nah ini akan mendukung sistem kelistrikan di Aceh seluruhnya," jelasnya. (mag-64/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaringan Prostitusi Malang: Muncikari Ditahan, Ayam Kampus Buka Layanan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler