Merdeka

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 17 Agustus 2021 – 11:11 WIB
Sejumlah warga membentangkan Merah Putih, tahun lalu. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Usia 76 tahun termasuk usia tua yang sudah uzur bagi manusia.

Namun, untuk ukuran negara, usia itu masih termasuk sangat muda, karena banyak negara modern yang usianya lebih dari 200 tahun.

BACA JUGA: Gadis Tebing Tinggi Terpilih jadi Pembawa Bendera di Istana

Negara-negara yang sekarang usianya masih di bawah 100 tahun bisa disebut sebagai anak bungsu dalam sejarah negara modern.

Indonesia yang sekarang memeringati ulang tahun kemerdekaan ke-76 masuk dalam kategori anak bungsu itu.

BACA JUGA: HUT Ke-76 RI, Novel Bamukmin: Bebaskan Habib, Pancasila Itu Warisan Ulama

Indonesia merdeka bersama negara-negara lain di kawasan Asia dan Afrika pada kurun waktu 1940-an, ketika koalisi kekuatan-kekuatan negara Eropa -yang dikenal sebagai Sekutu- mengalahkan Jepang dan kekuatan fasis Eropa, Jerman dan Italia, pada Perang Dunia Kedua yang berakhir pada 1945 dengan menyerahnya Jepang.

Pada periode itu nasionalisme bangsa-bangsa tumbuh di Asia dan Afrika menandai lahirnya ‘’Gelombang Demokrasi’’ kedua (Huntington, 1991).

BACA JUGA: Warga Matraman Jaktim Batalkan Upacara Peringatan Kemerdekaan, Ini Sebabnya

Gelombang Demokrasi pertama muncul pada Revolusi Prancis dan deklarasi kemerdekaan Amerika pada abad ke-18. Gelombang demokrasi kedua ini sekaligus menandai lahirnya nasionalisme di negara-negara jajahan, yang kemudian menjadi ideologi perjuangan yang membawa kemerdekaan.

Sebagai negara baru, Indonesia menghadapi dilema keras ketika menentukan bentuk dan dasar negara. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan dalam suasana yang frantik dan tergesa-gesa setelah Jepang menyerah pada sekutu pada 15 Agustus 1945.

Tarik menarik antara kekuatan nasionalis dan Islam akhirnya membawa kompromi dengan ‘’kemenangan’’ kelompok nasionalis.

Sekutu menjatuhkan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima sepanjang Agustus yang membuat dua kota itu luluh lantak, dan memaksa Kaisar Hirohito, Sang Tenno Heika, bertekuk lutut dan menyerah kalah.

Seluruh perang di Asia Raya dihentikan. Ambisi Jepang untuk menjadi pemimpin Asia Timur Raya pun terkubur.

Pada detik-detik yang menentukan itu para pejuang kemerdekaan Indonesia terpecah pendapatnya. Para pejuang senior yang dipimpin Soekarno dan Mohammad Hatta tetap ingin mengikuti prosedur yang sudah disepakati dengan Jepang, yang sudah menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Sejak masuk ke Batavia pada 1943 dan melucuti tentara Belanda yang menyerah tanpa perlawanan, pasukan pendudukan Jepang berusaha mengambil hati para pejuang kemerdekaan dengan menjanjikan kemerdekaan.

Jepang terpesona melihat potensi Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alam, yang akan sangat bermanfaat untuk mendukung proyek perang Asia Timur Raya. Karena itu Jepang berusaha mengambil hati para pemimpin perjuangan Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan.

Soekarno dan Hatta yang dianggap sebagai pemimpin perjuangan yang mewakili Indonesia, dipercaya memimpin Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang terdiri dari berbagai perwakilan Indonesia dari Jawa dan luar Jawa, termasuk etnis China dan Arab. Jepang juga memasukkan beberapa orang wakil di badan itu.

Para pejuang generasi muda tidak suka dengan pembentukan badan ini. Mereka tidak ingin ada anggapan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang.

Kelompok anak-anak muda revolusioner ini dipimpin oleh Sukarni, Chraerul Saleh, dan kawan-kawan.

Mereka menjadi kekuatan perjuangan klandestin yang tidak mau bekerja sama dengan Jepang. Kelompok ini bersimpul kepada Soetan Sjahrir yang memilih jalan perjuangan klandestin yang berbeda dari Soekarno dan Hatta.

Setelah Jepang kabar penyerahan Jepang sampai kepada para pejuang, desakan untuk mengumumkan kemerdekaan muncul sangat kuat dari kalangan anak-anak muda ini.

Soekarno dan Hatta didesak untuk secepatnya mengumumkan kemerdekaan, tanpa harus menunggu izin Jepang.

Soekarno menolak desakan para pejuang muda itu, karena Soekarno tidak ingin merusak hubungan dengan Jepang yang sudah memberi jaminan akan mendukung kemerdekaan Indonesia. Para pemuda tidak sependapat dengan Soekarno.

Jepang sudah lumpuh, dan Indonesia mengalami vacuum of power. Sekaranglah saat yang tepat untuk mengumumkan kemerdekaan.

Delegasi pemuda Indonesia menghadap Soekarno di rumahnya di Jl Pegangsaan Timur, Jakarta, mendesak dan memaksa Soekarno mengumumkan proklamasi. Soekarno menolak.

Terjadi perdebatan sampai saling gertak dan ancam. Soekarno bergeming. Pada pemuda mundur.

Ternyata para pemuda menyiapkan strategi lain. Pada malam harinya mereka mendatangi rumah Soekarno dengan memakai pakaian militer lengkap, dan memaksa Soekarno untuk mengikuti mereka.

Di bawah todongan senjata, Soekarno yang geram terpaksa menuruti keinginan para pemuda. Bersama Fatmawati dan bayi Guntur yang masih berusia semibilan bulan, Soekarno dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Barat.

Bersamaan dengan itu para pemuda juga menculik Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok. Skenario yang disusun para pemuda adalah mengamankan Soekarno di tempat persembunyian, kemudian para pemuda melakukan serangan militer terhadap posisi Jepang di Jakarta.

Dengan demikian revolusi bersenjata dimulai, dan kemudian Soekarno-Hatta mengumumkan kemerdekaan. Dengan strategi ini para pemuda berharap kemerdekaan Indonesia dicapai tanpa campur tangan Jepang, apalagi hadiah dari Jepang.

Soekarno tidak sependapat dengan jalan revolusi yang disebutnya konyol itu. Soekarno tidak ingin jatuh korban sia-sia di kalangan pejuang dan rakyat Indonesia. Soekarno pun bernegosiasi dengan para pemuda untuk membatalkan serangan membabi buta terhadap Jepang. Soekarno berjanji akan mengumumkan proklamasi kemerdekaan secara mandiri.

Setelah disekap sehari semalam di Rengasdengklok Soekarno dibawa kembali ke Jakarta. Ia meminta para pemuda membatalkan serangan, dan Soekarno segera bernegosiasi dengan pemimpin militer Jepang Laksamana Maeda.

Perundingan berjalan dengan baik. Laksamana Maeda sejak awal bersimpati kepada perjuangan Indonesia dan sangat bersahabat dengan para pejuang Indonesia.

Laksamana Maeda bahkan menyediakan rumah dinasnya untuk menjadi tempat rapat para pemimpin perjuangan Indonesia.

Soekarno memipin rapat anggota BPUPKI di rumah Laksamana Maeda. Para pemuda ikut menyaksikan rapat itu. Disepakati bahwa proklamasi diumumkan esok hari pada 17 Agustus. Rapat berlangsung sampai larut malam. Saat itu sedang bulan Ramadan.

Mohammad Hatta bercerita bahwa ia sahur di rumah Laksamana Maeda. Karena tidak ada nasi, Hatta hanya makan roti dan minum susu.

Di rumah Laksamana Maeda draf proklamasi kemerdekaan disusun. Singkat dan padat. Soekarno menyusun draf dan Hatta mengedit dan membetulkan redaksi bahasa. Naskah proklamasi ditulis pada selembar kertas bergaris-garis biru mirip buku tulis anak SD.

Soekarno menulis dengan bolpoin pinjaman. Setelah naskah selesai, Sayuti Melik, pembantu Soekarno diminta mengetik.

Di rumah Maeda hanya ada mesin ketik dengan huruf kanji. Di tengah malam Sajuti dan B.M Diah, seorang wartawan, pinjam mesik ketik ke rumah konsul Jerman. Dengan cepat-cepat Sayuti mengetik. Setelah selasai ia lupa membawa naskah asli coretan Soekarno.

B.M Diah, wartawan muda yang terampil, melihat lembar kertas itu dan mengantonginya.

Rapat memutuskan proklamasi dilakukan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00. Semula akan dilakukan di lapangan depan Balai Kota.

Namun, Soekarno kemudian memutuskan memindahkan lokasi ke rumahnya di Jl Pegangsaan Timur 56 yang lebih aman tanpa perlu perizinan.

Dengan penuh kesederhanaan, bendera Merah Putih dijahit tangan oleh Fatmawati, tiang bendera diambil dari pohon bambu di belakang rumah Soekarno, pengeras suara pinjaman dari tetangga, tepat pukul 10.00 Soekarno dan Hatta membacakan proklamasi.

"Kami atas nama bangsa Indonesia, dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarkan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja".

Merdeka! (*)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler