jpnn.com, YOGYAKARTA - Sekretaris Kabinet Pramono Anung Wibowo dan Sekretaris Jenderal Partai Demokasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memiliki cara unik merayakan Bulan Bung Karno.
Pramono dan Hasto mengingat sebuah semboyan yang dipopulerkan Putra Sang Fajar, lantas memilih untuk bersepeda di Yogyakarta, Sabtu (5/6) pagi.
BACA JUGA: PDIP Minta Kader Aktif Majukan Desa Selama Bulan Bung Karno
"Bung Karno mengatakan men sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat," kata Pramono.
Dia pun mengajak merayakan Bulan Bung Karno dengan tetap menjaga kesehatan melalui cara apa pun yang bisa dilakukan di masa pandemi Covid-19 ini.
BACA JUGA: Bulan Bung Karno, Megawati Memerintahkan Kader PDIP Turun ke Desa
"Tentu dengan tetap menjaga protokol kesehatan ya," tambah pria kelahiran 11 Juni 1963 itu.
Pramono dan Hasto memulai bersepeda dari Jalan Sudirman, Kota Yogyakarta, sekitar pukul 5.30.
BACA JUGA: Sosok Bung Karno di Mata Wartawan: Tidak Ada Sekat dan Jarak, Penuh Inspirasi
Mereka ditemani sejumlah kolega dari PDIP.
Seperti anggota DPR dari Fraksi PDIP Deddy Yevri Sitorus dan Paryono.
Ada pula Kepala Sekretariat Yoseph Adhi Prasetyo, serta politikus PDIP Pulung Agustanto dan Bane Raja Manalu.
Semua peserta memakai jersey bertuliskan 'Spirit of Bung Karno'.
Jalur yang dilalui cukup menantang.
Iring-iringan pesepeda bergerak menuju Waduk Sermo, Kulon Progo, yang berjarak sekitar 39 kilometer dari titik awal di Jalan Jenderal Sudirman.
Berhenti di Waduk Sermo, Pramono dan Hasto menikmati pemandangan dan berfoto.
Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan bersepeda melewati jalur Selokan Mataram.
Bagi pesepeda, jalur ini dikenal sebagai 'Jalur Luna Maya', artis yang beberapa kali bersepeda melewati lokasi yang sama.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 23 kilometer, Pramono Anung, Hasto, dan rombongan berhenti di Kopi Klothok Menoreh untuk beristirahat.
Perjalanan pun dilanjutkan. Rombongan melewati Bendungan Ancol di Kalibawang, untuk mengarah kembali ke Jalan Sudirman, Kota Yogyakarta.
"Lumayan, ditargetkan102 kilometer total jaraknya," kata Hasto saat minum kelapa Kopi Klothok Menoreh.
Hasto bicara soal Yogyakarta, yang menurutnya adalah bauran sempurna sebagai kota revolusi, kota kebudayaan, pendidikan, dan pusat pengembangan kebudayaan Jawa.
Oleh karena itu, Hasto dan rombongan di sepanjang perjalanan bisa melihat langsung bagaimana kota itu mengedepankan nilai-nilai kultural penuh dengan kreativitas dan daya cipta.
"Hidup dalam tradisi kebudayaan ini membuktikan bagaimana Pancasila hidup dalam keseharian masyarakat Yogya. Masyarakatnya sangat toleran dan bergotong royong," kata Hasto.
Dia juga menyatakan bahwa keindahan Yogyakarta tersebut sejalan dengan nilai 'memayu hayuning bawana', yang beresensi menjaga keseimbangan jagad raya.
Bila lingkungannya tak dijaga dan tercemar, maka rusak pula kehidupan manusianya.
"Esensinya kira-kira sama dengan bagaimana kita harus menjaga kesehatan tubuh kita lewat asupan gizi yang baik serta ditambahi aktivitas seperti berolahraga sehingga tubuh kita pun tetap sehat," kata Hasto.
Politikus asal Yogyakarta itu menambahkan hal tersebut juga seperti yang diucapkan Bung Karno.
"Seperti yang dulu disampaikan Bung Karno lewat semboyannya men sana in corpore sano. Beliau begitu visioner, dari sejak dulu sudah mengingatkan bangsa Indonesia menjaga spirit sehat diri sehingga akan selalu siap serta mampu membangun Indonesia maju," pungkas Hasto.
Pulung Agustanto mengatakan bahwa Yogyakarta adalah kota yang istimewa.
Dari sejarah berdirinya republik, Yogyakarta selalu menjadi bagian penting bagaimana komunitas terbayang rakyat Indonesia berevolusi hingga kini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Yogya itu istimewa. Sehingga bersepeda di Yogya itu juga terasa sangat istimewa. Apalagi dilakukan saat Bulan Bung Karno. Sehat tubuhnya, sehat jiwanya," kata Mas Pulung, sapaan akrabnya. (*/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Boy