jpnn.com, TULUNGAGUNG - Sejumlah remaja usia 13-24 tahun di Tulungagung, Jawa Timur terinfeksi HIV AIDS akibat perilaku tak terpuji.
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, para remaja terinfeksi akibat perilaku hubungan dewasa secara bebas.
BACA JUGA: Pandemi Black Death, HIV/AIDS hingga Covid-19, Menkes: Semua itu Pesan dari Yang di AtasÂ
"Angka prevalensinya sebenarnya tidak terlalu besar. Di bawah 10 persen, tetapi ini patut diantisipasi dan diwaspadai," ujar Sekretaris KPA Tulungagung, Ifada Nur Rohmania.
Dia menyatakan hal itu usai aksi simpatik membagikan bunga dan brosur pencegahan HIV AIDS, dalam rangka memperingati Hari AIDS se-Dunia di anjungan Sungai Ngrowo, Tulungagung, Rabu (12/1).
BACA JUGA: Simak Pernyataan Pratikno Soal Reshuffle Kabinet, Singgung Soal Omicron
Tren itu bahkan ditemukan hampir setiap bulan.
Bahkan, dalam satu hari KPA pernah mengidentifikasi lima remaja yang positif HIV AIDS melalui satu metode pemeriksaan di klinik VCT (voluntaru counseling and testing).
BACA JUGA: Johan Budi Bertemu 4 Mata dengan Presiden Jokowi, Bahas Hal Penting
Setelah dilakukan konseling secara mendalam, diketahui para remaja pengidap HIV AIDS ini rata-rata telah melakukan hubungan suami istri secara bebas.
Bahkan, ada yang mengaku beberapa kali gonta-ganti pasangan.
"Rentang usia termuda dari 13 tahun sampai 24. Persentase mereka di bawah 10 persen," kata Ifada.
Sejak KPA Tulungagung terbentuk pada 2006 hingga sekarang, angka kasus HIV AIDS di daerah itu tercatat sebanyak 3.045 orang.
Data kasus terus bermunculan setiap tahun.
Tiga tahun terakhir, misalnya, KPA Tulungagung mencatat terjadi lonjakan kasus sebanyak 720 orang.
Bahkan, dalam satu bulan pihaknya pernah menemukan 59 kasus baru atau rata-rata dua pasien dalam sehari.
Temuan lainnya adalah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang juga mengidap HIV.
Dari datanya setidaknya ada lima ODGJ yang mengidap HIV dan dari lima ODGJ pengidap HIV AIDS itu, dua di antaranya meninggal dunia.
KPA Tulungagung terus meningkatkan kemampuan identifikasi kasus demi mendukung target WHO menuju dunia bebas HIV AIDS pada 2030.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menemukan pasien sebanyak mungkin dan memberikan mereka akses pada ARV.
Dengan mengkonsumsi ARV, pasien HIV bisa diobati hingga virusnya tak terdeteksi.
"Jika tes viraload virusnya sudah tak terdeteksi, potensi penularan sudah sangat kecil. Ini yang dikejar," katanya.
Ifada menyebut perilaku seksual masih menjadi faktor tertinggi penularan HIV AIDS di Tulungagung.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang