Menurut Zainul, Jika Jokowi Tidak Netral di Pilpres 2024, Akibatnya Bisa Fatal

Jumat, 21 Mei 2021 – 13:33 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Zainul Abidin Sukrin memprediksi segala kepentingan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke depan akan cenderung aman, jika tokoh asal Solo itu memilih bersikap netral pada Pemilihan Presiden 2024.

Jika bersikap netral, kepentingan politik mantan gubernur DKI Jakarta itu akan aman, meski nantinya yang berkuasa setelah Pemilu 2024 adalah kekuatan oposisi di masa pemerintahannya.

BACA JUGA: Anies-Khofifah Berpasangan di Pilpres 2024, Suara DKI dan Jatim Sudah di Tangan

"Berbeda kalau misalnya memihak, presiden saya kira mengambil jalur sulit atau tidak aman. Karena keberpihakan politik Jokowi berkaitan dengan pengamanan segala kepentingan politiknya setelah tak lagi menjabat," ujar Zainul kepada JPNN.com, Jumat (21/5).

Memang, menurut Direktur Eksekutif Politika Institute ini, Jokowi masih punya pengaruh untuk menentukan pasangan calon capres-cawapres yang akan bertarung pada Pilpres 2024.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Belum Tentu Dukung Calon PDIP di Pilpres 2024

Jika Jokowi berpihak, maka dia akan totalitas berupaya agar jagonya menang.

"Keberpihakan saya kira akan menuntun Presiden Jokowi mempertaruhkan seluruh kekuatan dan sumber daya politik untuk memenangkan pemilu 2024, termasuk menyakinkan pendukungnya," kata Zainul.

BACA JUGA: Heboh, Massa Menggunakan Ratusan Motor Konvoi Mengantar Jenazah Penjahat

Lantas, apakah pendukungnya akan mengikuti pilihan politik Jokowi nantinya? Zainul tidak yakin akan hal tersebut.

"Jawabannya belum tentu. Ada beberapa alasan kenapa pendukung Jokowi tidak akan mengikuti pilihan politiknya," tutur Zainul.

Ia kemudian menyebut beberapa alasan pendukung Jokowi belum tentu mengikuti pilihan politik mantan wali kota Surakarta tersebut di Pilpres 2024.

Bagi pendukung fanatiknya, sosok Jokowi tidak tergantikan. Kesederhanaan dan sosoknya yang merakyat sulit dicari pengganti dan pembandingnya oleh partisan politiknya.

Hanya saja, kelompok partisan cenderung tidak mengikuti pilihan politik Jokowi karena terpecah belahnya kekuatan partai politik pengusung kekuasaan Jokowi.

"Maksudnya, dalam hal ini partai politik pengusung Jokowi yang terpecah belah karena berbeda kepentingan politik 2024. Nah, itu sangat berpengaruh pada loyalitas personal ke Jokowi, terutama mengikuti status politiknya," ucap Zainul.  

Alasan kain, partisan Jokowi cenderung tidak mengikuti pilihan politik Jokowi di 2024, karena dalam gagasan kekuasaan Jawa tradisional, kekuasaan dan kekuatan politik Jokowi akan cenderung melemah dan memudar setelah tak lagi menjabat.

"Nah, untuk menjaga loyalitas personalnya, Jokowi seharusnya menjaga dan merawat segala kekuatan politiknya. Agar dapat mengatasi masalah di atas yang dikategorikan sebagai kelemahan dan tantangan politik Jokowi," katanya.

Zainul memprediksi akan terbentuk dua poros kekuatan politik di Pilpres 2024, jika Presiden Jokowi ikut bermain menentukan sikap politik.  

Pertama, poros yang ingin mempertahankan kekuasaan politik Jokowi saat ini.

Kedua, poros yang ingin meruntuhkan kekuatan dan kekuasaan Jokowi.

"Jadi, di Pilpres 2024 akan mempertemukan dua kekuatan politik tersebut. Adu kekuatan, hal tersebut dapat merawat dendam politik," pungkas Zainul.(gir/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler