Meski Kena Tendang, Jaminem Masih Sayang Anak-Anaknya

Kamis, 13 Desember 2018 – 17:00 WIB
Jaminem. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, GRESIK - Meski berkali-kali disakiti secara fisik, namun Jaminem tidak pernah marah kepada anak-anaknya. Bagi dia anak adalah segalanya. Mereka merupakan karunia sekaligus amanah. Limpahan kasih sayang perempuan 72 tahun itu tak pernah habis. 

GALIH WICAKSONO 

"Aduuuh. Aduuh. Sakit sekali." Teriakan Jaminem memecah malam yang sepi di Kampung Tlogopatut. Jerit kesakitan tersebut membangunkan tetangga. Begitu warga datang, Jaminem sudah telentang lemas. Dia memegangi lengan kirinya yang patah. Wajahnya meredam sakit. Air matanya tertahan. 

Minggu tengah malam itu (9/12), Jaminem hendak tidur. AG, putra sulungnya, mendadak muncul. Lelaki 35 tahun tersebut tiba-tiba menendang lengan ibunya keras-keras. Sampai begitu kesakitan. Tulang lengan Jaminem pun patah. Menurut Kepala IGD Ibnu Sina dr Mohammad Rusydi, ada dua titik cedera di lengan kiri. 

Dini hari itu juga Jaminem dievakusi ke rumah sakit. Kemarin kondisinya mulai sehat. Mimiknya masih terlihat sedih. Raut wajahnya memelas. Suaranya lirih. Dia teringat AG, putranya yang ada di rumah. 

Tidak hanya AG, Jaminem juga mempunyai seorang putri, adik AG. Namanya EW. Tidak berbeda dengan sang kakak, EW pun mengalami gangguan jiwa. Mereka bersaudara, sama-sama orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). 

Setelah merasa sehat, Jaminem sebenarnya ingin segera pulang. Tetapi, perempuan bertubuh kurus itu mengaku takut. ''Khawatir ditendang lagi,'' tuturnya. 

Mengapa? AG dan EW memang sering marah-marah tanpa sebab. Kalau sudah begitu, sang ibu kerap menjadi sasaran. ''Tidak hanya tangan atau kaki yang ditendang. Telinga pun disakiti,'' ungkap Jaminem. 

Padahal, sehari-hari AG seperti orang normal. Dia bekerja sebagai pengirim air. Tingkahnya juga biasa. Namun, karena dia enggan minum obat, sakit jiwanya sering kambuh. Tindakannya kerap tidak terkontrol. 

Begitu pula EW. Bahkan, itu terjadi saat ada masalah remeh. Jaminem pernah menegur gadis 31 tahun tersebut saat memasak. ''Nduk pakai wadah kecil saja. Saya langsung ditendang,'' kata Jaminem. Marahkah dia? Tidak. Perempuan yang masih bekerja serabutan di usia senja itu tetap sangat mencintai putra-putrinya. Dia ingin dua anaknya sembuh. 

AG menderita sakit jiwa setelah pulang dari merantau di Jakarta. Lulus SMA, dia ingin mencari pengalaman. Pulang, balik lagi, pulang lagi, lantas depresi. AG pernah menjalani perawatan di RS Menur. 

EW berbeda. Jiwanya terganggu setelah mengalami kecelakaan. Ketika itu EW masih SMP. Dia membantu tetangga yang sedang hajatan. Namun, di tengah jalan dia terjatuh dari sepeda motor. Karena tidak mengenakan helm, kepalanya terbentur. Gegar otak berbuntut gangguan jiwa. 

Jaminem berharap suatu saat dua anaknya itu kembali sehat. Selain terus berdoa dan merayu agar mereka rutin minum obat, dia selalu menjaga kata-kata. ''Takut anak tersinggung dan marah,'' jelasnya. Lebih-lebih, sehari-hari mereka hanya tinggal bertiga. 

Jaminem yang menyediakan makanan. Padahal, AG dan EW sudah sangat dewasa. Saat makan itulah, Jaminem menggerus obat dan memasukkannya ke hidangan. ''Ingin mereka sembuh,'' ujarnya.

Kasi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Bidang P2P Moh. Nukhan mengatakan selalu memantau, membantu merawat, serta mengobati AG dan EW. Petugas jiwa puskesmas rajin mengontrol. Namun, mereka tidak mau dirujuk ke rumah sakit jiwa. 

Dibawa ke RS Menur pun, AG minta pulang. Dia ingin beraktivitas seperti orang lain. ''(Kambuh) mungkin karena minum obatnya kurang disiplin. Kami akan cari solusi,'' ucapnya. (*/c20/roz) 

BACA JUGA: Orang dengan Gangguan Jiwa Bisa Ikut Pemilu, Begini Caranya

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mbak Suci Kerap Berkeluyuran Tanpa Busana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler