jpnn.com - WAJAH-WAJAH lugu terlihat ceria saat tim anggota DPR Umar Arsal mengunjungi Panti Asuhan Sabri di Kemaraya, Kendari Barat, Sulawesi Tenggara. Puluhan anak-anak di panti itu berkumpul dan bercerita. Banyak anak-anak di panti asuhan itu yang tak pernah mengenal orangtuanya.
Ada yang dititip sejak lahir, ada pula dibawa ke panti setelah berusia beberapa tahun. Tak semua anak panti berstatus yatim piatu. Beberapa di antara mereka harus dititip ke panti sosial karena orang tuanya enggan bertanggung jawab. "Hore. Pasti ada THRnya," ungkap salah seorang anak panti meskipun dengan suara yang sangat dipelankan.
BACA JUGA: Naik Kereta di Jam Sahur Dapat Hadiah Loh, Mau? ââ¬Å½
Ia berbisik ke temannya bahwa kehadiran Umar Arsal merupakan sebuah anugerah Ramadan. Mereka pun terlihat cukup antusias mengikuti dialog di panti tersebut.
Usia anak di Panti Asuhan Sabri didominasi 5-14 tahun. Di usia mereka, perhatian dan kasih sayang orang tua sangat penting. Namun, mereka harus melewati hari-harinya tanpa kehangatan sang ibu. Tak ada canda tawa bersama sang ayah. Padahal, tidak semua anak yang ada di panti itu yatim piatu. Ada yang masih lengkap kedua orang tuanya meskipun rumah tangga mereka tak utuh lagi. Ada pula yang ibunya atau ayahnya telah tiada. Tapi salah satu orang tuanya masih hidup.
BACA JUGA: Inilah Tasbih dari Sembilan Kayu dan Maknanya
Sedihnya lagi, mereka tak pernah bersua dengan orang tuanya. Seperti nasib yang dialami Kara (6). Ia dibawa ke Panti Asuhan Sabri saat usianya masih 6 hari. Ibu dan ayahnya masih hidup. Namun, mereka tak pernah bertanggung jawab dengan kehadiran Kara yang terlahir di dunia ini.
Nursiah, pengurus Panti Asuhan Sabri bercerita, anak malang itu dibawa oleh tetangganya saat usianya masih 6 hari. Kara kini sudah melalui hari-harinya tanpa sang ayah dan ibu selama 6 tahun. "Dia (Kara) memanggil saya ibunya. Saya merawatnya sejak dibawa ke panti ini. Kara mengiranya, saya lah ibu kandungnya," ungkap Nursiah, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (13/6).
BACA JUGA: Dalam Mobil, Menteri Ini Tetap Ngaji
Kerahasiaan terhadap status Kara masih terjaga hingga saat ini. Tidak ada yang menceritakan ke anak itu tentang nasib malangnya itu. "Kara anaknya baik, penurut dan pintar. Ia sangat akrab dengan anak-anak lainnya. Kara rajin tadarus karena sudah pintar membaca Alquran meskipun belum sempurna," katanya.
Senada dengan pengurus Panti Asuhan Sabri lainnya, Taufik Akbar. Ia bercerita, anak-anak yang dititip ke pantinya tidak semuanya diasuh karena kedua orangtuanya telah meninggal dunia. Banyak di antara anak-anak di sana yang harus hidup di panti asuhan hanya gara-gara kehidupan rumah tangga orang tuanya amburadul. Mereka ditelantarkan dan memilih menitip anak-anaknya di panti asuhan. "Ada juga beberapa anak memang karena kedua orang tuanya telah tiada," ujar Taufik.
Berbagai cerita unik muncul saat seseorang membawa anak ke panti asuhan. Kara misalnya. Orang yang membawa anak tersebut saat usianya masih 6 hari tak bercerita tentang asal usul orang tuanya. "Dia hanya mengaku sebagai tetangganya Kara. Orang itu (yang membawa Kara, red) tidak menginformasikan siapa orang tua anak yang dibawanya itu," ungkap Taufik.
Pihak panti asuhan pun tak banyak mengorek informasi. Ada rasa iba terhadap anak yang baru berusia 6 hari itu. Mereka pun langsung mengadopsi Kara karena tidak memiliki orang tua. "Kalau Kara ditanya siapa ibunya, ya dia jawab bu Nursiah," ujarnya.
Saat usia anak-anak di Panti Asuhan Sabri memasuki 10 tahun ke atas, terkadang mereka bertanya tentang keluarganya. Terpancar di mata mereka sebuah kerinduan bersua orang tuanya. Apalagi jika mereka melihat anak-anak seusianya yang masih manja dalam buaian ayah dan ibunya. "Kadang juga ada yang menanyakan siapa orangtua mereka," kata Taufik. (helson mandala putra/*/b/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Sunan Bonang dan Takjil Bubur Tulang Sapi
Redaktur : Tim Redaksi