Mereka Rela Telanjang demi Exo-Art (1)

Pilih Seniman yang Sudah Dikenal

Senin, 18 Februari 2013 – 11:38 WIB
KARYA SENI: Salah seorang model dilukis tanpa pakaian. FOTO: PANDJI / JAWA POS

Menjadi objek exo-art punya banyak tantangan. Mulai godaan dari seniman, pandangan negatif masyarakat, hingga persoalan masa depan. Namun, beberapa perempuan berikut ini punya alasan kuat menekuni dunia yang mengeksploitasi keindahan tubuh mereka.


---

SETELAH ketukan keempat dan panggilan lewat telepon genggam, pintu bertulisan Bond Girls itu terbuka lebar. Dengan raut wajah ngantuk, Intan, sang empu kamar kos-kosan yang berada di daerah Arjuna itu, mempersilakan Jawa Pos masuk ke dalam kamar. Keletihan terlihat jelas pada diri perempuan 27 tahun tersebut. Maklum, hari itu dia harus bekerja hingga pukul 02.00.

"Aku lupa kalau ada janji, Mas. Duduk dan santai saja dulu ya. Nonton film tuh, aku baru beli kaset baru," kata Intan yang ketika itu mengenakan daster tanpa lengan. "Bukannya nggak menghormati tamu, tapi aku lanjut tidur sebentar dulu ya... Jam sepuluh nanti bangun deh," imbuhnya sembari menarik selimut bergambar Winnie the Pooh di atas spring bed.

Ucapan Intan benar adanya. Sekitar satu jam menunggu, tepat pukul 10.00, alarm ponselnya berbunyi kencang. "Tepat waktu kan. Yo wes, tunggu sebentar aku mandi dulu. Baru kita berangkat ke hotel," katanya. Tempat yang dimaksud Intan adalah sebuah hotel melati di kawasan Surabaya Selatan. Di tempat tersebut, rencananya dia dilukis nude oleh salah seorang perupa Kota Pahlawan.

Sepanjang perjalanan, Intan bercerita mengenai alasannya mau dilukis bugil. Menurut perempuan yang bekerja sebagai SPG (sales promotions girl) sebuah produk minuman itu, jiwa seni memang dimiliki keluarga besarnya. Sang ayah adalah seorang pelukis dan pemain wayang. Sedangkan kakak perempuannya adalah penyanyi yang manggung dari satu undangan pesta ke undangan lain.

Intan pun sudah akrab dengan segala hal berbau seni sejak kecil. Gaya hidup yang terkesan bebas, semau gue, dan kreatif melekat dalam diri perempuan yang berulang tahun setiap 25 Oktober tersebut. Salah satunya, pilihan menjadi objek lukis dan foto nude. "Saya sudah tiga tahun menjadi objek lukisan exo-art," ungkapnya.

Keputusan untuk menjadi objek lukisan telanjang itu datang secara tidak sengaja. Ketika itu, salah seorang teman Intan yang juga seniman meminta dirinya bersedia dilukis tanpa busana. Alasannya, sang seniman sulit mencari model yang seperti itu. "Karena teman dan aku sudah percaya, ya sudah nggak apa-apa," ujar anak ketiga di antara empat bersaudara itu.

Perlahan-lahan, nama Intan mulai terkenal di kalangan pelukis beraliran exo-art. Panggilan untuk menjadi model silih berganti datang. Kini dalam sebulan dia bisa menjadi model untuk 5-10 pelukis sekaligus. Karya yang menggambarkan dirinya pun bisa mencapai 20-30 per bulan. "Paling bangga waktu main ke galeri seni milik pelukis itu. Banyak lukisan yang menggambarkan diriku," jelasnya.

Lantas, berapa bayaran yang diterima Intan untuk sekali dilukis? Dengan lantang dia mengatakan tidak pernah mempermasalahkan bayaran. Bagi dia, menjadi objek lukisan bukanlah mata pencaharian. "Aku sudah punya kerjaan tetap. Jadi model lukisan hanya mengisi waktu dan penghargaanku terhadap karya seni. Jadi, nggak pernah hitung-hitungan. Apalagi sama teman. Tapi jujur, aku paling suka kalau pelukisnya ngasih aku hadiah lukisan," ungkapnya.

Meski rela dilukis nude, Intan mengatakan selalu menjaga jarak dengan sang pelukis. Terlebih ketika pelukis sudah mulai mengatakan hal yang tidak-tidak. Misalnya, mengajak kencan, apalagi berhubungan badan. Dia pasti marah dan mengancam pulang. "Karena itu, aku hanya mau menjadi model bagi teman yang sudah kenal baik saja," jelas Intan.

Sosok Intan yang memiliki potongan rambut pendek itu memang tampak selalu ceria. Namun, dia mengaku kerap galau di balik senyum dan tawa lepasnya. Intan merasa telah menjadi perempuan yang terkesan urakan sehingga sulit mendapatkan jodoh yang baik. "Mana ada yang mau sama perempuan bertato dan bekerja hingga larut malam. Pikirannya kan pasti negatif. Mungkin bisa jadi jodohku kelak dari pelukis yang sering melukis badanku," tuturnya.

Selain Intan, ada perempuan lain bernama Ayu yang melakukan hal sama. Atas nama seni, Ayu rela badannya dilihat orang lain. Bedanya, Ayu lebih senang jika dirinya difoto-foto saja. Tetapi, tentu hanya untuk koleksi pribadi sang fotografer. "Saya sebenarnya nggak masalah juga dilukis. Tapi, capek. Posenya itu-itu saja. Beda kalau difoto. Kan bisa ganti-ganti gaya," jelas perempuan 30 tahun itu.

Ayu mengatakan, menyukai keindahan dan bangga akan tubuhnya sendiri adalah alasan dirinya mau difoto tanpa sehelai benang pun. Namun, sama dengan Intan, dia hanya mau ''dieksekusi" orang yang sudah kenal baik. "Kenalan saya dalam hal fotografi cukup banyak. Sebab, kebetulan saya juga seorang penghobi foto," cetusnya.

Selama ini, kata Ayu, dirinya tidak pernah mempermasalahkan di mana akan difoto. Baik di hotel, mobil, maupun rumah sang pemesan. Yang terpenting, dia merasa nyaman dengan orang tersebut. Bahkan, pernah suatu kali dia difoto outdoor di alam terbuka. "Ketika itu, saya dan orang yang memotret sedang berada dalam perjalanan ke Banyuwangi. Kami berhenti di pinggir hutan, kemudian memulai sesi foto," katanya.

Karena menganggap sebagai hobi, Ayu tidak pernah mematok tarif khusus. Tetapi, dia merasa senang karena semua fotografer yang memanfaatkan dirinya sudah mengerti. "Lumayan, bisa buat tabungan beli rumah," ujar Ayu yang seorang janda tanpa anak tersebut.

Namun, karena tercatat sebagai karyawan sebuah perusahaan ekspor-impor, Ayu hanya mau difoto pada hari libur. Yakni, Minggu atau Sabtu sore. "Bagaimanapun, saya punya kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan," jelasnya.

Apakah tidak khawatir jika foto eksotisnya tersebar? "Itulah bedanya seni dan pornografi. Selama ini saya hanya mau difoto dengan konsep seni artistik. Bukan hanya telanjang. Dan, saya sudah yakin serta percaya sama teman-teman fotografer saya," katanya.

Lain Intan dan Ayu, lain pula dengan Dara. Dia mau nude untuk kegiatan seni karena mengharapkan bayaran. Karena itu, dia lebih sering dilukis untuk tubuh atau body painting saja. Sebab, meski aslinya telajang, tubuhnya bisa tertutup lukisan.

"Awalnya diberi tahu teman yang kerja di bidang EO (event organizer). Mereka mencari perempuan yang rela telanjang untuk dilukis. Ya sudah, dari sana keterusan. Hasilnya lumayan," cetus gadis 24 tahun tersebut.

Kini di seluruh event yang ada kegiatan body painting-nya, hampir bisa dipastikan Dara terlibat. "Sebenarnya teman-teman saya cukup banyak. Tapi, mereka malu untuk diekspos. Apalagi kalau sampai ketahuan orang tua," katanya.

Alasan itu pula yang membuat Dara lebih suka di-body painting untuk acara-acara di luar Surabaya. Dengan cara tersebut, kecil kemungkinan bertemu dengan orang yang dikenal. "Tapi, biasanya saya tetap minta dilukis di wajah. Jadi, ketutupan," jelas perempuan berzodiak Virgo itu. (nji/c7/fat)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cegah Kelainan Jantung Anak

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler