Meski Kaki Hancur Kena Bom, WNA Belanda Tetap Cinta Indonesia

Senin, 01 Februari 2016 – 05:20 WIB
Max Bubun, mengenang kisah duka "Bom JW Marriot;. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Max Bun, warga negara Belanda yang satu ini masih mengingat dengan jelas saat ia menjadi korban bom JW. Marriot 2009 lalu. Saat itu, menjadi masa kelam baginya setelah lima tahun bekerja di Indonesia. 

“Saat peristiwa itu saya sempat sesak napas beberapa saat. Mungkin karena shock. Setelah tersadar, saya tahu kaki kiri saya sudah hancur dan ditolong satpam menuju rumah sakit,” ujar Max saat menghadiri acara penghargaan terhadap Polri yang diselenggarakan Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) di Jakarta Pusat, Minggu (31/1). 

BACA JUGA: Dapat Penghargaan, AKBP Untung Punya Satu Permintaan

Ia cukup fasih berbahasa Indonesia karena sudah lama berkarier di beberapa pulau di Tanah Air.

Max mengatakan, saat ditolong oleh satpam, ia bukan hanya berteriak kesakitan karena kaki kirinya yang hancur melainkan mempertanyakan bom tersebut. Pasalnya, selama bekerja di Indonesia, pria  berkaca mata tersebut yakin NKRI termasuk negara yang damai. Ia tidak menyangka akan menjadi bagian dari korban bom ketika itu.

BACA JUGA: Keluarga Pelaku Bom Starbucks: Kami Minta Maaf pada Masyarakat Indonesia

“Saya hanya berteriak, ‘Why, why me? Saya sudah berbuat banyak di Indonesia mengapa saya harus menjadi korban. Saya berpikir saat itu mungkin saya akan mati. Karena itu saya meneriakkan bahwa saya ingin lebih lama tinggal di Indonesia,” ujar Max mengenang kisahnya.

Setelah peristiwa bom itu, Max terpaksa harus mengamputasi kaki kirinya. Ia kemudian dirawat di Singapura dan harus merelakan kaki kanannya turut diamputasi. Max mengalami frustasi yang cukup panjang setelah kehilangan kedua kakinya.

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Tak Turuti Permintaan Tiongkok

“Beruntung ibu saya datang dan menguatkan saya. Dia bilang kehilangan kedua kaki pun tetap bisa menikmati hidup,” lanjutnya.

Mendapat dukungan penuh ibunya, Max pun berhasil menguatkan dirinya. Ia memakai kaki palsu dan selama tiga tahun belajar untuk bisa berjalan tanpa bantuan tongkat. Kini setelah berhasil jalan dengan baik, Max kembali ke Indonesia dan mengikuti kegiatan sosial untuk menceritakan kisah yang dialaminya.

“Saya bersama sejumlah teman keliling di sekolah-sekolah di Indonesia untuk menceritakan kisah kami dan menunjukkan bahwa terorisme untuk tidak baik. Mereka tidak boleh terpengaruh dengan ajaran radikal tersebut,” tegas Max yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari tamu yang menghadiri acara tersebut. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Prediksi Kereta Cepat Bernasib Sama dengan Monorel Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler