jpnn.com, NGAWI - Praktik jasa penukaran uang baru beberapa hari menjelang Lebaran 2019 tetap marak meski diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Bahkan, di Ngawi jumlahnya semakin menjamur jika dibandingkan menjelang Idul Fitri tahun lalu. ‘’Kita kan saling membutuhkan, jadi tidak masalah,’’ kata Pariatmo, salah seorang penyedia jasa penukaran uang baru yang mangkal di depan kantor DPRD Ngawi.
BACA JUGA: Bank Mandiri Layani Penukaran Uang dengan Mobil Keliling
Warga asli Solo, Jawa Tengah, itu mengaku sudah mengetahui kalau MUI mengharamkan jasa penukaran uang baru. Namun, dia memilih tetap menjalankan usaha musiman tersebut lantaran masih banyak warga yang membutuhkan jasanya.
‘’Kalau bank sudah tutup, pasti susah mau menukarkan uang di mana,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Pecahan Uang Rp 100 Ribu Laris Manis di Imlek 2019
Pariatmo menyebut, jasa penukaran uang baru kini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
Dia mengaku, dalam sehari hanya bisa mendapatkan omzet Rp 3 juta sampai Rp 5 jutaan. ‘’Dari setiap transaksi hanya ambil untung tiga persen,’’ akunya.
BACA JUGA: BI Siapkan Penukaran Uang di Tol
BACA JUGA: Pelaku Bisnis Online: Bingung, Mau Jual Mahal Takut Pelanggan Lari
Terpisah, Ketua MUI Ngawi Halil Tahir menegaskan bahwa hukum usaha jasa penukaran uang baru yang belakangan menjamur adalah haram. Itu tidak terlepas dari adanya selisih nilai antara uang lama dan baru yang ditukarkan sehingga dikategorikan riba.
‘’Tukarkan saja uangnya di bank, tanpa harus ada selisih uang baru dan lama,’’ tuturnya. (tif/isd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadapi Lebaran, BNI Siapkan Uang Tunai Rp 59,5 Triliun
Redaktur & Reporter : Soetomo