Sosok Bung Karno di Mata Wartawan: Tidak Ada Sekat dan Jarak, Penuh Inspirasi

Sabtu, 05 Juni 2021 – 10:31 WIB
Ilustrasi sosok Bung Karno. Foto: Antaranews

jpnn.com - Wartawan senior Martin Aleida menilai Proklamator Kemerdekaan RI Bung Karno adalah sosok yang sangat bersahaja, tenang tetapi cermat, berwibawa namun tak angkuh.

Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari cara Bung Karno bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk para wartawan.

BACA JUGA: 78 Seniman akan Menampilkan Lukisan Bung Karno

Bung Karno dalam kesehariannya sering kali bersama-sama wartawan, tidak ada sekat dan jarak.

Presiden Pertama RI itu sangat piawai memperlakukan orang yang tiap hari berada di sekelilingnya.

BACA JUGA: Bulan Bung Karno, Megawati Memerintahkan Kader PDIP Turun ke Desa

Termasuk dengan para wartawan yang dalam kesehariannya sering kali bersama-sama seolah tidak ada sekat dan jarak.

Bung Karno sangat piawai dalam memperlakukan orang yang setiap harinya berada di sekelilingnya.

BACA JUGA: Hasto: Semoga Kami Bisa Mewujudkan Ajaran Bung Karno di Tengah Pandemi Ini

Menurut Aleida, ikatan emosional yang dibangun Bung Karno dengan para wartawan akhirnya menciptakan kedekatan yang rekat.

Dalam menjamu wartawan, Bung Karno rela melepas atribut kepresidenannya yang dikenal simbolik.

Bung Karno sering menyambut hangat kedatangan wartawan.

“Boleh dikatakan tidak ada jarak, tetapi jarak itu kami ciptakan sendiri. Seperti ada kesepakatan tidak tertulis, saat Bung Karno bekerja dalam keseharian pakai kaus oblong dan sandal terbuat dari kulit bersilang, tanpa pakai peci yang sangat fenomenal itu, kami pun memuliakan beliau dengan tidak melaporkan hal-hal seperti itu dalam tulisan,” ungkap Martin dalam talkshow yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Jumat (4/5).

Aleida yang kala menjadi wartawan di Istana Negara menambahkan bahwa Bung Karno merupakan sosok yang sangat memperhatikan penampilan.

Namun, Bung Karno mampu menyesuaikan penampilan dengan siapa dirinya bertemu.

Ketika akan bertemu dengan rakyat, Bung Karno tampil gagah sebagai seorang pemimpin yang senantiasa menjadi inspirasi dan menumbuhkan harapan juga semangat juang bagi masyarakat Indonesia.

“Namun ketika di Istana, Bung Karno berpenampilan sangat sederhana, sehingga membuat para wartawan pada saat itu sangat menghormati beliau,” terang Martin yang masih berusia dua puluhan tahun saat meliput di Istana.

Penulis berbagai buku itu menyatakan wartawan juga menghormati Bung Karno.

Sebab, Bung Karno sangat menguasai pidato dan juga tulisan.

"Tak jarang, tulisan-tulisan kurang tepat dalam bahasa Inggris dikoreksinya,” kenang wartawan Harian Rakyat era 1960-an itu.

Dengan latar belakang seorang guru, Bung Karno mengkritik dengan langsung mencontohkan.

Cara Bung Karno mengkritik pun elegan, tidak membuat para wartawan merasa gusar, tetapi sangat bangga dengan pengajarannya.

“Saya ingat di Istora Senayan, ada pembukaan Festifal Film Asia-Afrika. Pada saat itu ada spanduk dengan kata strengthen. Yang mengonsep mungkin benar, tetapi seharusnya kurang ‘s’ jadi ‘strengthens’,” ceritanya.

Martin menilai latar belakang Bung Karno sebagai penulis, karikaturis, dan media, sangat membentuk kepribadian Putra Sang Fajar menjadi sosok yang sangat detail.

Sastrawan asal Sumatera Utara ini juga menceritakan pengalamannya bersama Bung Karno.

Di samping sangat menghormati jurnalis, Bung Karno juga menghargai seseorang yang memiliki semangat juang tinggi.

Usai peringatan Dasawarsa Konferensi Asia Afrika, Bung Karno mengantar Perdana Menteri Kamboja Norodom Sihanouk sampai ke mobil. Saat itu, Aleida tetap menunggu di tangga atas Istana Merdeka.

“Kemudian saya bertanya, ‘Pak, Besok masih ada pertemuan? Dengan melihat semangat jurnalis muda yang berkobar dari diri saya, Bung Karno pun menjawab ‘Oh, ya, masih-masih. Besok datang, ya’. Itu beliau sampaikan secara langsung,” kenangnya.

Sebagai jurnalis yang keseharian meliput kegiatan Bung Karno, Aleida menyimpulkan bahwa Soekarno merupakan sosok yang sangat menginspirasi.

“Bung Karno ini berada di dalam sebuah panggung besar, yaitu suatu bangsa dan dia tepat untuk berada di sana. Panggung besar itu dipimpinnya dengan benar. Yang beliau pimpin ini bukan kota kecil, bukan pulau kecil, tetapi negara Indonesia dengan penduduk yang saat itu sudah berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa,” pungkasnya. (tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler