jpnn.com, JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat Taruna Merah Putih (DPP TMP), Dewan Pimpinan Daerah Taruna Merah Putih (DPD TMP) Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Rapel kembali menggelar Webinar seri keenam dengan mengangkat tema "Gerakan Bersama Mengatasi Persoalan Sampah".
Acara ini merupakan rangkaian Peringatan HUT Ke-48 PDI Perjuangan dan menyongsong Bulan Bung Karno, Juni 2021.
BACA JUGA: NU Berulang Tahun ke-95, Begini Tanggapan Sekjen Taruna Merah Putih
Webinar ini menghadirkan Rosa Vivien Ratnawati (Dirjen PLSB Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI) yang diwakili oleh Novrizal Tahar (Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI).
Hadir juga Hevearita Gunaryanti Rahayu (Wakil Walikota Semarang), Christopher Nugroho (Business Development Rapel - "pemulung" sampah online), Dody (Pegiat Eco Enzyme - Komunitas Eco Enzyme Bandung, Jawa Barat). Acara ini dipandu oleh Mira Litaay (Sekretaris DPD TMP DKI Jakarta), Senin (31/5).
BACA JUGA: Para Tokoh Nasional Peringati Bulan Bung Karno dan 7 Tahun Wafat Taufiq Kiemas
Ketua DPP PDIP Bidang Keanggotaan dan Organisasi Sukur Nababan saat memberikan sambutan dan membuka webinar ini menegaskan PDI Perjuangan adalah partai yang concern membangun peradaban. Salah satunya adalah dengan merawat bumi, termasuk sungai dan pohon atau hutan, dan dengan mengatasi persoalan sampah.
“Politik hijau PDIP harus diwujudkan dalam praktek keseharian membentuk budaya mencintai bumi. Kita diajarkan oleh PDI Perjuangan, politik itu membangun peradaban, bukan hanya meraih tujuan politik, tetapi politik harus mampu membawa peradaban ke arah yang lebih baik, atau turut serta menjaga dan merawat lingkungan seperti yang sedang dicanangkan oleh PDI Perjuangan," kata Sukur.
Menurut Sukur, Taruna Merah Putih harus dapat membangun karakter dan kaderisasi dengan tugas ideologis membumikan Pancasila
“Harapan saya sebagai ketua DPP partai, Webinar bukan hanya euforia di tataran diskusi, tetapi menjadi perilaku, dipaktikkan dalam hidup berbangsa dan bernegara, tentu perilaku yang harus terus digalakkan adalah menjaga dan merawat lingkungan,” tegas Sukur.
Sekjen DPP Taruna Merah Putih Restu Hapsari menilai Taruna Merah Putih sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan terus berpartisipasi dan berkontribusi dalam program-program yang dicanangkan oleh PDIP. Salah satunya adalah terkait politik hijau yang harus dipraktekkan menjadi kerja-kerja berkelanjutan di lapangan.
Menurut Restu, dalam rangkaian HUT PDIP ke-48 Taruna Merah Putih menggelar beragam kegiatan mulai dari webinar, bersih-bersih sungai, tanam pohon dan lain-lain.
"Menyambut Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno di bulan Juni, Taruna Merah Putih akan turut serta melakukan gerakan bersama pemberdayaan desa di bidang ekonomi, digitalisasi desa, dan penanganan generasi stunting," ungkapnya.
Sementara, Novrizal Talar selaku Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dalam paparanya menilai, persoalan sampah adalah persoalan dimensi baik politik hingga anggaran. Hal yang harus dicermati dalam polemik terkait sampah adalah kesadaran kolektif dengan gerakan pengolahan sampah.
“Gerakan ini (pengolahan sampah) btuh kolaborasi jangka panjang untukdapat diwujudkan. Presiden Jokowi berharap pada 2025 kita harus sudah mampu mengendalikan dan mengurangi 70% sampah plastik ke laut," katanya.
Menuju masyarakat yang bebas sampah, seluruh elemen masyarakat harus mendorong pembatasan pengunaan plastik sekali pakai, dan tentu ini didorong oleh kesadaran ekologis secara kolektif dan berkala.
"Kondisi realistis kita hari ini, tahun 2025 kita harus mampu berupaya mengurangi sampah, bekerjasama secara kolektif dari level kebijakan hingga pada perilaku masyarakat," ujarnya.
Dia menilai persoalan sampah di Indonesia, setidaknya ada tiga problem yang harus diselesaikan yakni, pertama, Minim Sampah dengan mendorong perilaku masyarakat utk mengurangi pengunaan kantong kresek, alat makanan plastik dan sterofoam.
Kedua, Circular Economy dengan menjadikan sampah sbg sumber daya, serta pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik. Ketiga, pendekatan pelayanan dan teknologi utk mendorong pengolahan sampah.
Sementara, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan terkait sampah dalam konteks lingkup Kota Semarang, pihak Pemkot bersama dengan komunitas-komunitas masyarakat telah membangun kesadaran bersama terkait sampah.
Menurut dia, jenis sampah dari sampah rumah tangga hingga spesifik. Pemerintah semarang membuat peraturan dan kebijakan yangmengakomodir dan mempertegas soal kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
"Berbagai kebijakan sampah terkait sampah yang dilakukan Pemkot Semarang seperti pembatasan pengunaan plastik sekali pakai, gerakan pilah sampah, pemberdayaan masyarakat dgn pengelolaan sampah seperti bank sampah, TPST, pembuatan maggot & Eco Enzyeme," ungkap Wakil Walikota Semarang yang juga kader PDI Perjuangan tersebut.
Selanjutnya, Christopher Nugroho (Business Development Rapel - "pemulung" sampah online) menjelaskan Rapel bergerak sebagai konsultan di bidang lingkungan hdup dengan concern mengembangkan bisnis menjadi provider manajemen persampahan
Dia menilai kondisi hari ini, kondisi Indonesia hari ini terletak pada dua problum yakni persoalan sampah dan kemiskinan. Saat ini diperkirakan 26 juta orang hidup di bawah kemiskinan karena tidak memiliki pekerjaan tetap.
"Hadirnya Rapel dapat menyelesaikan persoalan sampah berbasis aplikasi digital. Rapel memungkinkan pengguna akhir (rumah tangga) untuk melakukan ping kepada kolektor," ujar Christopher.
Selain itu, Rapel juga telah bekerjasama dengan bank sampah dan diharapkan dapat bekerja sama hingga tingkat RT dengan Bank sampah binaan. Rapel juga bekerjasama dengan pihak hotel dan cafe, rumah sakit dan juga pemerintah di tingkat kota atau kabupaten.
"Masyarakt dapat membayar BPJS dengan menjual sampah ke bank sampah melalaui aplikasi Rapel. Di lain hal, Rapel turut memberikan edukasi terkait pemilahan sampah yang benar. Ketersediaan platform digital terkait sampah seperti Rapel diharapkan dapat menyesaikan persoalan sampah di masyarakat dengan cepat dan efektif," ujar dia.
Dody (Pegiat Eco Enzyme - Komunitas Eco Enzyme Bandung, Jawa Barat) menjelaskan Eco Enzyeme yang digerakannya telah berjalan sekitar 1,5 tahun dengan berbagai komunitas.
Enzim adalah katalisator. Zat yang mempercepat reaksi tapi enzim tdk ikut reaksi.
Menurut dia, masyarkat harus dapat mengembangkan eco enzyme karena dinilai praktis dan ramah lingkungan.
Pengaruh eco enzyme di lingkungan dibilang cukup praktis karena menyelamatkan limbah organik yang merupakan penyumbang terbesar gas metana yang berdampak pada pemanasan global.
"Eco Enzyme juga dapat merubah sampah menjadi berkah melalui proses fermentasi selama 90 hari. Melaui pengunaan atau buangan eco enzyme yang ramah lingkungan dapat menyumbang kebaikan untuk kehidupan lain," tuturnya.
Webinar ini dihadiri oleh Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta Rolas B. Sitinjak dan diikuti oleh kalangan pelajar, mahasiswa, ormas pemuda dan mahasiswa, kelompok perempuan, komunitas pegiat pengelolaan sampah, dan media.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich