Merantau ke Jakarta, Uber Anak Jalanan, Asuh Yatim Piatu

Senin, 27 Februari 2012 – 19:32 WIB
Rusna Anas. Foto: Soetomo Samsu/JPNN

BAGI banyak kalangan, merantau adalah sebuah pilihan tatkala di kampung halaman susah mengail rejeki. Sukses tidaknya seorang perantau kerapkali diukur dari besar kecilnya materi yang sudah berhasil dikumpulkan. Tapi bagi Drs Rusna Anas, tidak lah demikian.
-----------------
Soetomo Samsu-Jakarta
-----------------
Perempuan itu meninggalkan kampung halamannya, Solok, Sumbar, ke Jakarta, untuk sebuah keinginan yang jauh dari urusan materi. Menguber-uber anak jalanan di keramaian Jakarta untuk dirawat dan mengurusi anak yatim piatu, menjadi pilihan hidupnya.

Wajahnya keibuan dan tampak ramah. Sesekali suaranya menyapa puluhan anak-anak yatim agar lebih tertib, saat ada sebuah acara ulang tahun warga yang digelar di Yayasan Uswatun Hasanah, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (26/2).

Rusna Anas, bisa dibilang perempuan langka di Jakarta. Dia sudi untuk 'kerja sosial', di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta yang sangat hedonis-materialistik.

"Rejeki itu kan dari Allah. Allah pasti memberikan keseimbangan. Rejeki pasti diberi sebesar kerja kita," begitu Rusna Anas bertutur saat ditanya koran ini mengenai filosofi hidupnya.

Lulus IAIN Imam Bonjol 1990, Rusna merantau ke Bengkulu. Berbekal ilmu yang didapat saat kuliah, di sana di sempat mengajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Panggilan jiwanya untuk lebih memilih kerja sosial, mendorong perempuan kelahiran 12 September 1962 itu meninggalkan Bengkulu, hijrah ke Jakarta pada 1993.

Baru tiga hari di Jakarta, langsung diterima kerja di Yayasan Uswatun Hasanah. Hampir tiap hari, sejak 1993 itu, Rusna turun ke jalanan di kawasan Jakarta Barat, mencari anak-anak jalanan.

Dia cerita, bukan hal yang gampang mengajak anak-anak jalanan tinggal tetap di yayasan. Terkadang, dia harus melakukan penyamaran untuk mendekati anak-ank jalanan, dan merayu hingga berjam-jam agar anak-anak itu sudi dibawa ke yayasan.

"Terkadang orang tuanya yang komplain, takut anaknya tidak kembali. Ya kita jelaskan bahwa di yayasan si anak bisa sekolah, gratis. Sekarang, malah banyak orang tua yang datang sendiri ke sini, minta anaknya sekolah di sini," kata Rusna.

Istri Drs Syarifuddin itu kini tak lagi harus turun ke jalanan. Tugas itu kini diambil alih aktivis yayasan yang masih berusia muda. Rusna kini lebih banyak berada di kantor, yang letaknya persis di samping jalan tol Cengkareng. Kesibukan Rusna, selain mengajar di sekolah milik yayasan itu, juga mengurusi anak yatim-piatu, yang jumlahnya 56 anak. Itu di luar anak jalanan yang jumlahnya 110 anak.

Pernah suatu waktu Rusna mendapat tawaran menjadi pengajar di tempat lain. Tapi tawaran itu dia tolak. Dia merasa berat hati meninggalkan anak-anak yatim, yang berasal dari sejumlah daerah.

"Anak-anak yatim piatu itu tabungan bagi kita," ujarnya lirih, saat ditanya mengapa betah hidup di Jakarta hanya dengan mengandalkan honor sebagai pengasuh di yayasan itu. "Mereka anak-anak, butuh kasih sayang. Kalau bukan kita, siapa lagi?" imbuhnya.

Suaminya, Drs Syarifuddin, juga pengurus yayasan itu. Pria yang menikahi Rusna pada 1993 itu juga sosok yang sangat sederhana. Di acara perayaan ulang tahun warga yang digelar di yayasan itu, Syarifuddin lah yang memimpin doa. "Suami saya dari Jawa Timur," ujar Rusna, yang dua anaknya masih kecil, satu umur 5 tahun, satunya setahun.

Kilas balik, Rusna cerita, dulu sebelum kuliah, ada yang berseloroh kepadanya bahwa tidak ada gunanya perempuan kuliah, toh nanti juga di dapur. "Justru dari suara itu saya terlecut. Saya harus sarjana. Meski sebagai perempuan tetap di dapur, tapi juga harus mengamalkan ilmu," tuturnya.

Bicara dengan Rusna, sama sekali tidak pernah nyinggung soal materi, soal gaji, honor dan sejenisnya. Dia begitu yakin bahwa Allah memberikan rejeki bagi umatnya yang mau bekerja, termasuk kerja sosial. "Meski ngajar di sini, saya sudah guru bersertifikasi pada 2009 silam," ujarnya. Dari puluhan pengajar, hanya tiga guru yang sudah bersertifikasi. Dua lagi adalah suami Rusna, Syafruddin, dan ketua yayasan, Muhammad Sidik. ****

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiprah SMK Pertanian Al-Madaniyah Melawan Ancaman Kepunahan Petani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler