Wartawan Jawa Pos di Gaza City, Kardono Setyo melaporkan, penutupan makbar Rafah tersebut berlaku untuk semua arus manusia dan lalu lintas barang
BACA JUGA: Skotlandia-Wales Juga Terancam Badai Salju
''Semua bantuan kemanusiaan ataupun relawan juga distop,'' tutur Sekretaris II Bidang Penerangan Sosial Budaya KBRI Mesir Danang Waskito kepada Jawa Pos.Menurut Danang, hingga kemarin belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Mesir soal mengapa tiba-tiba menutup pintu makbar
Langkah Mesir itu jelas sulit dipahami
BACA JUGA: Skandal Ikan Busuk Guncang Kabinet Abhisit
Sebab, satu-satunya pintu perbatasan non-Israel ke Jalur Gaza adalah RafahBACA JUGA: Selundupkan Dua Burung di Dalam Celana
Tentu saja ini menyulitkan arus bantuan, karena mayoritas donasi dari negara-negara muslim yang rata-rata tak mempunyai hubungan dengan Israel.Ini tentu juga menyulitkan sejumlah warga Indonesia yang hendak mengirim bantuanSalah satunya adalah ACT (Aksi Cepat Tanggap)Tiga relawan ATC hingga kemarin masih tertahan di MesirTentu saja, mengurus visa Israel selain tidak mudah (karena Israel curiga terhadap pemohon visa yang muslim), juga ada hambatan psikologis tertentu.
Apakah KBRI Mesir tidak akan melayangkan protes atas penutupan tersebut? Danang menggeleng''Untuk saat ini, tidakKami masih menunggu brifing duluBaru setelah jelas apa alasannya, kami akan mengevaluasinya,'' tandasnya.
Sebuah sumber di KBRI menyebutkan, penutupan pintu makbar itu hanya berujung pada dua kemungkinanPertama, Israel bakal kembali melakukan agresinya''Namun, agak kecil kemungkinannyaIsrael masih wait and see, dan menyerang lagi bakal menjadi blunder,'' tuturnya.
Kemungkinan kedua adalah Israel ingin memperketat blokade sekaligus mengawasi arus barang dan manusia yang masuk ke Jalur Gaza''Kalau lewat Mesir, Israel agak repot mengawasinyaBuktinya, setelah mengizinkan 160 wartawan masuk ke Gaza, Mesir langsung diprotes Israel,'' ucapnya.
Selain itu, yang dikhawatirkan Israel adalah Hamas kembali mendapatkan pasokan senjata dan logistik dari lalu lalangnya arus barangSetelah nekat mengebom Jalur Gaza selama 22 hari untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang dibuat Brigade Izzudin Al Qassam, sayap militer Hamas, Israel tak ingin Hamas tetap mendapat pasokan''Singkat kata, Israel ingin Hamas betul-betul sekarat kehabisan logistik dan senjataMeski harus mengorbankan rakyat Palestina sekalipun,'' tambahnya.
Pada bagian lain, Mesir meminta semua relawan dan wartawan yang masuk ke Jalur Gaza via Mesir untuk kembali selambat-lambatnya pada 5 Februari besokLagi-lagi, KBRI tak mengetahui alasannya''Itu taklimat (pengumuman) dari KemluDalam waktu dekat, kabarnya Kemlu Mesir mengundang semua perwakilan negara asing untuk membrifing terkait hal iniMungkin di situ akan dijelaskan,'' tuturnya.
Danang mengatakan, pihaknya sudah menginformasikan ke sejumlah LSM yang masuk, antara lain Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia), untuk segera menarik relawannya keluar''Sepertinya, setelah tanggal 5 Februari, tidak ada yang bisa keluar masuk dari RafahKhawatirnya, relawan-relawan itu terjebak di Gaza dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan,'' tuturnya.
Sepanjang krisis Gaza itu, tercatat ada 48 WNI yang masukYakni, dari unsur relawan dan wartawanSebagian besar sudah keluarTapi, masih ada yang di dalam GazaFarid Abdul Mutholib, salah satu anggota presidium Mer-C mengatakan, sudah mendengar kabar terkait hal tersebut''Namun, kami kesulitan koordinasi dengan yang di dalamSMS maupun telepon tak bisa menjangkauBagaimana kami bisa berkoordinasi?'' katanya.
Namun, Farid mengatakan pihaknya akan terus berusaha menghubungi koleganyaHingga kemarin diperkirakan masih ada enam relawan Mer-C yang masih ada di Gaza, yakni empat dokter dan dua logistikSelain itu, masih ada sejumlah relawan lain dari BSMIPihak KBRI memperkirakan jumlah WNI yang masih ada di dalam sekitar 15 orang''Secepatnya kami akan mendata dan mencari cara berkoordinasi dengan yang di dalam,'' ucapnya(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawatan Hillary Ke Asia Dulu baru Eropa
Redaktur : Tim Redaksi